- 𝐑𝐎𝐒𝐄𝐒

(𝐧.) 𝐑𝐨𝐬𝐞
/rōz/
     noun
a symbol of love and passion, the ancient Greeks and Romans associated roses with Aphrodite and Venus, goddess of love.

    ❝ 𝐘𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐩𝐫𝐞𝐭𝐭𝐲 𝐚𝐬 𝐚 𝐫𝐨𝐬𝐞. ❞

          ❝ 𝐁𝐮𝐭 𝐈'𝐦 𝐝𝐚𝐧𝐠𝐞𝐫𝐨𝐮𝐬 𝐚𝐬 𝐭𝐡𝐨𝐫𝐧𝐬. ❞

Jika ditanya apa bagian tercantik dari suatu tanaman, maka kebanyakan orang akan menjawab "bunga". Tak ayal bila masing-masing alat reproduksi seksual suatu tumbuhan memiliki keunikannya tersendiri. Memiliki warna cantik, dengan kelopak indah disetiap sisinya, dan wangi menawan yang akan membuat siapapun terpikat dengan sosoknya yang indah nan elok. Tak mengherankan bila bunga bisa menjadi simbol kecantikan dan keindahan dalam kehidupan manusia.

Namun, cantik bukan berarti aman. Terkadang kecantikan yang memikat, adalah kecantikan yang tak harusnya disentuh saking berbahayanya. Semakin cantik suatu bunga, semakin besar bahayanya. Bukan rahasia lagi di dunia ini, bila makin cantik makin berbahaya.

Sebagai pencinta bunga mawar merah, (Name) sangat cocok untuk didefinisikan sebagai bunga mawar. Kelopak bunganya berwarna merah menggoda, dengan harum yang wangi nan lembut. Setidaknya itu adalah gambaran kepalanya, saat kebanyakan orang melihatnya.

Namun, bagaimana dengan tangkainya? Hijau daun yang menyala, dengan daun-daun tunggal mengitari tangkai, dan berbagai duri tajam disetiap sisinya. Terkadang tak semua hal bisa indah, hanya karena melihat sampulnya saja.

Memiliki paras menawan membuat siapapun akan bertekuk lutut di bawah kakinya, dan (Name) tahu betul akan hal tersebut. Kecantikannya begitu tersohor, karena produk Rosehearts tak pernah gagal untuk menghasilkan keturunan yang sempurna. Sebagai seseorang yang terbentuk dengan kepribadian ketat dan kejam, membuat kecantikan (Name) disamakan dengan mawar berduri. Cantik, tetapi menusuk. Hanya Rosehearts seorang, yang mampu membuat siapapun berada di bawah kendalinya.

Setidaknya si tunggal Rosehearts sedang menahan diri untuk tidak mengamuk, akan seseorang yang melanggar peraturan di masyarakat. Sekali-kali ingin berbaik hati, begitulah pikirnya. Jangan percaya kata-kata tersebut. Penulis yakin hal tersebut hanya gimmick semata.

"Jadi.. tolong jelaskan bagaimana bisa anda memiliki anak terlarang seperti dia." Mata abu-abunya memincing tajam, saat anak laki-laki tersebut hanya menatap polos ke arahnya dengan wajah datar yang bingung. "Aku..?" gumamnya menunjuk dirinya sendiri. Terkadang (Name) sangat ingin melempar kaleng cat pada seseorang.

Helaan nafas keluar dari bibir Regro. Kenapa begitu sulit untuk menghadapi seorang Rosehearts? Apalagi digadang-gadang bahwasannya kepala keluarga selanjutnya lebih mengerikan dari sebelumnya. Tapi ya, masih untung juga anak ini tak langsung dibunuh gadis 11 tahun ini. "Saya akan jelaskan secara perlahan-lahan, Nona Rosehearts." Rergro mengulas senyuman tipis, yang terkesan agak dipaksakan padahal memang.

Dimulailah sesi introgasi yang dilakukan (Name) untuk mengetahui alasan Regro merawat seorang anak tak memiliki tanda. Sebagai seseorang yang menegakkan peraturan dunia, tentu saja (Name) akan melakukan segala cara agar peraturan tetap berjalan.

Mash Burnedead selaku anak semata wayang Regro, hanya bisa diam dan memperhatikan tanpa bisa membantu apapun, karena terlalu banyaknya informasi yang akan ia dapatkan nantinya.

Seluruh hasilnya berada di tangan (Name), dan nyawa Mash berada di tangannya. Semuanya bergantung pada apa yang Rosehearts ini inginkan.

'Yang Mulia Ratu tak menyukainya, Dewa juga demikian, dan Okaa-sama pasti akan berpikiran seperti itu. Namun, entah mengapa.. ada bisikan tertentu yang menyatakan bahwa anak ini tak boleh mati.'

