- 𝐇𝐄𝐀𝐑𝐓

(𝐧.) 𝐇𝐞𝐚𝐫𝐭
/härt/
     noun
compassion and understanding, life-giving and complex. it's a symbol for love. often known as the seat of emotions, the heart is synonymous with affection.

    ❝ 𝐖𝐡𝐲 𝐚𝐫𝐞 𝐲𝐨𝐮 𝐬𝐭𝐞𝐚𝐥𝐢𝐧𝐠 𝐦𝐲 𝐡𝐞𝐚𝐫𝐭? ❞

          ❝ 𝐂𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐈'𝐦 𝐲𝐨𝐮𝐫 𝐐𝐮𝐞𝐞𝐧. ❞

Kebanyakan manusia di muka bumi ini akan menjawab, bahwa organ tubuh yang paling cantik dan memiliki banyak makna adalah hati. Membahas tentang hati, pasti bersinggungan dengan makna ganda.

Dunia kedokteran dan ilmu pengetahuan akan mengatakan, bahwa hati merupakan salah satu organ yang memiliki banyak peranan penting dalam tubuh manusia. Namun, dalam filosofi manusia sebagai makhluk sosial akan mengatakan, bahwa hati merupakan simbol cinta, afeksi, bahkan emosi yang agak kompleks. Banyak sudut pandang yang bisa ditemukan, bila sudah membahas hati.

Dan apakah masyarakat akan menganggap bahwasannya keturunan Rosehearts memiliki hati? Mungkin sebagian besar mereka akan menjawab, tidak. Bukan tanpa alasan mereka akan menjawab demikian, semuanya memiliki alasan yang signifikan dan memiliki bukti yang tak bisa diganggu gugat.

Namun, walau tak memiliki hati, tak sedikit orang yang mencintai Rosehearts karena keteguhan hati mereka dalam menegakkan hukum di panggung Dewa. Lagipula tak ada ruginya memuja seluruh keturunan mereka, karena bibit Rosehearts tak pernah gagal.

Belaian tangan yang dingin bagaikan es, menelusuri rahang bawah (Name) yang mampu membuat lutut gadis itu melemas. Elsemera Rosehearts, takkan menyangka bahwa putrinya sudah menginjak usia 16 tahun. "Oh, anakku yang tercinta.. siapa sangka, kamu sudah beranjak remaja.. "

Belaian tangan yang dingin, diiringi kalimat yang keluar dari bibir merah Elsemera, mampu membuat tubuh (Name) menggigil karena makna tersirat dari nada Ibundanya. Diam-diam (Name) menghela nafas, memilih untuk mengulas senyuman lembut pada bibir merah mudanya. Ia menganggukkan kepalanya, menggenggam tangan kiri Ibunya yang dingin di pipi kanannya. "Okaa-sama telah membesarkan saya dengan baik.. maka saya bisa tumbuh seperti ini."

Netra abu-abu kebiruan (Name) menyiratkan arti dalam pada Elsemera, yang mampu membuat wanita paruh baya itu terdiam akan sorot mata anak gadis satu-satunya. Elsemera paham akan betul dengan arti mata (Name), maka tak mengherankan bahwa jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya.

Kedua sudut bibir wanita itu terangkat, mengulas senyuman sinis dan cengkraman tangan pada rahang bawah (Name) sedikit kuat, membuat gadis muda Rosehearts terkesiap dan meringis dibuatnya. (Name) sadar, bahwa ia dalam bahaya. Tak seharusnya ia menantang Ibunya, bila suasana hatinya sedang buruk.

"Kamu tahu.. (Name) sayang? Okaa-sama sangat.. ingin sekali.. kamu menjadi Visioner Suci.." Tangan kanan Elsemera menarik lengan (Name) lembut, membawanya dalam dekapan hangat yang mematikan untuk Rosehearts muda. Sekujur tubuh gadis ini merinding, merasakan tatapan menusuk dari Ibunda, saat ia dipeluk. "Meneruskan perjuangan mendiang Ayahmu, yang tak bisa menjadi Visioner Suci.."

