【Memory 06】
Selamat Membaca:)📖
•••
“Kau tau? Aku Membencimu ...”
“Apakah kau akan meneruskan pemusnahan Manusia? Sementara pulau itu sudah nyaris tak berpenghuni?”
“Ya, kalau tidak untuk apa aku memiliki kekuatan ini?”
•••
Renna terbangun dari tidur saat mendengar suara dingin berdengung di kepalanya.
“Haah!! A-apa tadi?? Siapa pria yang ku lihat tadi? Kenapa dia mirip sekali dengan Baren?”
Renna menoleh kanan-kiri, ia bukan berada di kamar nya tapi ada di kamar seseorang. Samar-samar ia mendengar suara senandung? Seorang wanita paruh baya duduk di kursi goyang.
~~~
Ichibyou mae no mabataki
torinokosareta sekai♪
Habatakeru nara kare ni tsutaete♪
Hane wo kogasu musuu no tori ga♪
Hai wo chirashi yasuragi warau♪
Dareka chirase♪
Boku ga koko ni ita to iu akashi mo♪
Hone wa douse suna to kashite
kieru no ni♪
~Shock (Yuko Ando)~
“E-eh? O bāchan!? Berarti aku ada di rumah Baren!?”
Tanya Renna sukses membuat wanita tua itu terhenti bernyanyi, Renna beranjak bangun lalu berjalan mendekati wanita yang sudah termakan usia juga zaman:') plis jangan ungkit-ungkit berapa umur nya:')
“Iya, kata Baren kau tiba-tiba pingsan di perjalanan, dengan kuat dia mengendong mu dan kembali pulang_-”
Entahlah mereka balik pulang pake kendaraan apa? Saya kagak tau:')
Ujar sang O bāchan menjelaskan dengan raut datarnya, walaupun suaranya terdengar serak tapi masih menunjukkan aura tegas di sana.
“Astaga! B-baiklah O bāchan-sama. Maaf sudah merepotkan Baren! Pasti tubuhku sangat berat kan?”
Lirih Renna sambil membuang muka dengan kedua pipi memerah samar sampai ke telinga. Bahkan Renna merasa tak percaya membayangkan kalau Baren terus mengendong nya selama perjalanan.
“Pftt...”
Suara menahan tawa itu sukses membuat Renna terperangah, wanita tua di hadapannya ini sama sekali tak pernah menunjukkan tawanya apalagi semenjak pertemuan pertama mereka.
Walaupun sudah termakan usia juga zaman wajahnya masih nampak 'lumayan sedikit' muda.
Yang Renna tau Nenek angkatnya Baren ini termasuk orang yang dulunya dikata kuat dan menjadi salah satu dari prajurit sayap kebebasan.
Tapi sayangnya sang nenek sama sekali tidak ingin memberitahukan siapa nama aslinya alias identitas nya, yang ia tahu hanyalah nama Ruby.
“Oh Iya di mana Baren??”
“Dia sudah pergi ke rumah Arkan, mau pinjam buku, begitu katanya_-”
Jelas nya lalu mencoba bangkit dari kursi goyang menggunakan sebuah tongkat, Renna mencoba untuk membantu nenek tua itu tapi malah di kasih lirikan tajam.
“Tenang saja wahai anak muda, aku masih bisa berjalan menggunakan tongkat ini.” Setelah nya wanita yang sering Renna panggil (O bāchan-sama) menghilang dari balik pintu.
Meninggalkan sosok Renna yang masih termenung saat melihat nya dari jauh.
Lalu berceletuk.
“O bāchan-sama, sebenarnya siapa dirimu? Aku sudah berkali-kali melihat ingatan nya dan menemukan seorang wanita yang lumayan mirip seperti O bāchan?”
Tapi setelah nya Renna membuang pikiran itu, beranjak keluar dari kamar lalu duduk di depan rumah Baren yang lumayan sederhana tidak kecil dan tidak besar pula.
Sementara kedua orang tua Baren kadang seringkali berpergian karena ada pekerjaan masing-masing. Begitu juga Baren yang biasanya suka berburu di hutan, walaupun seringkali menemani sosok Mbah nya.
