My tsundere wife

Yo! Watashi comeback!:D apa kabar?



Modern version • cerpen

  Keduanya di jodohkan, padahal Eren sudah mengenalkan sosok Mikasa pacar nya sebagai calon istri namun itu gagal. Ia menemukan surat wasiat dari mendiang Ibu tercinta jika dirinya sejak bayi telah di jodohkan oleh seorang gadis keturunan Ackerman juga namun, Ackerman satu ini agak laen🗿.

“Jangan berharap lebih pada pernikahan ini!” Eren menatap tajam memperingati Luvi, ia tak segan-segan mengambil jarak sedekat ini. Jujur, Eren sedikit terpesona dengan wajah natural milik istri yang tak ia cintai.

“Heh! Jangan terlalu percaya diri! Kau pikir laki-laki di dunia cuman tersisa kau seorang? Kau pikir setampan apa dirimu huh? Aku gak keberatan kok kalau besok langsung cerai!”

Eren terperangah ia pikir Luvi akan sedih, dan mengeluarkan air mata ternyata tidak. Luvi Ackerman gadis yang sadis bermulut pedas. Memiliki keberanian yang patut di acungi jempol pada salah satu ketua Yeagerist nama dari kelompok dunia gelap milik Eren bersama saudara tirinya.

“Kau berani bicara seperti itu? Pada suamimu? Padahal kita baru saja menikah lho...” Terdengar suara kekehan dari mulut Eren tak habis pikir bisa-bisanya ia mau menerima wasiat ibunya itu.

“Emang itu masalah besar? Sorry, gue gak akan bisa berperilaku lemah lembut, bertutur kata halus nan sopan, itu bukan gue! Kenapa lo gak nikah lari aja sama Mikasa? Kalian kan saling cinta?” cerocos Luvi mengangkat dagunya menatap kedua manik emerald itu tanpa rasa takut sama sekali.

“Sangat pintar memancing emosi ku ya? Mau ku bunuh?” Eren sangat geram sekarang, merasa menyesal(?) telah menikahi Luvi.

“Silahkan! Supaya aku bisa bertemu ibumu dan mengadukan apa yang kau perbuat padaku! Suami yang sangat mencintai istrinya, saking cintanya si istri sampai di bunuh! Luar biasa! Ayo cepat siksa aku!” sangat sarkas Eren merasa tertusuk di dada tatkala melihat kedua manik darkblue itu terlihat sedikit berkaca-kaca.

“Sudahlah! Berdebat dengan mu tak akan ada habisnya!” Eren lebih memilih pergi namun samar-samar ia bisa mendengar sebuah seruan, “Eren! Bermalam saja dengan Mikasa lalu bercinta dengan nya! Aku ingin punya bayi!”

Lagi-lagi Eren terperangah dengan gamblang Luvi mengatakan hal itu? Sangat frontal! Yang seharusnya malam penuh gairah itu untuk pasangan suami-istri seperti sekarang. Ia mulai ragu dengan kewarasan Luvi.

  𝙱𝚎𝚜𝚘𝚔𝚗𝚢𝚊:)
Luvi bangun dengan riang gembira tak peduliin jika ia sudah menikah, lalu berjalan ke kamar mandi setelahnya ia pergi ke dapur untuk memasak sarapan hanya untuk dirinya. Tak mempedulikan sosok Eren yang masih tertidur di sofa  ruang tengah.

Saat menciun aroma harum Eren pun terbangun menatap sosok Luvi yang sedang enak-enakkan makan. Perutnya refleks berbunyi namun sepertinya Luvi mendadak tuli saat mendengar kode tersebut.

Sehabis sarapan ia memilih menyibukkan diri dengan mencuci piring lalu pergi kerja ke Cafe, sama sekali tak menganggap Eren ada.

Si suami tersenyum masam, ia pun bangkit pergi membasuh wajah, saat ingin mengambil roti di kulkas ia melihat sebuah note yang tertempel di pintu kulkas.

“Pfftt....” Eren menahan tawa membaca note nyeleneh itu, siapa yang bilang narsis malah dia sendiri yang narsis dan apa-apaan itu dirinya di sebut jamet dan gembel?!