Belaian halus yang bisa membunuh (Name) di tempat, membuat jantungnya berdetak kencang. Ia menelan saliva nya kasar, dan menggigit bibir bawahnya hingga mengeluarkan cairan merah kental. Ini dia.. (Name) sudah menduganya, semenjak ia menginjak usia 14 tahun. Ibunya menginginkan ia menjadi Visioner Suci, untuk menaikkan nama Rosehearts di mata dunia.

Bisikan halus tepat di telinga (Name), membuat ia mengepalkan kedua tangannya. Demi Ibunya.. demi Ratu Hati.. demi Dewa.. sepertinya ia harus melaksanakan kewajibannya sebagai penerus tongkat sihir Queendom of Roses.

Sejujurnya ia tak menginginkan darah Ratu Hati mengalir di nadinya. Semenjak pertemuannya dengan Regro Burnedead dan anaknya di usianya yang ke 12 tahun, membuatnya berpikir bahwasannya sihir tak terlalu penting, asal bisa memiliki seseorang dalam hidup. Namun, tetap saja.. ini adalah Rosehearts, tidak bisa diganggu gugat.

Rasanya (Name) ingin pindah keluarga. Siapapun yang berbaik hati, tolong pungut anak ini.

(Name) mengangguk pelan. Bibirnya mengulas senyuman tipis, yang jelas-jelas sangat dipaksakan. Tersorot kepahitan dan kebencian tertentu dari balik mata abu-abunya. Ia hanya ingin bebas. "Baiklah, Okaa-sama. Sebentar lagi ujian di Akademi Easton akan diadakan. Dan saya.. saya akan menjadi Visioner Suci untuk Okaa-sama."

Ada rasa sakit dan rasa nyeri yang menyerang ulu hati (Name). Satu-satunya kebahagiaannya, adalah Ibunya sendiri.

Mendengar jawaban yang terdengar meyakinkan itu dari putrinya, membuat Elsemera memberikan senyuman puas. Netra abu-abu wanita itu melembut, memberikan afeksi kecil lewat belaian kasih di rambut merah anak gadisnya. Kedua lengan kepala keluarga Rosehearts melingkari pinggang (Name), memeluknya dengan pelukan hangat yang terasa memuakkan untuk ia.

"Itulah (Name) ku.. kamu benar-benar mengagumkan, sayangku. Andai saja mendiang kakakmu bisa sehebat dirimu, mungkin saja dia takkan menyusul Ayahnya," bisik Elsemera, seraya membelai rambut belakang gadis Rosehearts.

Rasanya jantung (Name) langsung terhenti, tatkala Ibunya menyebutkan kakaknya. Tangan mungil (Name) gemetar, dengan ragu-ragu (Name) membalas pelukan Ibunya.

Netra abu-abu kebiruan nya menyiratkan kesedihan mendalam, dan rasanya ia ingin menyalahkan dunia atas segala hal yang ia alami. Namun tetap saja, semuanya telah terjadi. Sudah seharusnya ia menjalani hidupnya, tanpa harus menyalahkan takdir. "Ya.. Mama.. saya akan berusaha keras," balas (Name) dengan nada pahit.

Anak sekecil itu berkelahi dengan takdir yang ditentukan Dewa- atau malah ditentukan penulisnya sendiri?

Keramaian kota akan interaksi dan kegiatan sehari-hari, memenuhi indra pendengaran. Langkah kaki dan ocehan masyarakat yang berlalu-lalang di kota, membuat helaan nafas keluar dari mulut mungil Rosehearts.

Netra abu-abunya menatap lurus ke depan, dengan sorot mata tajam dan dingin. Seperti biasa, wibawanya sebagai calon kepala keluarga Rosehearts harus dipertahankan. Walaupun dalam batin (Name) ingin tertawa kencang, saat melihat teman masa kecilnya berkelahi dengan landak peliharaannya.

"Hentikan itu, Alison. Pinkeu tak bersalah, kau duluan yang membuatnya kesal," ucapnya seraya menghentikan temannya, saat ingin melempar landak yang tengah bersembunyi di pelukannya.

Alison Liddle, tak berharap akan pembelaan (Name) terhadap landak kesayangannya. Netra biru Alison bisa melihat, bagaimana ekspresi landak tersebut menjulurkan lidah padanya. Pria berambut pirang ini sangat ingin melempar hewan tersebut dengan kepala flamingo, seperti bermain kroket.