Tiba-tiba saja mata Renna terbelalak kaget bahkan rahangnya sudah hampir jatuh saat melihat wanita tua yang sedang memotong kayu besar menggunakan kapak. Siapa lagi kalau bukan si O bāchan:')
*Ciri-ciri Mbah yang kagak bisa diem,
sama kayak Mbah gue:')
“Astaga dragon!! O bāchan!! Apa yang kau lakukan! Nanti pinggang mu encok lagi bagaimana!?” pekik Renna sambil berlari mengambil kapak itu dari tangan sang Mbah.
Sementara si Mbah hanya bisa menatap datar padahal mah keinginan nya cuman buat gerak-gerak aja gitu sekaligus untuk olahraga.
Masa kerjaan gue cuman duduk-duduk doang? Walaupun udah tua tapi harus bugar! Begitulah isi pikiran sang Mbah:)
“Apakah salah ya kalau aku melakukan aktivitas yang bisa mengeluarkan keringat?” celetuk si Mbah sambil cemberut melirik kapak yang masih ada di genggaman tangan Renna.
“Huufff~ O bāchan bukan begitu, bagaimana nanti kalau sakit pinggang nya kambuh lagi? Kan kasian O bāchan nya tak bisa melakukan aktivitas yang lain?”
Jelas Renna berperan menjadi cucu yang baik sambil membawa si Mbah duduk di bawah pohon. Dan hal ini sukses membuat sang Mbah teringat lagi dengan masa lalu nya.
“Aku rindu mereka...” lirih nya membuat Renna menoleh nampak ekspresi sendu di wajah wanita tua itu. Renna hanya terdiam padahal dalam hati dia ingin menanyakan sesuatu.
Tapi tak jadi karena melihat raut wajah si Mbah yang sedih ia tak ingin membuat nya makin sedih.
(“Andaikan waktu bisa ku putar kembali, aku rindu kalian, termasuk saudara cebol ku itu😞”) batin si Mbah meng-sedih sambil mengingat kenangan-kenangan semasa dulu.
*Jujur aja saya pengen nangis entah kenapa:')
*Sementara di tempat lain>
“Arkan aku pinjam buku yang ini ya?”
“Ha? Iya pinjam aja asal kan jangan lupa untuk ngembaliki'n nya:)” ujar pemuda ber-surai pirang dengan mata biru nya.
“Oghey!👍” Baren pun beranjak pergi, sebelum itu Arkan menahannya.
“Ada apa?”
“Kau tak mau mampir dulu? Bagaimana kabar Renna? Dia jarang berkunjung tau! Padahal dia bilang aku juga sahabat nya! Huh!” ujar Arkan sambil menahan kesal padahal dia sedang bercanda.
“Dia baik kok, hanya saja kemarin kami berjelajah ke suatu tempat...”
“Yaitu, pulau Paradis:)”
Celetuk Baren sambil tersenyum tipis atau bisa dibilang senyum kaku saat melihat raut wajah sahabatnya yang tiba-tiba pucat juga mata melotot.
Anggap aja wujudnya kayak gini:) abaikan aja baju nya.⤵
“Kau ... kesana? Dengan Renna!? Apa kau sudah tak waras! Apakah kalian terluka!? Kenapa kalian nekat ke sana!? Kau tau kan pulau itu adalah pulau terku—”
“Tutup mulutmu Arkan! Sebelum aku melupakan status mu sebagai sahabat ku!!!” Potong Baren dengan tatapan dingin juga penekanan entah mengapa ia tak suka jikalau pulau itu di sebut "Pulau Terkutuk".
*Hadeh! Dulu pulau iblis sekarang pulau terkutuk:') maunya apa sih!!?
Sementara Arkan langsung kucep lalu menunduk merasa bersalah, seperti nya pemuda yang satu ini terbawa emosi karena takut kedua sahabatnya kenapa-napa.
“Gomen'nasai! A-aku terbawa emosi tadi!”
Baren hanya mengangguk maklum setiap terjadi apapun pasti sahabat nya yang satu ini selalu terbawa emosi mau itu sedih, marah ataupun kecewa.
“Haah~ aku pergi dulu:)”
Pamit Baren tak sabar untuk menunjukkan dua buku yang bersampul agak kusam dan sedikit berdebu. Ia akan membacanya bersama dengan Renna.
Judul buku yang pertama:
Scouting Legion
Judul buku yang kedua:
History of the Eldians
***
Bersambung
***
(A/n)
“Maaf gaje:) Terima kasih sudah baca🙏
Cuman segini aja ide nya:)”
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top