【Memory 25】


Sᴇʙᴇʟᴜᴍɴʏᴀ : 【ɪɴɢᴀᴛᴀɴ ᴋᴇᴍʙᴀʟɪ】
ᴍᴀᴀғ ᴋᴀʟᴏ ɢᴀᴊᴇ, ᴅʀᴀᴍᴀ, ᴄʀɪɴɢᴇ, ᴅʟʟ...

—–—–

Dua anak kembar beda sifat dan kelakuan sedang menatap sendu wajah ibu mereka yang pingsan setelah mengatakan kata 'maaf' kepada keduanya.

Sementara di dalam kamar yang sama ada seorang pria dewasa dengan kepala berdenyut pusing selain memikirkan tentang kedua anaknya yang berada di rentang waktu serta zaman berbeda.

“Ayah, sebenarnya ada di mana kedua kakak kami?” Lian bertanya pada sang ayah, sukses membuat Eren tersentak mendengar nya.

“Itu, mereka berada di rumah Baren dan Renna...” Terpaksa Eren berbohong sambil pura-pura membenarkan tatanan rambutnya supaya menutupi bagian telinga🗿.

Lian menatap ayah nya lamat-lamat ia yakin kalau ada yang aneh dari cara bicara sang ayah. Tapi ia memilih untuk tak terlalu memikirkan nya.

“Demam nya sudah mulai menurun! Mama pasti bisa sembuh lebih cepat:D” Lama berdiam akhirnya Liam membuka suara memecahkan suasana canggung yang tercipta karena Lian dan Eren.

“Kalian bilang sebelum pingsan ibu kalian mengatakan maaf? Itu artinya dia sudah mengingat siapa kalian berdua kan?”

Liam dan Lian mengangguk bersamaan Eren tersenyum tipis menoleh menatap wajah Luvi yang nampak tenang. Tidak ada yang tau apakah di balik wajah tenang itu ada mimpi buruk:)





———ᴅʀᴇᴀᴍ———

“I-ini pasti hanya mimpi kan? Pasti ini hanyalah kilas balik saat penghancuran itu terjadi!!” Ia berteriak menatap nanar bangunan-bangunan pencakar langit yang mulai rubuh.

Padahal kejadiannya sudah sangat lama tetapi rasa sakit itu masih membekas, sepertinya sulit untuk di hapus walaupun Memory nya sekarang kurang baik.

Sayup-sayup bisa terdengar suara teriakan kesakitan dari manusia yang berada di sana, ia hanya bisa menatap kosong lalu berlari berniat untuk menolong orang-orang yang masih hidup tapi, hasilnya malah seperti berlari di tempat.

“Siyalan!!!! Kenapa malah seperti ini?? Aku ingin menolong mereka!!!” Ia seperti nya masih belum sadar kalau ini hanyalah mimpi bagaimana bisa dibedakan kalau suasana nya terasa nyata?

Kadang sebuah trauma bisa terbayang-bayang sampai ke mimpi:')

Sepertinya apa yang Luvi takutkan ialah Melihat kehancuran yang seperti ini. Buktinya dia sekarang sudah meraung-raung tak tahan melihat pulau indah ini hancur begitu saja.

“Hiks!!! Berhenti!! Jangan hancurkan! Lihat saja aku akan membunuh kalian!!! Jangan lakukan itu!!!” Api terlihat dimana-mana pulau yang tadinya masih utuh sudah hancur.

Terdiam tak percaya kalau kejadian seperti ini terulang kembali di dalam mimpi bahkan kondisinya terlihat lebih parah. Sekarang muncul berbagai macam pemikiran yang mengatakan kalau ini semua akibat ulah manusia sendiri ataukah akibat dirinya?

“A-Aku tak berguna!!! Tak berguna!!!!”
Wajah cantik itu sekarang sudah berubah frustasi dan depresi sembari menyentuh kepalanya sendiri.

“Kenapa aku tak bisa menghentikan mereka saat itu?! Padahal aku melihatnya dengan mata kepala sendiri, tapi kenapa tak ku hentikan?!!!! KENAPA?!!!!!!” *gak ingat kalau dia dulu sudah jadi nenek peyod🗿.

