Anomie ⊹ ࣪ ˖ Lookism x Reader [ 0.2 / ? ]

A/n: lanjutan bab 0.1,  blm diedit, ⚠️ warning gore 4.2+ words

[ Happy Reading ]

"Sebelumnya saya lupa memperkenalkan diri. Saya Choi Dongsoo dan ini putri saya Soojung" pria itu melambai dengan ramah. Namun ah, ternyata benar dugaanmu. Kau berpindah dunia.

Klik. Setelah realisasi perpindahan dunia, suara saklar lampu terdengar, Kegelapan menyelimuti sekelilingmu, sensasi sedingin es merembes ke kulit, seperti membuka kembali luka lama. Keberadaan Dongsoo dan Soojung telah menghilang begitu saja. Kau bertanya-tanya apa arti dari suasana yang mengerikan ini?

Kau tidak bisa melihat apapun, seperti kelopak matamu tertutup dengan paksa. Tidak ada suara dan kesunyian memekakkan telinga, kau cukup yakin keadaan ini belum bertahan lama tetapi entah mengapa ketegangan terus meningkatkan setiap detik yang bergulir pergi.

Keringat dingin mulai menetes turun melintasi dagumu dan nafasmu tersengal-sengal, sebuah perasaan dengan sesuatu yang menggerogoti bagian belakang lehermu, memaksa untuk secara naluriah berbalik. Tetapi hanya ada kegelapan yang sama yang menyambutmu. Kau memikirkan semua kemungkinan terburuk yang bisa terjadi.

'Seseorang berusaha menakut-nakuti? Tidak mungkinkan ini semacam tes apapun yang pria itu lakukan?'

Kau tanpa sadar mengusap belakang lehermu, berharap perasaan itu menghilang. Suara detak jantungmu terdengar lebih keras, memenuhi pendengaranmu. Telapak tanganmu licin berkeringat, kau mulai mempertimbangkan untuk bergerak dengan semua luka ini.

Kritt... kali ini suara kayu yang berderit. Memang benar kamar Soojung berlantai kayu, mungkin rumah lama mereka sudah sejak awal cukup lama, itu menjelaskan mengapa lantai selalu terdengar terlalu keras.

Sebagai penghuni dan pemilik rumah dengan kondisi seperti ini, apakah itu tidak logis jika mereka tidak meributkan masalah seperti ini? Setidaknya katakan sesuatu, katakan kalau itu seseorang, kalau itu mereka yang sedang berjalan keluar, atau apapun yang mengkonfirmasi itu adalah mereka.

"Permisi... apa kalian disana?" Kau tidak berpikir lagi apakah mereka akan mengerti apa yang kau bicarakan, yang kau inginkan yaitu respon mereka secepatnya.

Kritt... kali ini bunyi itu semakin sering, seakan langkah kaki berjalan mendekat, terus mendekat, begitu nyaring seperti itu permainan jalan ditempat... di dekatmu, kau berusaha mengabaikannya, namun, jantungmu jatuh ketika mendengar sesuatu yang familiar. Sesuatu yang menggeliat di tanah.

"Persetan...!" Semburan adrenalin yang tiba-tiba membuat rasa sakit tusukan seperti tidak pernah ada, pikiranmu dipenuhi oleh satu tujuan, pergi dari tempat ini secepatnya.

'Mengapa kau berlari? Apa yang kau takutkan? Apakah itu sebuah masalah jika kau tidak bisa melihat hari esok lagi?'

Kau tidak menjawab, terus mengabaikan suara yang seolah-olah dibasahi oleh kesenangan yang menyeramkan. Simpul gelisah mulai terbentuk di perutmu.

'Apa salahnya jika kau membayar sedikit dari kesalahanmu?'

Sungguh saran yang menggoda hati yang berdarah rasa bersalah. Tapi kamu tidak, kamu tidak. Kau ingin? Tidak juga, tidak dengan cara ini. Kau tidak berniat berhenti dan mengetahui apa yang di balik punggungmu.

'Sekarang, kau melarikan diri seperti bayangan dari matahari. Rasionalitas berkuasa, bukan? Sama seperti kau meninggalkan kami.'

Sesaat kemudian kau menjerit kesakitan ketika telapak kakimu menginjak sesuatu yang tajam, dengan itu kau mendapatkan suara melengking penuh kegembiraan menusuk telingamu yang terdengar tidak akan berhenti untuk sementara waktu.

'Pembayaran instan hutang karma-mu, hm?'

Kau menggelengkan kepala, berpikir tidak ada waktu untuk teralihkan, tidak peduli kemana, terserah jika kau menabrak atau menginjak sesuatu, biarkan dan terus bergerak. Apapun, bahkan mengabaikan sensasi dingin yang menjalar di perutmu meluas, juga berbagai kalimat mengerikan yang kau dengar, selama derap langkah kaki lain mulai tertinggal di belakangmu.