Helaan nafas keluar dari bibir Alison, menatap (Name) dengan tatapan lembut, walaupun jari tengahnya di acungkan secara diam-diam untuk si landak. "Omong-omong Yang Mulia, apa kau benar-benar yakin untuk masuk sekolah itu? Maksudku.. kau tahu sendiri kan, itu bukan keinginanmu."

Pertanyaan yang dilontarkan Alison untuknya, membuat langkah kaki (Name) terhenti sejenak. Tangannya yang tengah memeluk landak, sedikit mengerat hingga landaknya sendiri kesulitan untuk bernafas. Ada kebencian dan kesedihan tertentu dari balik matanya, sehingga senyuman sinis dari bibir mungilnya tak bisa ditahan.

"Tentu saja. Demi Okaa-sama, dan demi Yang Mulia Ratu. Aku akan menaikkan nama Rosehearts, sehingga mereka bertekuk lutut di bawahku," jawab (Name) tanpa ragu. Teman, tetaplah teman. Dan Alison sangat menyadari bagaimana mata (Name) bereaksi, walaupun mulutnya berkata demikian.

Kedua sudut bibir Alison terangkat, membentuk senyuman sedih saat ia menjawabnya demikian. "Aku akan mendukung apapun keputusan mu, Yang Mulia. Namun, pikirkan bagaimana perasaanmu sendiri. Karena kau pantas mendapatkan penghargaan."

Tangan kiri pria bergaris tunggal ini terangkat untuk membelai rambut merah (Name), memberikan afeksi tulus yang biasa dia lakukan untuk Rosehearts muda. Cinta yang murni, hanya Alison yang bisa memberikan cinta sejenis itu pada gadis Rosehearts.

'Aku akan selalu ada di sisimu bahkan menjadi tempat sandaran untukmu. Semoga kau menemukan kebahagiaan sesungguhnya, tanpa harus menanggung beban keluargamu, (Name)-chan.'

Ujian Akademi Easton diadakan, tepat di siang hari ini dengan matahari yang mampu menyengat kulit. Perbincangan akan topik sekolah ini tak ada hentinya, karena para peserta begitu menantikan dirinya untuk lolos seleksi. Namun tetap saja, topik akan Rosehearts muda takkan pernah kalah dari topik manapun.

Netra abu-abu kebiruan (Name) menatap tajam kepada orang-orang yang tengah membicarakan dirinya. Inilah mengapa ia paling malas ikut ujian ini, karena mulut para peserta tak bisa berhenti membahas sang tunggal Rosehearts.

"Wong kok unik. Ada aja yang diomongin, dasar manungso edan."

Hei, salah dialog.

"Menyebalkan. Aku sangat ingin memenggal kepala mereka satu-persatu," gumam (Name) mencoba menahan amarah, saat tangannya mencengkram erat tongkat sihirnya. Ia tak boleh mempermalukan nama keluarganya, hanya karena emosi semata.

Bagaimana tidak? Omongan tak mengenakkan selalu ditujukan pada (Name), saat melihat gadis berambut merah tersebut sendirian, tanpa teman.

"Ah, Rosehearts.. aku jadi takut karena harus berkompetisi dengannya."

"Tanda sihirnya banyak sekali.. terlalu menyeramkan untuk perempuan imut seperiku~"

"Jenis sihir pribadinya apa ya~? Mereka tak pernah menujukan kemampuan sihir anak tunggalnya sih~"

"Mawar? Atau duri mawar? Yang jelas bisa memenggal mu dalam hitungan detik."

"Menakutkan. Ia lebih mirip monster dibandingkan anak yang diberkati Dewa."

Oh, bagus. Rasanya emosi (Name) meningkat, seiring berjalannya waktu. Mata abu-abunya memilih mengamati wajah tiap individu, berharap mendapati kenalan agar bisa diajak mengobrol. Setidaknya, ia tak ingin dianggap orang apatis.

'Peraturan hati nomor 28, jangan sendirian saat acara besar agar tidak dianggap menyedihkan.'