“Seharusnya aku bisa menghalangi Mikasa untuk tidak membunuh Eren, benar bukan? AHAHA!! Sekarang aku tau kenapa takdir dan masa depan pulau Paradis tetap sama, yaitu karena aku!!! Kenapa aku baru sadar?!!” Lihatlah orang gila baru ini:)

-_-
“Kini semua telah HANCUR!! SEMUA SUDAH HANCUR! HANYA KARENA DIRIKU SEMUA HANCUR!” Teriak nya sambil memukul dan mencengkeram rambutnya sendiri.

“Aku pasti sudah membuat semua pengorbanan mereka sia-sia?!! Maafkan aku Hanji, Erwin, Levi... aku sepertinya sudah benar-benar gagal menjadi seorang prajurit! Aku tak layak jadi salah-satu prajurit terkuat, melainkan prajurit terbodoh yang pernah ada!! HAHA!!! HIKS!”

“Maafkan aku yang sudah membuat kalian semua kecewa...”

Lirih Luvi sembari terduduk lemas enggan menatap kondisi Pulau Paradis walaupun ini hanyalah mimpi tapi rasa nya begitu nyata bahkan sepertinya mental kembali terguncang.

“Aku belum cukup kuat untuk menghadapi takdir menyakitkan ini, benar kata seseorang mustahil untuk manusia merasa sangat bahagia di dalam sebuah takdir itupun hanya sementara...”

“Tetapi misalnya pemusnahan massal manusia itu berhasil, dan Paradis bebas belum tentu juga kebebasan yang lain selalu menyertai. Bisa jadi kelak akan ada perang saudara? Sama seperti era dulu?” gumam nya mulai merasa tenang. Tapi tidak demikian dengan isi kepalanya yang terasa penuh.

Baka yarou! Jangan salahkan dirimu sendiri!” Deg! Luvi melotot dia kenal betul dengan suara ini. Apakah Levi datang untuk menghukum dan memarahi nya??

“L-Levi? Kau di sini?? Kau berada di mana? A-aku merindukanmu lho! Ayo keluar lah jangan malu-malu!” Luvi menatap kesana-kemari mencari keberadaan saudara kembarnya yang sudah lama tidak ia lihat.

*Anggap aja kek gini:)⤵️
Widih! Jari robot GK tuh:v
Hore! Reuni:3


Levi menampakkan kehadirannya tak lupa dengan tatapan datar sedatar  tembok namun sekarang hanya ada kesedihan di pancaran mata abu kehitaman itu walaupun samar.

Oneesan, kau tak perlu berteriak seperti tadi. Aku merasa sedih kenapa kau bisa berpikiran seperti itu??” Levi bertanya dalam mode lumayan kalem ia pun mulai mendekati Luvi.

“Levi? Kenapa saat itu kau tak membalas surat ku, huh??” tanya Luvi dengan tatapan sedih ia seperti mengalihkan pembicaraan.

“Kau tak perlu tau tentang itu, sekarang jawab darimana kau dapatkan pemikiran bodoh itu? Kau pikir di dunia ini manusia yang bodoh dan pendosa hanya kau seorang?!”

“Tidak!! Masih banyak manusia yang seperti dirimu, contoh nya seperti diriku. Sekuat-kuat apapun aku pasti menemukan titik terendah, kita akan pindah tempat di sini bukanlah tempat yang bagus untuk membicarakan nya_-”

Tiba-tiba saja pulau Paradis yang hancur tadi digantikan dengan rerumputan hijau nan luas. Memberikan kesan nyaman dan tenang.

“Duduklah dan tenangkan pikiran mu, aku tak ingin melihat dirimu versi orang gila!” Levi berucap sambil melirik sinis ia sendiri cukup terkejut saat melihat saudaranya itu meraung-raung tadi.

“Maaf, apa yang ingin kau bicarakan? Oh iya, bagaimana bisa kau ada di sini? Lagipula kau tak mengatakan secara langsung apakah kau masih hidup atau sudah....mati?”

Levi hanya bisa menatap sangat datar ia sama sekali tak berminat untuk menjawab soal mati atau tidak nya dia. (“Mati atau tidaknya aku, itu sama saja!”) batinnya.

“Kau sudah hidup tenang dengan keluarga mu benar bukan? Dan tetap tinggal di Pulau Paradis dengan tujuan menjaga, aku sama sekali tak menyangka kalau si bocah Titan itulah yang menjadi ipar ku!_-”

Luvi hanya bisa senyum canggung kalau dia perjelas bagaimana bisa ia dan Eren menjalin hubungan suami-istri pun pasti Levi akan langsung meneror Eren.