Beberapa langkah yang agak ringan, kau hampir bangga pada dirimu sendiri, bangga bisa melarikan diri dari skenario yang kau anggap buruk. Sedikit yang kau ketahui, rasa bangga itu hanya sesaat ketika sesuatu tiba-tiba menyadung kakimu. Panik, kau kembali mengesampingkan rasa nyeri yang mulai kembali.

'Berdiri! Berdiri [name]!' Kau memerintahkan kakimu yang gemertar untuk bangkit. Sayangnya, sesuatu yang meraih kakimu berkata lain.

Lapisan kulit pergelangan kakimu menjadi lebih dingin dari mencelupkan kaki dalam es di saat hujan. Itu mengunci dan menyeretmun hampir seperti kembali ke asal suara langkah kaki Itu berasal.

Kau menendang, menggeliat, meronta-ronta, bahkan hingga paru-paru memohon agar sesuatu itu melepaskanmu. Jari-jarimu menggali tanpa harapan ke tanah apapun yang kau genggam. Bau darah mulai memenuhi indra penciumanmu.

"Sialan! Dasar... dasar brengsek! Lepaskan kau benda menjijikan, sialan anj-" Setiap sumpah serapah, nama binatang, apa saja... segalanya agar kau bisa melepaskan diri...

'Ini percuma saja, bukan? Apa kau... ingin mengetahui bagaimana ini akan berakhir buruk untukmu?'

"Tidak... tidak..." Kau menutup matamu, rasa perih yang menusuk matamu, dan pipimu basah sebelum kau mengetahuinya. Pikiranmu berpacu pada hal terburuk apa yang bisa terjadi, dan suara itu tidak berhenti menertawakanmu.

'Apa itu dirobek perlahan, mungkin? Sesuatu seperti gigi tajam yang mengulitimu? Pengisap darah?'

Kau mendengar suara itu menertawakan dirimu, mencemooh dan merendahkan. 'Kau ingat, kau seperti hama pengerat yang dipermainkan. Kau pada akhirnya bukan apa-apa. Harusnya kau familiar tentang permainan bebek yang dulu kau lakukan?'

Penghinaan itu tidak berhenti memenuhi kepalamu, dan tarikan di kakimu semakin kuat menyeretmu. Hingga di titik permukaan itu sudah berada di ujungnya. Sesuatu seperti pinggiran tumpul, namun kau tidak bisa melihat apa yang berada di bawah sisa tubuhmu yang tertarik melewati sisa permukaan, tetapi sesuatu yang tajam menusuk kakimu.

Kau menjerit ketika sesuatu yang kasar menembus daging betismu, menggores kulit dan mengiris otot di pahamu perlahan. Cengkramanmu mulai melemah dan kau sudah berada di ujung dengan menggunakan sisa tubuhmu yang belum terjatuh dari pinggiran untuk bertahan. Kau tidak berani melihat apa yang terjadi dengan bagian tubuhmu yang menggantung.

Suara-suara di pikiranmu tidak berhenti menghinamu, memberikan kalimat empati palsu atas penderitaanmu.

'ada kata-kata terakhir?'

"Ha! Persetan denganmu, persetan dengan permainan bebek sialan itu, persetan denganku, persetan dengan hidup ini!"

'Ha... Hidupmu sangat menyedihkan, benar?'

Sesaat yang terasa selamanya, terintrupsi oleh suara notifikasi yang muncul entah darimana dan bagaimana hampir merusak suasana seperti musik latar belakang menegangkan yang tiba-tiba menghilang. Sekali lagi ada sebuah suara saklar, matamu sekarang bisa melihat sekeliling yang berwarna putih tanpa noda.

Kau memberanikan diri menoleh dan semua yang kau bayangkan tentang seberapa mengerikannya tampilan apapun kakimu, lenyap. Bukan dalam artian harafiah kakimu terpotong tanpa bentuk, tetapi lenyap itu mengacu pada sensasi sakit yang tidak pernah ada. Tidak ada jejak rasa sakit yang menggeliat jiwamu.

"Ha. Apa aku mulai berhalusinasi mendengar suara notifikasi atau semacamnya?" Kau pernah mendengar, ketika seseorang di ujung maut, mereka akan melihat atau mendengar hal-hal absurd.

Hei.... apa kau bisa mendengarku?

'Ah, ini bukan mimpi ternyata'

Setelah kegilaan semalam, kau sedikit berharap kalau dunia tidak memberikan cobaan lainnya.

