Agape
Manusia itu makhluk yang unik dengan 1001 perasaan yang unik pula, terkadang perasaan asli mereka ditimbun bagai harta karun demi memenuhi โegoโ, tapi hebatnya manusia adalah kecerdikan mereka untuk menipu โegoโ dan menunjukkan perasaan mereka dengan cara mereka sendiri.
Dalam bentuk apapun itu, mereka berikan pada orang yang dikasihi. Objeknya pun berwarna-warna, perhiasan, barang mewah, atau bahkan setangkai bunga. Seperti dia ini, datang bekerja dengan bunga di genggamannya mengacuhkan puluhan pasang mata yang menatapnya, penuh percaya diri ia melangkah mantap.
โBruno-san, tumben bawa bunga matโ satu doang? Mau ke atas ya.โ salah seorang pekerja bertanya pada pemuda bernetra biru itu. Sudah datang terlambat, bawa bunga, satu doang pula, niat gak sih? mungkin itu pikir mereka yang melihat Bruno. Bruno menoleh lantas memasang senyum ringan, โiyalah, buat dia.โ selesai membalas, ia melangkah masuk ke dalam gedung miliknya.
Gedung tersebut hampir menyerupai gedungย pencakar langit namun, tidak juga. Sisi kirinya masih dalam fase perbaikan karena serangan black dragon satu tahun yang lalu. Di dalam juga hampir sama, banyak orang-orang memapah semen dan benda-benda konstruksi, sapaan terdengar dari berbagai arah saat Bruno melewati area tersebut. Lantai demi lantai Bruno lewati, puncak dari perjalanannya adalah rooftop gedung inks, nampak sebuah batu nisan kecil dengan berbagai bunga di sekelilingnya, sebuah nisan untuk seorang gadis pemilik hati Bruno. โYo, Eira.โ
Musim panas baru dimulai, mentari bersinar lebih terang ditemani langit lazuardi cerah, awan putih berenang-renang dalam naungan langit tanpa menunjukkan tanda amarah pemiliknya. Bruno duduk di depan nisan abu-abu itu sembari meletakkan bunga matahari. Alarie Eira, gadis berdarah campur Perancis dan Italia sudah beristirahat dengan tenang. Seorang witch[1] yang berjasa melindungi Reverse London[2] tanpa memperdulikan nyawanya.ย
Senyuman di wajah Bruno belum pudar masih merekah lebar. Tak mengatakan sepatah katapun Bruno membiarkan angin yang berbicara, sayu mata itu menatap nama yangย terukir di sana tanpa berani menyentuhnya. Nyeri di dalam hatinya terasa lebih menyakitkan kala memori tentang hari itu terputar kembali. Ah sial, sudah berapa kali dia dipaksa otaknya untuk mengingat mimpi buruk itu.
Panas kobaran api menyala-nyala membakar kulit, kadar oksigen yang menipis menyesakkan dada, teriakan memilukan dari korban, dia yang terduduk lesu menggenggam nyawa. Bagaimana bisa Bruno melupakan perasaan frustasinya saat itu. Genggaman tangannya semakin erat membuat tangannya berubah warna, menarik napas dalam lantas menghembuskannya pelan. โMaaf.โ
Bruno bangkit dari duduknya, melangkah masuk meninggalkan sepi. Menerka angan yang liar membuat pemuda itu tertawa,siapa sangka seorang Bruno Bangnyfe berpikir bahwa Eira tengah menatapnya dari atasโyang mungkin saja angan liar tersebut ternyata benar. Bruno menuruni anak-anak tangga tampak membosankan selangkah demi selangkah dipijakkan seperti memijak bumi.
Terbesit kembali alasan dia membawa bunga matahari itu, terhenti dalam langkah kecil lalu menengadahkan kepala ke atas. โAh, karena hari ini awal musim panas ya.โ Batinnya seraya berjalan kembali. Sebenarnya tidak ada alasan yang dalam tentang bunga-bunga yang dia bawa, dengan mengandalkan ingatannya Bruno membawakan makam Eira dengan bunga favorit gadis itu. Tidak lebih tidak kurang. Hanya cukup.