Semua hasil dan keputusan berada di tangannya, calon kepala keluarga Rosehearts, keturunan sang Ratu Hati yang kejam.

Langkah kaki terdengar dari seluruh penjuru ruangan di kediaman Rosehearts, saking heningnya tempat tersebut. Rambut hitamnya yang pendek bergoyang mengikuti langkah kakinya, sedangkan bola mata ungunya menatap lurus ke depan tanpa meruntuhkan kewaspadaannya.

Paras menawan yang diselaraskan dengan kemeja vest hitam, dan dibaluti jas hitam panjang serta topi topper berpita merah, dan dasi kupu-kupu berwarna merah yang sangat cocok untuk pria seperti dirinya. "Alice in Wonderland.. how do you get to Wonderland~?" Mulutnya menyenandungkan lagu dengan lembut, sedangkan tangannya menggenggam bunga mawar merah yang sedang dia hirup wanginya.

Nave Spade, sebagai seorang tangan kanan sekaligus kepala pelayan (Name) Rosehearts, dia memiliki kewenangan yang dinaungi oleh si sulung Rosehearts. Tak mengherankan bila dia berani berjalan ke kamar (Name), hanya untuk memeriksa kondisi gadis muda tersebut. "Aku merindukan wajah cantik (Name)-hime~ apakah ia sedang tidur atau belajar ya~?" gumam pria yang memiliki tanda ganda berbentuk sekop ini, dengan perasaan senang karena akan bertemu dengan Nona nya yang manis.

Disaat dia sudah sampai di depan kamar si sulung Rosehearts, jari-jarinya menggenggam erat kenop pintu yang ada di hadapannya, sebelum tangan kirinya mengetuk pintu untuk memberitahukan kedatangannya pada seseorang yang ada di dalam kamar.

Tok, tok, tok!

"Selamat sore, (Name)-hime. Saya Navy izin masuk ke kamar anda~" Nave memberikan salam dari luar kamar, menunggu si empunya menjawab dan mengizinkannya untuk masuk ke dalam.

Hening, tak ada yang menjawabnya. Hal ini membuat kening Nave berkerut, mata ungunya memincing tajam tatkala majikannya tidak menjawab. Sekali lagi ia mengetuk pintu, berharap (Name) menjawab sapaannya.

Tok, tok, tok!!

"Hime? Anda di dalam?" Pertanyaan yang dilontarkan Nave untuk pemilik kamar tak dijawab. Ada rasa curiga dan aneh menyelimuti kalbunya, khawatir akan keadaan Nona tercintanya. Tanpa ragu tangan besar Nave yang dibaluti sarung tangan putih, memegang kenop pintu dan memutarnya dengan perlahan.

Kriett...

Suara pintu berderit saat dibuka secara perlahan-lahan oleh Nave. Netra ungunya melihat sekitar dengan intens, dikala pintu sudah terbuka lebar tepat di hadapannya.

"....a-ah.." Tangannya gemetar, sedangkan keringat dingin bercucuran, dengan wajah kaget seolah-olah tengah melihat hantu. Betapa kagetnya dia, tatkala tak melihat seseorang yang dia cari di dalam ruangan. Jantungnya berdetak kencang, rasa takut dan khawatir singgah dalam batinnya. (Name) menghilang. Dia tak menemukan sosok si sulung Rosehearts di dalam kamarnya, dan ini adalah kabar buruk.

"(N-name)-hime.." Kepala pelayan Rosehearts ini menelan ludahnya, merasa takut akan kehilangan (Name) sampai di telinga Ibunya.

'G-gawat.. gawat.. gawat.. gawat sekali.. H-hime kemana..? Nyonya Besar tak boleh mengetahui hal ini.. tidak, tidak, tidak boleh.. a-aku harus menemukan beliau..' Batin Nave berkecamuk, disaat dia bimbang dan gelisah. Bagaimanapun juga dia harus menemukan gadis tersebut, sebelum Ibunya kembali. Apapun caranya, dia akan menemukannya dan membawanya kembali ke rumah dengan selamat.

Aduh (Name), (Name).. akibat kepergiannya secara diam-diam, Spade muda ini harus menyelamatkanmu dari amukan Ibumu.

Pada akhirnya Nave menutup kembali pintu tersebut dan menguncinya dari luar dengan rapat, memastikan siapapun takkan bisa membukanya selain dirinya, bahkan termasuk Ibu (Name) sendiri. Dengan segera pria 21 tahun itu segera beranjak keluar dari kediaman Rosehearts, segera mencari si sulung dengan instingnya walaupun dia sendiri tak yakin.