Dua hari. Sudah dua hari sejak kau berada di kediaman Choi, lebih tepatnya antagonist cerita komik yang berasal dari korea. Mau berapa kali kau menampar pipimu, menggigit tanganmu dan semua tes realita bahwa ini bukan dunia figuratif yang dibuat otakmu untuk mengatasi tempat berdarah yang kau tinggalkan sebelumnya. Benar saja sensorik rasa sakitmu masih bekerja dengan baik, bahkan lebih menyakitkan karena kau baru saja dihabisi. Dalam tanda kutip hampir mati dengan ditikam.

Juga Soojung, atau seseorang yang mengaku sebagai tokoh manhwa genre aksi yang sekarang kau ragukan sebenarnya adalah nyata meski diluar akal sehat kau telah berpindah realita ke dunia fiksi. Sekarang mari mengumpulkan serpihan kewarasanmu sebelum mereka membuangmu di jalanan.

'Soojung tidak terlalu terlihat seperti di manhwa tetapi masih membawa fitur yang sama. Agak lebih ceria mungkin?'

Choi Soojung yang sekarang berada dalam rumah ini lebih muda dari cerita utama ketika dia debut. Baik tubuh aslinya maupun kedua tentunya kau tidak bisa membedakan mereka, seperti ini sekarang dua dimensi yang dikonversi menjadi satu tingkat diatas. Bagaimana logika itu bisa bekerja? Authornya secara harafiah menggambar wajah Soojung tidak jauh berbeda antara kedua tubuhnya, setidaknya satunya hanya lebih pendek dan berisi.

'Tidak, bukan waktunya body shaming. Tapi tetap saja. . . Apa aku punya kata yang lebih baik untuk menggambarkannya?'

Kalau dipikir-pikir, karena kau masuk dunia dua dimensi yang dimaksudkan untuk tidak nyata; datar seperti triplek. Apakah kau sudah melihat bentuk tubuh ini? Beberapa petunjuk bagaimana dunia ini terlihat dimatamu masih terlihat sebagaimana artist Lookism menggambar, hanya lebih banyak sentuhan detail. Baik furnitur dan barang-barang sekitar sama nyatanya. Wajah mereka; Soojung dan Dongsoo memiliki volume mereka sendiri. Mirip seperti gaya lukisan semi-realism tetapi membawa lebih banyak unsur gaya realism.

'Aneh tapi nyata, keluarga Choi memang punya gen kecantikan. Mau bagaimanapun Soojung terlihat dia memang cantik, kurasa? Yah, Soojung ini benar cantik'

Jika ini memang Choi Soojung yang di Lookism, siapa yang tau tubuh utamanya yang mana atau bagaimana dia membentuk pola pikir orang tampan maupun cantik adalah bajingan. Dua hari yang terlewat mirip seakan keramahan Dongsoo yang menginginkan sesuatu dan Soojung sebagai anak kecil yang naif. Atau mereka yang sangat hebat menipumu.

"Ah, [name]. Kau sudah bangun, apakah kau ingin sarapan? Ayahku membuat sup tofu"

Umur panjang, begitu? Gesturnya tidak gugup sebanyak pertama kalian saling bertatapan. Kesan ingin berteman dan ramah, dia seorang anak seharusnya. Tapi logika Lookism membuatnya penampilan tampang baby face dengan lemak bayi naik beberapa tingkat, syukurlah ini masih meyakinkan ketika dia menyebutkan umurnya(yang telah kau lupakan). Intinya dia masih di sekolah dasar dan kelas lima.

"Setelah aku mencuci muka"

"Apakah kau baik-baik saja?! Ingin aku membantumu? Bagaimana jika aku membawakanmu sarapannya kesini? Hati-hati lukamu mungkin terbuka lagi" dia terdengar panik dengan segera menghampirimu.

'Betapa baiknya akting itu, raut yang terlihat nyata akan khawatir. Semoga saja penyangkalan ini salah'

"Terima kasih untuk kekhawatiranmu tapi aku bisa menjaga diriku sendiri sekarang dan tidak perlu membawakan sarapannya. Aku memiliki beberapa hal untuk dibicarakan dengan ayahmu" menundukkan sedikit kepalamu, sebuah kesopanan umum.

"Tidak apa, biarkan aku membantumu berdiri"

'Sungguh keras kepala!'

Dengan suasana hati pagi yang agak muram, meski diberi kemurahan hati Choi Soojung yang membantumu berjalan menuju kamar mandi didampingi rasa mual yang berkumpul di perutmu saat dia menyentuhmu. Entahlah, sejak kau sampai disini semua sentuhan fisik yang kau terima akan selalu muncul sensasi menjijikan ini. Apa kau diam-diam mengidap sebuah sindrom yang membenci sentuhan? Atau bawaan budaya tempat kau dibesarkan?

'Yang kedua terdengar lebih meyakinkan.'