Ternyata Luvi tidak seburuk itu malahan sangat tsundere bagi Eren. Sangat pintar membuat mood dan perasaan terombang-ambing.

Bukannya kesal atau marah, dirinya malah merasa terhibur dan berbunga-bunga di hati? Seakan-akan baru saja mendapatkan surat cinta dari pujaan nya. *sorry EreMika:')

Eren mulai membuka HP dan mencari tempat Luvi bekerja ia akan datang ke sana untuk memperhatikan sosok Luvi, ya sekaligus meminum coffee latte salah satu kesukaannya. Bukan memata-matai, dia hanya kepo itu aja:)





Meanwhile Luvi >
“Kok gue merinding ya?”

“Kak, elu kenape? kok pucat?” tanya seorang pemuda yang lebih muda satu tahun dari Luvi. Si pemuda itu juniornya di cafe ini sekaligus orang yang bisa seakrab itu dengan Luvi.

“Tiba-tiba perasan gue kagak enak, Nic. Kek merinding gitu padahal suhu ruangan nya normal-normal aja...” sambil menyentuh tengkuk ia menatap was-was ke arah pintu pengunjung entah mungkin ini hanya sebuah firasat?

“Ya udah, kak Luvi istirahat aja dulu. Kalo pelanggan serahin ke Nic!” Luvi merasa tambah gak enakan karena tugasnya akan di gantikan oleh Nic yang keahliannya cuman di bidang kitchen staf tapi harus melyani pelanggan di cafe ini.

“G-gak usah! Yaelah perasaan doang ini mah, sono lu balik gih,” gayanya seperti mengusir seekor anak kucing. Nic hanya bisa mengangguk pasrah.

Suara bel pintu berbunyi dengan sigap ia menjadi sosok profesional dalam bidangnya walaupun hanya sebagai waiter atau waitress. Saat ia sudah mendekat dan ingin menanyakan pesanan apa pada pria bertopi, memakai hoddie juga masker.

“Coffee latte satu.”
Seketika ia terdiam mendengar suara deep yang terdengar cukup familiar. Dengan cepat ia balik badan yang penting ia mengingat pesanan tersebut tapi...

“Jadi, begini cara mu melayani pelanggan? Bukannya pelanggan itu adalah raja ya?”

Dia cuman bisa diam seperti patung. Suasana yang memang masih agak sepi di cafe membuat nya mati kutu. “Aku kelaparan kenapa tidak menawarkan makanan? Waffle misalnya?”

“Maaf tuan, tadi anda hanya memesan coffee latte satu–”

“Dan Waffle!” potong nya entah kenapa suara itu terdengar dekat(?) saat Luvi menoleh sedikit ia hampir teriak saat Eren menyamakan tinggi dengan tinggi tubuhnya.

“B-Baik!” ia bergerak secepat mungkin ditambah jantung malah jedag-jedug membayangkan tadi jaraknya dekat dengan Eren pantas saja suara si pria terdengar sangat jelas di telinga.

“Oh ya, tak usah pakai topping ya. Little waiter~” ucap Eren di saat jarak nya masih bisa di jangkau. Ia mati-matian menahan senyum saat melihat secara langsung reaksi istrinya (?)

“Lucu mau ku gigit...” dengan goblok nya Eren mengigit bibir bagian dalam, geregetan nan gemas melihat tubuh yang–maaf agak pendek itu bergerak cepat menghindari dirinya.

“liat aja kalau sudah di rumah!” Eren kembali duduk tenang menunggu pesanannya datang. Namun di saat ia menunggu datang seorang gadis cantik yang membuat dirinya kaget.

“Mikasa? Seorang model terkenal untuk apa datang ke cafe sederhana ini?” tanya Eren menatap kekasihnya yang memakai pakaian kasual.

“Memang tidak boleh? Aku tidak melihat tampilan luarnya tapi melihat niat dari pemilik cafe ini bagaimana cara dirinya supaya mampu menarik konsumen untuk datang...” terlihat anggun dengan ekspresi yang agak dingin namun lembut saat menatap Ereh-nya.

