ᬵ halaman kedua
。 ∷ │ 𝐉𝐮𝐣𝐮𝐫
•••
"Oi, Mikey!"
Tubuh tinggi itu memblokir jalannya. Keningnya berkerut dalam, membentuk lipatan-lipatan kecil yang terlihat. Nadanya terdengar bingung, sekaligus marah.
"Kenchin, kita baru saja berbaikan. Masa mau berselisih lagi?" tanya Manjiro. Lelaki itu sedikit menenggadah guna menatapnya.
"Ugh, tapi kau tetap harus menjawabku dulu," jeda sejenak, Ken terlihat sedikit kalut. "Apa maksudmu hanya seorang kenalan?"
Manjiro mengedikkan bahunya disertai helaan napas kesal.
"Kenalan ya kenalan. Mengapa kau jadi menyebalkan begini sih, Kenchin?"
"Kau ... mengapa kau putus dengan (Name)-chan? Bukankah kau sangat menyayanginya?"
Manjiro tertawa kencang.
"Sayang? Tidak! Aku hanya bermain-main. Aku hanya bosan!"
Sebuah ilusi di depan matanya muncul.
"Sano-san, apa berkelahi seperti itu tidak melelahkan?"
Ilusi lain kembali muncul, kali ini ia yang berbicara.
"(Name)-chin. Jika kau sebegitu peduli dan perhatian padaku, mengapa tidak menjadi pacarku saja?"
Bertemunya mereka adalah sebuah ketidaksengajaan. Dan putusnya mereka adalah tanpa kejelasan.
"Aku tidak pernah memintamu berhenti berkelahi, Mikey. Aku tahu kamu kuat. Aku hanya memintamu untuk sedikit lebih berhati-hati."
Perhatian yang diinginkannya. Kasih sayang yang dimilikinya. Dan cinta yang dituangkan ke dalam dirinya.
"Dia adalah mataharimu, sedangkan aku?"
Manjiro memejamkan matanya. Membiarkan kenangan serta ingatan yang berusaha ia singkirkan kembali muncul ke permukaan. Seperti cangkang yang telah hancur, dan kaca pelindung yang telah pecah.
Matanya kembali terbuka. Sorot hampa terlihat tanpa adanya binar kehidupan.
Kemudian, ia menjawab pertanyaan Ken.
"Duniaku dan dunianya berbeda."
•••
Ken bagaikan hati dan matahari untuk Manjiro. Itu tidak salah, karena pada dasarnya, Ken sangat mengerti Manjiro.
Ia mengerti segalanya.
Semuanya.
Bahkan hatinya.
Sekarang, mereka bersandar dengan pagar besi dibelakangnya. Ken menatap lagi dengan wajah biasa, sementara Manjiro cemberut. Laki-laki itu memajukan bibir bawahnya.
"Kau putus untuk melindungi dia, tapi apa kau tidak sadar kalau sendiri adalah orang yang melukainya?"
Manjiro berhenti menyedot susu kotaknya.
"... itu konsekuensi."
Wajah Ken terlihat sedikit kusut. Dalam hati ia terus bertanya, mengapa Mikey menjadi bodoh begini?
"Kau bisa melindunginya."
"Banyak yang ingin menghancurkanku. Dan aku tidak ingin menjadikan (Name)-chin sebagai kelemahanku," sahut Manjiro. Kali ini ia menatap Ken di sebelahnya. "Aku adalah ketua dan pondasi Touman. Aku tidak bisa mengambil risiko itu."
Malam itu, langit terlihat sedikit gelap. Bintang-bintang tak seramai biasanya, dan bulan terlihat enggan untuk menunjukkan diri. Mungkin mereka ikut merasa sebal dengan laki-laki satu ini.
Ketika gemerisik daun terdengar, helaian rambut nakal menari bersama dengan angin.
Terasa dingin.
"Belum terlambat untuk kembali dengannya."
Suara itu terdengar begitu jelas. Ken menoleh. Wajahnya terlihat santai seperti biasa.
"Dia membenciku," ujar Manjiro tanpa ragu.
Senyum Ken kembali terulas.
"Tapi sepertinya dia rela mati untukmu tuh?"
Manjiro menoleh.
"Berlebihan sekali kau ini. Itu adalah hal yang mustahil."
Remasan pada susu kotak itu semakin menguat hingga membuatnya hancur. Tanpa ampun, dan sebagai sebuah pelampiasan.
Tanpa sadar, Manjiro mengeratkan cengkramannya pada pagar besi di belakang.
•••
❝ duniaku dan kamu berbeda. Walau tidak boleh, aku masih menginginkanmu ❞
•••
omake
Ken mengerutkan keningnya bingung ketika tangan di dalam saku jaketnya basah.
"Apa ini—"
Dikeluarkannya benda itu, dan seketika Ken ingin menampar teman kesayangannya.
"Mikey sialan, dia membuang sampah susu kotak ke jaketku?!"
•••
4 Juli 2021
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top