Kau berdiri dibatas antara pintu ruangan, memberi Soojung pengakuan dengan kalimat terima kasih kecil. Rasa lega membasuhmu ketika dia melepaskanmu. Sekarang waktunya membuat ruangan ini sebagai tempat pribadi sementara untuk melihat wujud yang kau miliki. Berdiri di depan cermin dan wastafel untuk menopang tubuhmu, kau menyentuh kaca membersihkan kotoran disana.

'Yah, ini benar-benar aneh'

Wajahmu masih sama dengan bagaimana kau terakhir kali melihat pantulannya. Tidak banyak yang berubah kecuali lebih tampak muda... nah, itu menjelaskan mengapa kakimu sangat pendek dan kau setinggi dengan Soojung.

Bukankah ini semakin tidak masuk akal? Seperti bagaimana tokoh-tokoh dalam novel yang memiliki keadaan yang sama. Tidak pernahkah mereka mempertanyakan soal eksistensi mereka saat berpindah ke dunia lain? Atau hanya penulis buku tersebut hanya membenarkan kalau ada makhluk lain tanpa batas yang menginginkan itu terjadi. Bukannya kau tidak percaya pada ada tidaknya pencipta. Bagaimanapun juga ini...

"Ini masih berlebihan untuk diterima."

Beberapa sel otakmu berusaha merasionalisasikannya untuk kalau ini adalah keyataannya, kau telah berpindah dunia seperti dalam novel yang pernah kau baca sebelum kehidupan militermu. Tapi tetap saja bagaimana? Bagaimana bisa?! Realita adalah hal-hal yang dimaksudkan untuk menjadi nyata bukan ini! Tes realita menguji sensorik rasa sakitmu masih berfungsi dan fakta bahwa kau bisa menyentuh Soojung adalah kebenaran.

'Lalu sekarang apa? Melakukan mekanisme bertahan diri dengan meyakinkan diri bahwa ini adalah realitaku sekarang?' Seakan mencemooh dirimu sendiri, dunia yang kejam menunggumu.

Mirip seperti kau adalah tokoh utama, tapi kesadaranmu berbicara kalau dunia ini tidak akan berputar untukmu tetapi memaksamu untuk bergerak dan mendorongmu dengan arus mereka. Jelasnya setiap orang ingin bertahan hidup tidak peduli apakah itu adalah kenyataan dunia mereka berpijak atau itu sebenarnya tidak lebih fantasi imajinasi mereka. Semuanya ingin hidup bahagia dan tenang!

'Dengan itu beberapa penyangkalan tentang dunia ini definisi fantasi pelarian kehidupanmu sebelumnya telah teratasi, untuk sementara waktu. Kau hanya ingin lari dari tanah hitam itu [name], tetapi kau tidak punya tulang punggung untuk mengakuinya' suara itu tertawa terbahak-bahak menghina di belakang kepalamu. Bersama dengan sakit kepala menyerang, menutup mata berharap kalau itu akan pergi lebih cepat.

"Abaikan... tidak apa-apa, ini sekarang adalah realitaku dan aku akan hidup disini" kau mengulangi kalimat tersebut seperti mantra.

Selanjutnya kau tidak akan mengumpulkan pikiranmu di kamar mandi dengan pencahayaan redup seperti ini lagi. Kekhawatiran kau akan mengembangkan ketakutan berlebihan pada kegelapan dan memberi makan paranoia-mu lebih banyak.

•••

Suasana canggung membeku diudara dikarenakan tambahan baru di meja makan, yaitu kamu. Soojung beberapa kali berusaha memasukkanmu dalam percakapannya dengan ayahnya, menggunakan bahasa inggrisnya yang kaku. Tetapi Dongsoo disini... yah, hanya menjadi Choi Dongsoo yang bertampang seorang ayah yang baik dan ramah kepada tamu mereka.

Porsi makan yang kecil, nasi dengan campuran sayuran diatasnya? Sederhana dan simpel. Kau tidak mengeluh atau salah satu dari kalian bertiga mengungkapkan hal tersebut, hanya saja kau bisa menebak karena adanya kamu yang menumpang, porsi makan mereka juga berkurang.
Dan sendok, pemandangan dimana seseorang makan dengan sendok meski telah disediakan sumpit untuknya. Kau menduga benak mereka yang berjalan, bahwa kau memang tidak pada tempatnya.

'Bukannya mau mengeluh tapi tangan ini memang tidak bisa menggunakan sumpit sejak awal. . . Mereka bisa menjadi sedikit kuno sekarang'

"[Name], jika kau penasaran ini apa. Sarapan kita namanya bibimbap, hari ini agak spesial karena kami memiliki tamu. Dan tidak apa menggunakan sendok" dia mengatakannya dengan diselingi tawa kecil.