Eren sejenak berpikir jika Ackerman seperti Mikasa selalu berekspresi seperti itu lalu bagaimana dengan Luvi yang selalu berwajah biasa-biasa saja? Ia juga pernah membaca jika masa lalu dari para Ackerman itu semuanya dark, apakah Luvi termasuk juga?

Tak lama Luvi datang membawakan pesanan milik Eren, ia tak terlalu terkejut melihat ada Mikasa di sini. Ia juga sadar diri walaupun ia adalah istri dah seorang Eren Yeager, dirinya bukanlah yang pertama.

Tentu Eren tersentak kaget merasa seperti tercyduk selingkuh(?) namun Luvi memilih mengabaikan reaksi Eren.

“Eren? Bukanya kamu tak suka coffee latte?” celetuk Mikasa menatap cangkir tersebut dan memberikan isyarat untuk di ganti ia tak perlu melihat si pelayan cafe karena baginya, pelayan cafe berjenis kelamin perempuan itu selalu saja caper pada Eren jadi ia beranggapan pasti pelayan cafe satu ini juga caper.

Kali ini Luvi merasa agak kesal bukannya tadi Eren sendiri yang bilang pesan Coffee latte satu? Apa ia salah dengar? Berusaha sabar ia pun mengambil cangkir itu namun tak jadi.

“Tak usah di ganti, memang aku yang ingin memesan coffee latte. Selera kopi yang ku sukai itu beda Mikasa, aku tidak sama seperti Jean.”

Eren berhenti bicara sejenak memikirkan sosok Jean partner modeling untuk Mikasa, pertama nya ia marah dan tak terima sampai mendatangi studio pemotretan dan ingin membogem wajah Jean yang menyebalkan, namun tidak jadi karena di usir oleh Mikasa. Sejak saat itu juga hubungan percintaan nya agak sedikit renggang.

Walaupun Mikasa sudah menjelaskan hubungan dirinya dengan Jean hanya sebatas partner foto shoot untuk majalah yang mengharuskan keduanya jadi partner.

“Coffee Latte tidak seburuk itu dan kopi pahit juga tidak harus sepahit itu...” sambung Eren langsung menyeruput cangkir kopinya terlihat jelas seakan-akan ia memiliki kumis hasil noda dari lapisan busa.

Bahkan Luvi melupakan kekesalannya dan digantikan dengan perasaan lucu ia ingin tertawa tapi tak jadi saat Mikasa melirik nya.

Btw, Mikasa sama sekali belum tau siapa pelayan cafe di dekatnya ini. Karena ia sama sekali tak berniat datang saat upacara pernikahan Eren dan gadis itu.

Eren yang tau Luvi ingin tertawa pun tersenyum tipis, selera humor istrinya lucu juga. Tiba-tiba nada dering telepon mahal milik Mikasa berbunyi tanda ada sebuah pekerjaan yang menanggil. Mau tak mau ia mengangkatnya.

“Hm, baiklah.” singkat dan padat ia langsung mematikan sambungan telepon lalu menatap Ereh. “Maaf Eren, aku harus pergi semoga harimu menyenangkan, sayang.”

Luvi terbeliak tak menyangka Mikasa akan mencium Eren tepat di bibir. Ini antara panas sama jyjyk karena masih ada bekas noda dari busa coffee latte yang tadi di minum Eren

“Maaf, aku tak bermaksud membuatmu sakit hat–”

“Huweek!” belum selesai Eren bicara Luvi langsung lari dengan suara menahan muntah meninggalkan Eren dengan wajah cengo nya.

“Emak!! Mata anakmu sudah ternodai!!!” suara teriakan itu terdengar jelas bagi Eren seketika ia menyentuh bibirnya, karena Mikasa menciun dirinya reaksi Luvi sampai seperti itu? Apa itu artinya istrinya jijik pada dirinya?

Oh astaga sepertinya Eren juga mulai merasa jijik saat melihat wajahnya sendiri dari kamera HP depan:')



Cerpen end

See you bye!☕^^

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top