'(Name)-hime.. anda tak boleh terjerat masalah lagi akibat kemarahan Nyonya!!'

Betapa mulianya pria ini. Berterimakasihlah pada sang pemimpin kartu Spade ini, karena dia rela melakukan apapun untuk Tuan Putri tercintanya.

Dipikir-pikir perkataan pepatah tentang "cinta itu buta" adalah perkataan yang benar. Karena kecintaan Nave pada (Name), hingga membuat dia rela mencari Rosehearts muda, agar gadis itu tak terkena amarah Elsemera Rosehearts, Ibunda (Name) Rosehearts.

Hidup sebagai orang yang tak berguna, membuat jiwa ini sangat ingin menemui ajal dibandingkan harus terus hidup menyusahkan orang lain. Begitulah pemikiran seseorang yang lemah jiwanya, dan tak enak hati.

Regro tak berharap untuk hidup lebih lama lagi, usai mengecewakan atasannya karena kesalahan yang dia buat selama pekerjaan. Dalam lubuk hatinya yang terdalam, sesungguhnya dia tak meminta untuk dilahirkan di dunia ini, karena dia sendiri merasa dirinya tak memiliki nilai.

Dia lemah, dia pengecut, dia ceroboh, dia tak berguna, dan sudah seharusnya orang sepertinya tak hidup di dunia yang keras ini. Dan Regro sangat mengetahui hal tersebut.

Udara langit malam begitu dingin, hingga mampu menusuk tulang dan mampu membuat siapapun menggigil dibuatnya, namun tidak untuk seseorang yang tengah berputus asa ini. Tubuh tingginya berdiri di atas pagar pembatas tepi gunung, memandangi pemandangan perkotaan yang gemerlap dibawah langit malam dengan tatapan kosong. Rasanya dia benar-benar tak sanggup untuk hidup lebih lama lagi.

'Aku.. tidak pantas untuk hidup lebih lama lagi..' Pikiran-pikiran negatif berkecamuk dalam kepala Regro. Menyuruhnya untuk segera lompat dari pagar pembatas, kemudian menemui malaikat yang sudah menunggunya. 'Aku tak berguna, aku hanyalah beban untuk orang lain..'

Mata biru keabu-abuannya menatap kosong ke arah masyarakat yang berlalu-lalang di kota. Begitu putus asanya dia, karena tak sanggup hidup lebih lama lagi. '...jika aku tak bisa bermanfaat untuk orang lain.. maka sudah seharusnya aku mati.' Jiwanya terlalu lemah.

"H-HUAAHH..!"

Baru saja kakinya melangkah melewati pagar pembatas, betapa terkejutnya dia ketika mendengar tangisan bayi di keheningan malam. Kaki Regro berhenti untuk melompat, dengan tubuhnya yang membeku di atas pagar. Dia menolehkan kepalanya, merasakan suara tangisan kesedihan semakin kencang dibalik semak-semak.

"Bayi..?" gumam Regro kebingungan. Tanpa disadari dia memilih untuk turun dari pagar pembatas, mendekati sumber tangisan yang semakin kencang setiap dia melangkah.

Tangannya menyingkirkan semak-semak yang dia ketahui sumber tangisan berasal dari sana. Bola mata biru keabu-abuannya melebar kaget, ketika melihat sosok bayi kecil menangis di dalam kotak kardus akibat kedinginan karena udara malam.

Helaan nafas keluar dari bibirnya, menatap bayi yang dif temukan tak memiliki tanda sihir. Regro bergumam, "kasihan sekali kamu.. kamu juga dibuang sama sepertiku ya?" Kedua sudut bibirnya mengulas senyuman tipis, dengan tatapan kasihan pada bayi yang dibuang.

Padahal kalau dipikir-pikir Regro dan bayi ini sama, sama-sama dibuang oleh khalayak. Bayi yang dibuang keluarganya karena tak memiliki tanda, dengan Regro yang dibuang oleh masyarakat karena tidak berguna. Nasib mereka mirip.

Kedua tangannya terangkat untuk menggendong bayi yang dibuang, menatapnya dengan tatapan iba dan membelai kepalanya seolah-olah menganggapnya sebagai anak sendiri. "Entah mengapa.. kamu berkata seakan-akan sangat membutuhkan orang tidak berguna ini.." Senyuman lembut terbentuk di wajah Regro.

Hingga akhirnya dia memilih untuk menjaga masa depan bayi ini dan membawanya jauh dari masyarakat, daripada harus mati mengenaskan di tangan Biro Sihir.

Andaikata Regro tak membawa bayi yang dia beri nama "Mash" itu pulang, mungkin saja cerita takkan pernah dimulai.