"Terima kasih atas perhatiannya, tuan Choi"

"uɐʞɐɹɐɔıq ıp ʞnʇun lɐɥ ɐdɐɹǝqǝq ıʞılıɯǝɯ ɐʇıʞ nɯɐʇ uɐp ɥɐʎɐ ıdɐʇ nɯɹɐʇuɐɓuǝɯ ɐsıq ʞɐpıʇ ıuı ıɹɐɥ ɥɐʎɐ uɐʞɟɐɐɯ 'ɥɐloʞǝs ǝʞ lɐʍɐ ɥıqǝl ıɓɹǝd nɐʞ ɥɐʞɐsıq ɓunɾooS ɓuoɯo-ɓuoɯO" dan mereka kembali kepercakapan yang dimana kau perlu diasingkan dari topik, entah dengan maksud apa.

"uɐɯǝʇ ıʞılıɯǝɯ nʞɐ dɐɹɐɥɹǝq ʇıʞıpǝs nʞ∀ ¿ıuı ʇɐdǝɔǝS ¿ılɐqɯǝʞ nʞɐ ʇɐɐs ıɓɹǝd uɐʞɐ ɐıp ɥɐʞɐd∀" ada apa dengan tampang kecewa Soojung tiba-tiba.

Kau memang memiliki buku bahasa Jepang-Korea, untuk apa? Jujur kau tidak tau juga selain ini ada kaitannya dengan latar belakang tubuh ini. Tubuh ini jelas berasal dari sana ketika kau bisa mengerti secara fasih apa yang dikatakan pria itu tadi malam. Buku itu juga menunjukkan kau mampu membaca kanji atau sastra Jepang.

Sebenarnya buku itu lebih seperti peralihan bahasa Jepang ke Korea dengan penghubung bahasa inggris. Kau percaya jika kau diberikan buku itu seharusnya kau memiliki dasar alphabet korea untuk diketahui(faktanya kau tidak memiliki ide apapun tentang itu).

"¿ǝʞo 'lɐɓɓuıʇ uıɓuı ıʇuɐu ɐʇıʞ nɯɐʇ uɐsnʇndǝʞ dɐɹɐɥɹǝq ɐʇıʞ ıɹɐɯ nʇı ɓuɐʇuǝ⊥" balas Choi Dongsoo dan sisa percakapan mereka tenggelam.

Sekarang, kesan seperti apa yang ingin kau berikan kepada sang antagonist masa depan? Jika ingin memberikan pendapat berdasarkan keyataannya, terus terang kau ingin pergi dari sini. Seperti bayangkan apa yang bisa Choi Dongsoo lakukan kepada anak remaja yang tidak punya tempat untuk kembali.

'Memperbudak mereka jelasnya, lagi pula dia orang yang sama penyebab banyaknya kasus ilegal anak dibawah umur'

Kalau bisa kau mau pergi ke seseorang yang bisa kau percayai memiliki hati nurani yang benar dibandingkan orang yang duduk di seberang meja makan, contohnya ibunya Hyungseok Park. Lupakan, terlibat dengan protagonist sama buruknya dengan antagonist. Tidak, itu bahkan lebih berbahaya. Kau bisa digunakan sebagai sandera atau apapun untuk mengancam Hyungseok. Bukannya kau peduli tapi menyangkut alur cerita, orang normal manapun akan menghindarinya bagaimana pun juga.

'Apakah aliansi dengan Choi Dongsoo dapat terjadi?'

Jika ini pilihan terakhir untukmu agar bisa menghindari plot Lookism, maka biarlah. Pertimbangan terbaik yaitu membiarkan dia memanfaatkanmu dan kau akan memanfaatkannya hingga kau bisa hidup dengan kemampuanmu sendiri. Lagipula dia orang yang sama mendorong anak-anak dibawah umur untuk mampu menghasilkan uang, kecuali kamu tidak akan memberikannya kepada dia.

Pandangannya kepadamu akan memengaruhi kedepannya seperti apa dia akan menggunakanmu. Asumsi bahwa saat ini masih ada keterbatasan komunikasi, dan kau tidak banyak berinteraksi dengan keluarga Choi, selain hal-hal penting. Kau bukan terbuat dari sinar matahari dan bunga, umur mentalmu bahkan jauh lebih tua dari tubuh ini. Apabila ini adalah antagonist manhwa Lookism yang kau kenal, maka kesannya padamu sekarang. . .

"ɹɐuǝq 'ɥ∀ ¡nlnp ıɓɹǝd nʞɐ 'ɥɐʎ∀. [Name]! Aku akan berangkat sekolah, sampai jumpa nanti!" Dia berseru riang, lebih pastinya terlalu bersemangat bahkan. Dongsoo disisi lain mengantar kepergiannya dengan lambaian kecil.