Di lantai tiga dia sudah disambut dengan seorang asisten, โEira dulu juga asistenkuโBODOH MALAH MIKIRIN ITU!' bertengkar dengan batin, rangkaian ucapan dari sang asisten tidak ia dengar membuat pekerja di bawahnya berucap kembali, โBruno-san, dengarkan aku dulu baru melamun. Ruangan Eira-san sudah selesai direnovasi sesuai permintaan anda, anda mau lihat hasilnya atau kita loncat ke agenda selanjutnya?โ
Bruno hampir saja meninju wajah sekretarisnya, beruntung dia segera menahan emosi yang mendidih miliknya itu. โBoleh, oh dan biarkan aku sendiri kalau yang ini.โ Tegasnya lalu berjalan pergi.
โGak punya tata krama, heran aku gimana caranya Eira-san bisa sabar sama lelaki itu. Rasanya umurku berkurang satu tahun berbicara dengannya.โ Sang sekretaris melirik Bruno lantas mendengus kesal seraya kembali melakukan tugasnya.
Bruno dengar itu, tapi terlalu malas menjawabnya. Perhatiannya tertuju pada ruangan di bagian barat lantai ini. Tak banyak orang di area ini, hanya pekerja konstruksiย yang sibuk melakukan tugasnya, hanyut dalam arus pikiran Bruno berhenti di depan sebuah pintu. Tangannya menggenggam gagang pintu terlalu kuat, beban emosi yang ia pikul semakin menjadi-jadi.ย Menggigit pipi bagian dalam, mulutnya pahit merasakan keraguan. โAh, fuck it.โ
Dan pintu tersebut terbuka, menampakkan meja kantor dan isi lainnya. Normal. Ah, sudah lumayan lama dia tidak memasuki ruangan favoritnya perasaan familiar menggelitik perut pemilik surai dwi warna itu. Meja yang sama, lemari yang sama, sofa yang sama. Bruno menjelajah kenangan semasa perempuan bersurai hitam menjadi bunga dalam hidupnya. Tangannya membuka sebuah laci, memang sudah menduga isinya kosong namun,ย dia tak menduga laci tersebut adalah laci tingkat.
Membuka bagian bawah, sang adam menemukan secarik kertas yang dilipat rapi. Tanpa ragu ia membuka lipatan tersebut, alisnya berkerut melihat tulisan yang ia kenal betul itu tulisan siapa. Kertas tersebut berisi alamat. Melipat kembali kertas tersebut, sekarang sanubarinya penuh dengan pertanyaan, kembali ke rooftop bibirnya menyebutkan nama partnernya. Dalam kedipan mata binatang mitologi tersebut menundukkan kepala kepada Bruno bagai pengikut yang patuh. โIngat tempat yangย Eira tunjukkan saat musim dingin waktu itu? Bawa aku kesanaย Rickenbacker.โ
Naga biru itu mengangguk lalu terbang dengan kecepatan tinggi. Langit biru tidak dapat menarik perhatian Bruno, sang pemuda terus menatap kertas kusam di tangannya dengan tatapan penuh tanya. Apa ada sesuatu yang Eira ingin tunjukkan tapi tidak sempat?
Erangan Rickenbacker menyadarkannya dari lamunan, mereka sudah sampai. Sebuah taman dimana bunganya hanya akan mekar di musim panas. Dan yang benar saja, taman kecil itu dipenuhi dengan bunga matahari. Kekehan lepas dari bibir ranumnya, menjelajahi tempat tersebut, yang ditemukannya hanyalah bunga-bunga kuning, sekali lagi kenangan lama menggelitik raganya.
Masih ingat dirinya kala dia dan Eira bermain bola salju sembari menunggu lonceng tahun baru dibunyikan. Hampir tenggelam dalam lamunan, Bruno sadar dia hanya berputar-putar dalam kumpulan bunga matahari.
โAyolah apa yang ingin โฆ.โ Atensinya tertuju pada bunga yang ditanam di pot dengan tag terpasang di tangkainya, โ... Kau tunjukan.โ Lanjutnya pelan lantas mendekati bunga tersebut. Melihat tag tersebut berisi teka-teki. โSialan, aku kesini untuk menemukan jawaban bukan teka-teki.โ
Yang berada di atas, namun berada di bawah juga, dia yang memberi kematian namun juga kehidupan. jika kamu tidak bisa menjawab ini sepertinya kamu tidak cocok jadi ketua inks, mending posisi tinggi tersebut buat aku saja.