Sempat-sempatnya ia memikirkan peraturan seperti itu, disaat penting seperti ini.

Kedua bola mata abu-abunya melebar, tatkala mendapati seorang pria berambut hitam. Tanpa pikir panjang kaki kecilnya yang dibaluti sepatu hitam berhak rendah mendekati pria tersebut, dengan langkah kaki lembut dan tubuh tegap, yang menunjukkan bahwa ia merupakan wanita terpelajar dari gaya berjalannya. Tangan mungilnya yang dilapisi sarung tangan hitam itu menyentuh punggung pria tinggi itu, diiringi senyuman tipis untuknya.

"Mash Burnedead.. sudah lama tak bertemu." Sapaan ramah (Name) ucapkan untuk pria yang pernah ia temui, saat berusia 12 tahun. Siapa sangka, kakek itu tak melupakan syarat yang ia ajukan untuk memasukkan anaknya ke sekolah ini.

Netra emas Mash melirik ke belakang, mendapati gadis yang pernah ia temui 4 tahun silam. Dia membalikkan tubuhnya, menatap mata abu-abu kebiruan nya dengan tatapan dalam dan memberikan anggukan kecil untuk (Name). "Kue stroberi.. apa kabar..?" tanya Mash, menyiratkan kegembiraan bisa menemukan kenalan disini.

Ia terdiam, saat pria berambut jamur itu menanyakan kabarnya. Ekspresinya diam seketika, sedikit kaget saat mendapatkan julukan seperti itu dari orang yang pernah ia temui di masa lalu. "Kue.. stroberi..?" gumam (Name) bingung. Kenapa Mash memanggilnya demikian?

Keringat dingin turun dari dahi Mash saat mendengar gumaman (Name). Mata emasnya melirik ke arah lain, menghindari kontak mata dengan tunggal Rosehearts. Sejujurnya Mash tak mengetahui nama (Name).. makanya tak heran bila Mash memanggil ia dengan panggilan seperti itu. "A-a-a-ah.. a-a-aku.. n-n-n-n-n-namam-mu..." Bahkan tubuhnya ikut gemetar, seolah lidahnya begitu sulit untuk menjawab pertanyaan (Name).

Tawa kecil keluar dari mulutnya, saat melihat ekspresi Mash yang lucu menurut (Name). Ia berusaha menahan tawanya, menutup mulutnya dengan senyuman geli di balik tangannya yang bersarung tangan hitam. "(Name) Rosehearts, itu namaku, Mash. Panggil saja (Name)."

Kalimat yang diucapkan olehnya membuat ujung telinga Mash terasa panas, merasa malu karena tak mengetahui seseorang yang pernah singgah di rumah kecilnya, jauh dari hutan. Dia menganggukkan kepalanya, sambil menghindari kontak mata dari (Name). "B-b-b-baik.. s-s-s-salam kenal.. (N-n-name)-chan.." gumam Mash gugup dengan tubuh gemetar. Sepertinya dia masih tak enak.

Ia memberikan senyuman tipis, setipis dompet si penulis. Siapa sangka, bahwa saat Mash beranjak remaja seperti dirinya, lebih menarik dibandingkan saat pertama kali mereka bertemu. 'Dia menarik.. sepertinya kehidupan di sini akan lebih seru, dibandingkan di Rose of Wonderland.'

Namun, sepertinya ada yang mengawasi interaksi keduanya dari kejauhan dengan sorot mata dingin yang penuh kebencian mendalam. Entah apa maksudnya, tetapi ada perasaan tak mengenakkan dari makna matanya.

'Rosehearts.. aku takkan membiarkanmu menjadi yang teratas.'

Semua takdir mereka berada di tangan mereka yang lebih berkuasa, dan takkan ada yang bisa menganggu gugat dan turut ikut campur.

ꔵֺ CHAPTER II ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ

ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫

gtw, ak bingung. yang kepo sama channel nya orenn di wa, ayo kepoin + follow yh hh 😋

https://whatsapp.com/channel/0029VadxQzG7Noa65gb8Ap0e

jangan lupa tinggalin jejak berupa vote sama komen yaa. jangan jadi silent reader, yang ngerugiin authornya.

bye byee!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top