Beberapa saat sunyi di ruangan tempat hanya tersisa kau dan tokoh penjahat utama sama dengan pertandingan berdarah yang menegangkan dengannya. Ini bukan arena yang dipenuhi orang-orang yang bersorak untuk pertarungan, tetapi sensasi berdiri di panggung penghakiman agung dengan Choi Dongsoo yang tersenyum sebagai hakim yang siap melemparkan kepastian hukuman untukmu.

Bukannya kau memiliki hutang atau sesuatu untuk dibayarkan kepadanya, hanya tatapan menilai itu begitu kentara hingga kau bisa mendengar roda gigi berputar di otaknya, bersiasat bagaimana memerasmu agar bisa mendapatkan banyak uang darimu. Dia adalah Choi Dongsoo, penjahat utama yang serakah akan uang. Rela mengorbankan dan mengijak siapapun untuk sampai di titik teratas rantai makanan.

'Apakah aku harus mulai mengatakan sesuatu duluan? Atau haruskah aku bertingkah gugup seperti anak pada umumnya?'

Sekarang entah bagaimana ini menjadi kontes menatap. . . Siapa yang mengalihkan pandangannya akan, uh kalah? Kau begitu bimbang di balik fasad tanpa ekspresi ini. Rasanya begitu menyesakkan, kau yakin ada sebulir keringat yang jatuh dari keningmu karena suasana yang membuatmu terlalu gugup. Impresi sebagai anak pendiam yang belum tentu naif seharusnya belum hancur, mungkin.

'Ini pagi, ya ampun! Kenapa piringku malah penuh dengan suasana seperti ini.'

Pagi, seperti bukan saatnya matahari terbit. Tetapi bersiap akan bagian menentukan dari realita baru yang hangat akan pengakuan darimu. Kicau ceria burung seharusnya menjadi teman untuk menghilangkan stres tidak terlihat yang memakanmu. Bisakah Choi Dongsoo mengakhiri sesi penghakiman ini lebih cepat? Kau adalah manusia normal dengan keinginan untuk hidup juga.

'Percakapan ini akan menentukan gambar seperti apa yang akan Choi Dongsoo tangkap, pertahankan ini sedikit lebih lama dan membuatnya yang pertama memulai kalau begitu'

Suara piring bergeser di meja kayu yang berlapis taplak kusut. Dongsoo akhirnya yang memutuskan ketegangan dengan meraih piringmu dan membawa itu ke wastafel dapur yang terletak dibelakang punggungnya. Kau menonton dia mengambil sarung tangan mencuci dan mulai membersihkan piring.

"Bagaimana kabarmu [name]? Apa lukamu masih menyakitkan? Jika iya, aku hari ini memutuskan untuk membawamu ke rumah sakit terdekat" dia berbicara tanpa menoleh ke arahmu.

Jika dia berbicara dengan cara mata menatap mata maka dia akan melihat bagaimana kau hampir tersentak dengan percakapan yang tiba-tiba. Sebuah pepatah mengatakan kesopanan yang pertama, tidak peduli dimana kau berada selalu mengatakan kesopanan. Tabiat biasa, setidaknya bahkan orang jahat yang menyelamatkanmu juga perlu kesetaraan itu.

"Saya sangat menghargai perhatian dan kepedulian anda, tuan. Tapi sepertinya tidak perlu membawa saya kesana, luka tusuk ini tidak terlalu dalam." Padat dan singkat, kau menyampaikan maksudmu dan juga menjawab pertayaannya. Mungkin lebih baik membiarkannya memimpin percakapan ini.

"Syukurlah, senang mendegar kau baik-baik saja." Dia berbalik dengan senyum mata tertutup. Ada jeda beberapa menit, tau kau tidak akan memulai, Choi Dongsoo melanjutkan ke topik baru. "Omong-omong, aku mendengar di berita kemarin ada kebakaran di sebuah rumah kecil. Meski untungnya tidak sempat meluas kemana-mana."

'Baiklah, mengapa dia seketika membawa kebakaran sebagai tema percakapan? Apa dia mencoba-coba air semacamnya?'

Apa dia hanya mengujimu? Dan secara kebetulan kau ada hubungannya dengan tragedi itu? Atau ini hanya Choi Dongsoo yang tidak kau ketahui bisa berbahasa Jepang juga. Terserah, mari lihat apa yang dia inginkan. "Saya tidak mengerti mengapa anda mengangkat kejadian tertentu ini pada percakapan kita"

"Ah, aku sedikit berharap kau tau sesuatu tentang ini." Dengan itu dia menyelesaikan pekerjaan kecilnya, membawa kertas yang kemungkinan koran.