โGadis sialan sudah mati saja masih membuatku keasal, mana bisa perempuan pendek kaya kamu mengatur organisasi besar. Sudah jelas โkan apa jawaban teka-teki itu.โ Tukas Bruno, tangannya mencabut bunga tersebut lalu menggali tanah yang di dalam pot. Siapa sangka yang dia temukan kali ini adalah plastik transparan berisi flashdisk. Tak ada kertas atau tulisan lagi, hanya sebuah flashdisk yang entah hanya tuhan yang tau isinya apa. โKau sangat suka melihatku sengsara seperti ini ya.โ
Dan lagi dia menunggangi Rickenbacker kembali ke kantor inks, tanpa membalas sapaan pekerja bahkan mengacuhkan sekretarisnya, Bruno mendudukkan diri di ruangannya, laptop dibuka. Memasangkan flashdisk tadiโberisi hanya satu folderโdibukannya folder tersebut. Berisi file video, tangan Bruno terhenti, siapa sangka video tersebut adalah video Eira. Memantapkan hati, akhirnya Bruno menekan tombol play.
video terputar.
Tampak Eira tengah mencari tempat duduk yang nyaman di sofa, tempat dia merekam diri dimana lagi selain di ruang kerjanya. โHai. hm, gimana ya pasti agak aneh lihat aku. Mungkin malah kamu gak nemu flashdisk ini haha. Singkat aja ya, kemarin malam aku mimpi kalau aku mati, yah konyol sih haha. Tapi melihat dark dragon di luar memporak-porandakan kota sepertinya mimpi itu sungguhan. Waktuku tak cukup haha โฆย Jika mungkin benar aku mati hari ini. Hiduplah Bruno, lekaslah pulih, hapus rasa sakitmu simpan masa lalumu dan terimalah orang baru. Yaaaa memang tidak mudah melupakan semuanya, tidak perlu dilupakan juga si, cukup terima dengan tangan terbuka saja.โ
Eira tersenyum, โSederhana saja, aku ingin pulang, ke tempat yang memang seharusnya. Dan disinilah rumahku, aku sudah pulang. Aku pulang Bruno Bangnyfe.โ
Usai Eira berucap, pintu dibuka seorang anggota inks mengajaknya keluar, tanpa mengucapkan kata lagi dia mematikan rekaman.
video berakhir.
Menggertakkan gigi, Bruno mematikan laptopnya. Jadi inilah alasan kenapa saat pembasmian dark dragon Eira datang terlambat. Kalau saja dia memberitahunya pasti hal ini bisa dicegah, kalau saja Eira tidak mendorongnya dari ledakan api black dragon, kalau saja dia tak pingsan waktu itu. Kata kalau saja berulang kali Bruno dengar dari hati kecilnya.
โAkan ada orang yang bangga memilikimu, sama seperti aku yang bangga memilikimu sampai hari ini.โ
Tangannya menggebrak meja, menggigit bagian dalam pipinya, kalimat terakhir Eira terpintas kembali begitu cepat hanya Bruno saja yangย sadarnya sangat terlambat. Terlalu lama untuk menemukan pesan kekasihnya. Lamban, telat,ย lama. Netra biru miliknya dipenuhi emosi yang bercampur aduk. Membanting pintu,ย ia keluar tuk kembali ke rooftop.
Kini ia duduk di depan nisanโyang ia tau tidak akan menjawab segala perkataannya. Meremas pelan tangannya lalu melepaskan, tangannya nampak kosong, tangan yang seharusnya melindunginya kini kosong. Menatap ukiran nama Eira, Bruno hanya bisa tersenyum kecut. Alarie Eira, gadis berusia 19 tahun yang dulunya pernah mendampingi sosoknya yang kesepian kini hanya tinggal sebuah nama dan memori.
โKalau hatiku adanya di kamu gimana bisa bertemu orang baru, Eira.โ
Bruno gak marah, apalagi kecewa, dia hanya masih terjerat dalam masa lalunya yang membuatnya sulit berjalan. Tapi kini ia tersadar, mulai hari ini dia akan berusaha merelakan, tidak lagi menimbun namun mengikhlaskan.ย Mungkin sudah saatnya dia melepas, sudah saatnya untuk memaafkan diri. Menengadahkan kepala ke atas, langit tampak lebih biru dengan awan-awan putih dalam pelukannya.
"I hope you're happier today. I love you and I hope that you're okay."
[Agape selesai.]
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top