"Mulai sekarang kamu adalah anakku, Mash Burnedead."

Sejujurnya Rosehearts muda tak mengharapkan akan mendengar cerita menyedihkan seperti itu. Netra abu-abu kebiruan miliknya terlihat kosong saat menatap Regro dan Mash secara bergantian, ia tertegun tak harus bereaksi apa setelah mendengar penjelasan dari Regro. "..jadi anda melindungi anak terlarang itu karena kasihan..?" (Name) bergumam, seraya mengelus gagang cangkir teh yang digenggam. Entah mengapa ada rasa tertentu melarangnya untuk membunuh Mash.

Regro menganggukkan kepalanya, jari-jari besarnya membelai rambut hitam anak satu-satunya yang dia miliki. Kedua sudut bibirnya terangkat membentuk senyuman tipis, seraya menatap Mash dengan tatapan sendu dan penuh kerinduan. "Itu benar, Nona. Mash adalah anakku satu-satunya, yang merubah kehidupanku."

Nama anak yang disebutkan hanya bisa mengedipkan kedua mata kuning keemasan miliknya dengan ekspresi bingung. Namun Mash tahu, bahwasannya gadis yang datang ke rumahnya ini bisa membahayakan dirinya dan kakeknya. Tangannya menarik lengan pakaian Regro, menatap (Name) dengan tatapan intens seolah-olah tengah mengatakan, "jangan sentuh Jii-chan."

(Name) diam, Regro diam, Mash diam, bahkan kartu-kartu prajurit di kakinya ikut diam.

Sebentar- darimana datangnya mereka? Ah, lupakan saja. Heningnya situasi ini membuat jantung pria tua itu berdetak lebih kencang, takut bila Rosehearts muda akan membunuh Mash saat ini. Bagaimanapun juga, hanya Rosehearts yang berani membunuh orang lain demi menegakkan aturan tanpa campur tangan Biro Sihir.

"Ah.." Saat (Name) bersuara, membuat pria Burndead agak waspada. Tangannya yang disembunyikan di bawah meja menggenggam erat tongkat sihir, mengantisipasi serangan yang akan (Name) lakukan.

"...baiklah." (Name) berdiri dari tempat duduknya, mencoba menahan tawa saat melihat ekspresi waspada Regro. Kedua sudut bibirnya melengkung, membentuk seringai tipis yang sedikit meremehkan. "Akan kubiarkan anak itu hidup, tetapi dengan syarat kecil."

Pernyataan dari tunggal Rosehearts membuat mata biru keabu-abuan Regro melebar, disaat (Name) membiarkan Mash untuk tetap hidup dengan suatu syarat. 'Syarat? Syarat apa!?' batinnya sedikit panik dan khawatir akan syarat yang diajukan.

"Pastikan anak itu lebih berguna darimu di masa depan. Tunjukkan padaku- tidak.. pada dunia, bahwasannya dia memiliki nilai walau tak memiliki sihir." (Name) tersenyum miring, menatap keduanya dengan tatapan remeh sebelum tubuhnya berbalik dan berjalan menuju pintu rumah.

Astaga! Apakah gadis ini benar-benar gila!? Menunjukkan nilai, sementara Mash tak memiliki sihir!? Rasanya kepala Regro berputar-putar di tempat, merasa pusing dengan kejadian seperti ini.

Pintu rumah terbuka, dengan (Name) yang memilih pergi dari rumah Mash untuk menuju kediamannya. Sebelum benar-benar pergi, ia menoleh ke belakang, memberikan senyuman tipis pada keluarga Burnedead dengan tatapan lembut. "Bagaimanapun juga sistem dunia ini haruslah berubah."

Dan dengan begitu (Name) menghilang dari pandangan, pergi menuju kediaman Rosehearts sebelum Ibunya mengetahui kabar (Name) yang kabur dari sesi belajar mandiri.

Siapa sangka, gadis maniak aturan ini memiliki keinginan untuk merubah sistem dunia yang telah diciptakan masyarakat. Faktanya calon kepala keluarga Rosehearts satu ini, adalah sesuatu.

ꔵֺ CHAPTER I ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ

ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫

anyay mabar slebeww. ga ada info tambahan karena orenn mager brutal, hh.

kalaw mw tau, eslemera itu plesetan dari ibunya red queen sama white queen dari alice in wonderland 2010. nama aslinya queen eslemere, anjayani.

nave juga plesetan dari knave of hearts, tangan kanan red queen di adventure alice in wonderland sama alice in wonderland 2010.

yowes itu sj, jangan lupa kasih orenn bintang di pojok kiri bawah sama komentar. kalau ada yang typo bisa langsung kasih tau, see u all!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top