Disana kau melihat gambar besar terpampang sebuah rumah agak terpencil? Tanpa ada rumah lain sebagai tetangga yang terbakar. Itu cukup kecil sebenarnya, mirip seperti deskripsi singkat pria yang berkata mengasihanimu pada malam itu. Berpikir sejenak, melihat kembali ke arah wajah Dongsoo dengan ekspresi yang tidak berubah. Kau menghela nafas, sepertinya orang ini benar-benar ingin kau yang memohon di kakinya. Sialan.

"Orang yang meninggalkan saya dijalan mengatakan hal yang sama, kebakaran. Saya kira dia yang membakarnya, mengingat dia mengancam saya untuk tidak kembali ke Jepang. Sebuah negara dimana saya berada sebelum saya disini." Bagian terakhir hanya asumsimu karena orang itu menekankan kalau ada keluargamu di dunia ini yang berusaha membunuhmu.

"Sungguh malang. Kuharap aku bisa membantumu dengan sesuatu"

'Dia itu sedang bersimpati atau apa? Wajahnya terlihat meledekku'

Kau menarik nafas dan mengehembus agak berat, menyiapkan mental untuk pengakuan menyedihkan. Jika ini tidak berhasil, maka kau harus mencari jalan lain. Seperti itulah hidup, kau gagal, meratapinya beberapa saat kemudian kembali lagi berjalan seperti tidak ada yang salah.

"Tuan, saya sangat berterima kasih atas dukungan dan kemurahan hati Anda dalam membantu orang seperti saya benar-benar terpuji dan melampaui harapan. Saya tidak percaya bahwa Anda telah menerima manfaat nyata apa pun atas tindakan Anda dan saya benar-benar menghargai ketidakegoisanmu." Kau mencoba memperhalus keinginanmu. Kata-kata ini sudah banyak kau gunakan di kehidupan sebelumnya, pejabat yang memberi tidak lebih kalimat tanpa penebusan.

"Jangan menyebutkannya, sudah semestinya aku menolong seorang anak yang sekarat. Aku tau seperti apa perasaan orang tua berkeluarga melihat anak kecil penuh darah di ujung jalan" Dia menjawab. Untuk sedikit rasa seleramu, Choi Dongsoo dramatis? Tapi kalimat selanjutnya menjawab keinginanmu. "Aku menghargai rasa terima kasihmu, [name]. Namun aku berharap jika mungkin bagimu untuk memberikan sesuatu yang lebih dari ini sebagai balasannya? "

Fakta bahwa anak normal dengan usia tubuh ini pasti akan gugup ketika mereka ditanya tentang balas budi. Jika tidak gagap maka jawaban mereka akan kembali membara berapi-api penuh semangat. Tentu, jawabannya tergantung lingkungan yang mereka hirup. Tapi sedikit kemungkinan mereka akan menangkap maksud sebenarnya Choi Dongsoo, karena mereka adalah anak-anak, belum dimaksudkan untuk tenggelam dalam dunia yang gelap. Yang disebut menjadi dewasa.

Kau sudah melampaui masa remajamu, dimana saat itu juga kau membaca Lookism sebagai hiburan tanpa tau makna dan kesulitan sebenarnya. Terus menggulir halaman jika terlalu banyak gelembung dialog, dan menikmati visualnya. Berbeda ketika kau bisa menari di panggung yang sama dengan para karakter, terlebih lagi antagonist utama cerita. Kau tidak berharap lebih jika saat ini entah dari mana atau bagaimana cahaya semakin redup menyoroti kalian berdua.

'Sungguh picik, Dongsoo secara halus mengisyaratkan dia menginginkan sesuatu sebagai balasannya atas menyelamatkanku.'

Kau bermonolog dalam diam, menundukkan kepalamu menyembunyikan ekspresi apapun yang bisa muncul. Choi Dongsoo sudah jelas ingin melihat reaksimu dan memanfaatkannya untuk keuntungannya. Lagi pula, dimanfaatkan dan memanfaatkan sudah menjadi hal biasa dalam kehidupanmu sebelumnya, kau terbiasa menelannya tanpa ragu rasa pahit keserakahan manusia. Mereka yang tanpa malu mendorong sesamanya sebagai perisai daging contohnya.

<unedited>

"Sebelumnya maafkan kelancangan saya, tapi saya khawatir bahwa anda menyiratkan sesuatu tentang kompensasi finansial, benar? Saat ini saya tidak memiliki apapun semacamnya untuk ditawarkan, tetapi jika anda membutuhkan pegawai atau tenaga bantuan tentang bisnis anda. Saya merasa terhormat untuk kesempatannya"

"Dan bagaimana aku tau kau tidak akan membawa kerugian padaku?

"Untuk seseorang yang sempat diburu oleh keluarganya sendiri dan tidak memiliki tempat kembali. Saya yakin kejahatan adalah hal terakhir yang akan saya lakukan."

"Bukankah tidak ada yang tau bagaimana masa depan berjalan?"