“Levi lebih baik tentang aku dan Eren itu nanti saja ya. Aku ingin tau bagaimana bisa aku bermimpi buruk seperti tadi? Kau melihatnya kan??”

*Peletak!!
“Kau pikir aku cenayang?! Mungkin saja itu bukan sekedar mimpi melainkan kilas-balik dari ingatan mu!” Levi mende-tch samar sehabis menjitak kening Luvi.

“Tcah, tch, tcah, tch! Dasar ternyata sifatmu tak berubah ya?!” kesal Luvi. Keknya dia perlu cermin deh:')

Si pria datar hanya merotasi kan matanya lalu menatap lurus kedepan. Ia mengeluarkan sesuatu dari balik kantong dan itu adalah sebuah kertas kusam nampak sebuah gambaran pudar beranggotakan tiga orang.

Luvi terkejut saat melihat gambaran dirinya masa kecil, yaitu ibunya (Kuchel), Levi dan dirinya sendiri. Ia tak menyangka Levi masih menyimpannya walaupun dulu ia sempat menemukan gambar tua itu.

“Gambaran yang terlihat biasa-biasa ini berharga bagiku. Ada keluarga kita yaitu Ibu, karena itu aku menyimpan nya seperti harta karun...” Levi nampak sedikit menarik kedua ujung bibirnya menampilkan senyuman tipis yang dulu pernah muncul di saat Historia berhasil memukulnya.

“Haha, ya kau benar. Dan sekarang aku pun sudah menjadi seorang ibu berbuntut empat, lagi!” (*Cipp🐤🐤🐤🐤)

“Tapi sayangnya aku tak terlalu pintar untuk jadi seorang ibu yang baik. Pasti yang dibutuhkan oleh anak bukan hanya kasih sayang semata tapi perhatian, seorang anak ingin di sayangi secara adil bukan? Aku akan berusaha semaksimal mungkin”

“Apa yang kau bicarakan sebenarnya huh? Kenapa jadi soal anak? Lihatlah! Karena bersama dengan bocah Titan itu kau jadi punya banyak anak! Pasti saat melahirkan itu sakit sementara dia hanya menikmati di bagian 'enak' nya saja!” Omel Levi dengan kening berkerut seperti nya ia sudah geregetan ingin menghajar Eren:')

Tapi entahlah mungkin kalau Eren sendiri yang mendengarnya ia akan merasa seperti di tusuk oleh pedang:')

“Dahlah, jangan gitu! Tapi dia sangat perhatian, sangat menyayangi keluarganya. Hanya saja sifatnya agak berbeda sangat jauh bertolakbelakang dengan dirinya versi waktu Konflik Titan Rumbling...” oceh Luvi.

Kedua saudara itu pun berakhir saling bercengkrama membicarakan banyak hal walaupun tidak jelas. Tapi ini sudah cukup untuk melepaskan rasa rindu selama bertahun-tahun:)

An'o Adek cebol ku yang tamvan nan menawan. Ini bagaimana ceritanya kau bisa ada di sini? Kau bukan arwah gentayangan kan?:)” Seketika raut wajah Levi berubah aura gelap menguar begitu saja saat mendengar perkataan polos yang keluar dari mulut kakak kembarnya.

Baka aho! Aku bukan makhluk yang kau sebutkan! Dan berhenti memanggilku cebol kau tak sadar diri huh?” Levi mencibir geram pengen adu mekanik sebenarnya ya karena mereka sudah sangat lama tidak menyentuh pedang mungkin adu kekuatan boleh di coba sesekali:)

“Jangan marah liat mukak datar mu Makin masam kalau di liat-liat:) gak kok canda saja...” Luvi menyengir gaje sambil menunjukkan tanda 'peace'.

(“Aku benar-benar heran, bagaimana bisa ibu melahirkan anak seperti dirinya?”) batin Levi sedikit tertekan menghadapi kelakuan Luvi yang sama sekali tidak berubah:)







• (T B C) •
Me: Gaje bet ༎ຶ‿༎ຶ
Terima kasih sudah di baca:)
ɪᴅᴇ ɢᴜᴇ ᴄᴜᴍᴀ ꜱᴇʙᴀᴛᴀꜱ ɪɴɪ
ᴅᴏᴀɴɢ〒▽〒

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top