'Aku tau...' dan Choi Dongsoo tau tatapan itu.

"Kalau itu kurang meyakinkan, bagaimana jika kita membuat taruhan?"

"Aku mendengarkan"

"Saya bisa membantu anda mengembangkan bisnis anda, yang dimana bukan toko ini."

"Oh, kau mengetahui bisnis lain yang kumiliki?"

"Saya mendengar dari Soojung anda melakukan beberapa penelitian bisnis dan perencanaan keuangan dengannya. Tambahan ada beberapa kertas survey yang saya lihat saat berjalan kesini"

(Soojung adalah jenius dalam bidang bisnis tentunya)

"Saya menebak anda berencana melakukan investasi"

"Menakjubkan, untuk anak seusiamu kau paham dengan bisnis. Tetapi jika untuk itu, aku sudah memiliki Soojung"

"Siapa yang tau saya bisa membantu anda dibidang lain, saya bukan menggantikan tetapi saya melengkapi hal-hal yang anda butuhkan. Dengan nilai saya belum bisa dibuktikan karena lingkungan yang masih asing dan saya belum memiliki pendidikan. Sekarang, apakah anda tertarik berinvestasi pada saya?"

"Mempertimbangkan segala kekurangan saya, saya akan berterima kasih jika Anda dapat membantu saya dalam hal ini, dan saya bersedia menjadikannya berharga untuk Anda. Namun, saya akan sangat menghargai jika Anda dapat menghormati batasan saya dan tidak memanfaatkan situasi"

"Dan jika saya gagal memenuhi ekspetasi anda maka Anda bisa menagih semua biaya yang anda keluarkan untuk kebutuhan saya, hingga saya mampu membiayai diri saya sendiri, paling lama ketika saya berumur 19 tahun. Hingga saat itu, semua biaya akan ada dengan tambahan bunga sebanyak yang anda inginkan."

"Apakah anda ingin rekaman suara soal pernyataan ini? Atau video ketika suara saya berubah dimasa depan."

"Menarik, sungguh bocah yang menarik. Aku tidak tau bagaimana kau dibesarkan di asalmu tetapi aku yakin keputusan membawamu dibawah sayapku tidak akan mengecewakan"

•••

Scenario :

Nem membaca hal-hal terutama buku terjemahan. Di bukunya ada keanehan yaitu tulisan dari tinta pulpen bertulis semacam quest besar. Dengan beberapa langkahnya dan reward. Karena nem terlalu lama menatap bagian sampul kertas dibalik cover buku (halaman di balik cover) Soojung bertanya ada apa? Mengapa menatap halaman kosong itu? Tanda tidak ada yang bisa melihat tulisan itu selain dia.

Ada pembicaraan soal bisnis Dongsoo dengan Soojung yg diatas. Kemudian masuk ke bagian kamar-mandi.

Semuanya berawal dari surat yang nem baca sesuatu tentang puisi dan misi. Konsekuensi? Jangka hidup yang diperpendek. Berbentuk seperti health bar, jika itu habis kau mati.

Fakta bahwa nem mengidap penyakit huhu.

Ouline:
- Past time, saat baru bangun pertama kali
- nem liat puisinya. Rasa menyebalkan di pagi hari
- mengutuk dan sebagainya
- ada Soojung disekitar karena ini kamarnya
- dengan baik hati Soojung membujuk ayahnya supaya tamu mereka tidak tidur di sofa
- ada instruksi di ujung kertas pesan
- soojung ga bisa baca pesannya, malah keliatan hanya sebuah satu kalimat pendek, bertahan hiduplah dalam bahasa jepang.
- nem melihat quest, itu menyebalkan tujuan besarnya dan sub quest. Salah satunya berinteraksi dengan Soojung, hingga dia menghangat pada nem.
- sekarang dalam 5 hari kedepan nem berusaha memperbanyak interaksi. Dengannya. Dalam seminggu juga nem harus meyakinkan Dongsoo agar menerimanya.
-konsekuensi awal, quest menghilang dan diganti dengan yang lebih sulit. Dengan bar health yang berkurang.

Hal-hal yang nem bantu diantaranya:
- membantu mempertemukan Choi Dongsoo dengan Gun yang memulai semua bisnisnya.
- melindungi Soojung dari pembulian & belajar
- mengait beberapa pebisnis sukses karena komunitasnya yang luas.
- menghancurkan bisnis para raja dengan blackmail, juga mendapatkan uang pemerasan.
- nem semacam karyawan pertama Baekho dan membantu mencari klien.
- nem punya forum pribadi.
- nem punya kenalan yang bisa membantu menyembunyikan dua tubuh Soojung jika perlu kerumah sakit.
- nem informan yang terkenal.
- kriminal lul

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top