¹³. Enotera Lindhe
"13? Itu angka yang bagus."
.
.
.
.
ᶜᵃⁿ ᵒⁿᵉ'ˢ ᵖˢʸᶜʰᵉ ᵇᵉ ᵐᵒʳᵉ ᶜʳᵘᵉˡ ᵗʰᵃⁿ ʰⁱˢ?
[ Basic Information ]
Half-edited. 17.5k. 10 Jan 25
Tw: Gore, Cannibalism, Mentally unstable, implikasi berbagai kejahatan
Name: Enoa
Codename: Nea
Real Name: Enotera Lindhe
Age: 21
Gender: Male
Occupation: [Redacted]
Birthday: December 31st
Height: 179 cm - tinggi dari 2 tahun lalu
Weight: "belakangan ini aku menumbuhkan lebih banyak otot, jadi bukan lagi 62 kukira?"
Appearance:
Sejak kematian ibu angkatnya, dia tidak lagi terlalu memperhatikan penampilan. Dahulu potongan rapi, sekarang hanyalah sisa-sisa bentuk style rambut yang terkesan tidak pada tempatnya.
Teman sekamarnya sampai tidak tahan lagi terhadap gumpalan sarang burung berwarna putih memutuskan untuk menjadi tukang pangkas rambut otodidak khusus Enoa.
Pengemis tidak bisa memilih, namun Enoa tahu, "ini agak seperti di rimba." Lihat saja rambut di sisi kanan lebih panjang daripada yang kiri, pupus harapan sebab usaha putus asa teman sekamarnya, dia menepis membiarkan poninya memanjang bersama bagian rambut yang tidak dipotong.
Lagipula siapa yang peduli dengan wajah tukang daging jika yang tersisa darinya adalah noda darah. Melihat ke cermin, dia tetap tampan bagaimanapun juga.
Jika dia jujur, mungkin ada satu hal dari wajahnya yang dia permasalahkan. Matanya, mengapa mesti sayu? Orang-orang yang tidak mengenalnya menganggap Enoa gampangan.
'Dianggap gampangan ... sudah banyak manusia mati melihat wajah ini. Mirip seperti wajah kematian mimpi buruk tanpa akhir. Tidak buruk, cuma menyusahkan terkadang.'
Ditambah semua darah dan daging sebagai sehari-harinya, manset hitam adalah andalannya! Itu mudah dan tidak terlihat kotor bahkan setelah semburan darah tiba-tiba, sangat praktis.
Namun diluar itu Enoa selalu bertemakan kasual dan comfy. Oh, satu hal lagi, dia selalu pakai wig dan orang sering salah kira dia buta karena melanin dimatanya samar-samar keunguan. Meskipun kacamata hanya menambah kesan 'docile' di muka umum.
Core personality:
Enotera Lindhe cocok digambarkan sebagai orang yang acuh tak acuh, pendiam dan tenang, tenang dan menghanyutkan mereka yang hanya melihat permukaan. Danau yang tenang merupakan metafora yang tepat untuknya.
Kamu akan sesekali menemukan dia memberikanmu tatapan paling penuh kasih sayang yang pernah diarahkan kepadamu. Di saat yang lainnya, mata itu hanya mencerminkan kegilaan yang terpendam.
Menurut sumber terpercaya, Enoa atau nama yang dia gunakan sekarang setelah kematian Leyhmia Lindhe, menjalani hidup dengan sikap yang tidak memihak, sering kali mengutamakan rasionalitas dan kepraktisan daripada respons emosional.
Enoa cenderung menutup diri dari lingkungannya, menghindari perhatian yang tidak perlu, dan bersikap rendah hati.
"Yah ... itu agak tidak akurat bukan? Memangnya kata-kata cukup mendeskripsikan sesuatu sepertiku?"
Background:
Penerus perusahaan Farmasi Lind sekaligus wajah utama-
"Maksudmu maskot? Hah sungguh. Cara yang bagus untuk mengolesi gula diatasnya, tapi aku tidak memiliki apapun disana, kecuali membuat wajah cantik dan tersenyum manis sambil menemani ibuku ke sarang monyet-monyet bau narkoba."
Benar, di kota ini, semuanya memiliki akar yang busuk. Tersembunyi dan tertutupi oleh reputasi publik yang direkayasa. Dan perusahaan Farmasi Lind hanyalah nama depan mereka di antara kebenaran menjadi kelompok kriminal yang terorganisasi sebagai salah satu pengedar dan produsen obat-obatan terlarang terbesar di kota.
Tentu saja Enotera sudah sering bertemu dengan mereka, atau setidaknya para ketua telah mengingat wajahnya. Walaupun dia sekarang melarikan diri dari tugasnya ehem menjadi 'maskot', hingga saat ini, orang-orang kolot itu belum menangkapnya meskipun mengetahui apa yang dilakukannya.
Sisanya tentang bagaimana hidup Enotera sebelum bertemu Leyhmia, sampai detik ini, hanya dirinya dan Leyhmia yang mengetahui itu.
Like:
Tempat: Ruang belajar, kamarnya.
Makanan: Dessert, buah pir, manusia.
Aktivitas: eksplorasi (apapun, mayoritas "why" human behavior), berjudi, minum alkohol, tidur.
Lainnya: Mata manusia, crocs, musik (klasik, jazz, beat).
Dislike:
Tempat: -
Makanan: -
Aktivitas: -
Lainnya: Orang bodoh.
Ciri-ciri Unik:
● Hypogeusia: Berkurangnya indra perasa, membuatnya sensitif terhadap makanan tertentu.
● Extreme Luckiness: keberuntungan yang luar biasa yang secara signifikan mempengaruhi kelangsungan hidup dan keberhasilannya dalam berbagai situasi berisiko tinggi. Atau keberuntungan secara umum.
● All-Rounder: Serba bisa dan kompeten, unggul dalam banyak bidang.
● Multiple Persona: Self-explanatory.
● Cannibalism: Tindakan memakan individu lain dari spesies yang sama sebagai makanan.
Etimologi Nama:
● Nama Enotera Lindhe diambil dari nama Latin sebuah bunga, yaitu Oenothera lindheimeri atau gaura 'Whirling Butterflies'
● Nama Oenothera berasal dari bahasa Yunani kuno. Umumnya dipercaya berasal dari kata Yunani untuk "anggur" ( oinos ) ditambah "mengejar" atau "binatang buas" ( ther atau thēr ).
● Dinamai Berdasarkan Ferdinand Lindheimer (1801-1879). Julukan Latin lindheimeri diberikan untuk menghormati Ferdinand Jacob Lindheimer, seorang ahli botani Jerman-Amerika yang sering disebut sebagai "Bapak Botani Texas."
● Nama 'Whirling Butterflies' menggambarkan gerakan dinamis dari bunga. Pada hari-hari berangin, batang ramping dan bunga yang ringan bergoyang dan berputar, menyerupai kupu-kupu yang terbang dengan lemah gemulai.
Simbolisme Umum:
- Keanggunan dan Elegansi: Batang yang anggun dan bunga yang bergoyang melambangkan keindahan yang halus dan elegansi.
- Transformasi dan Perubahan: Mirip dengan kupu-kupu, Gaura 'Whirling Butterflies' mewakili transformasi, pertumbuhan, dan awal baru.
- Kebahagiaan dan Keringanan: Gerakan bunga yang bermain menampilkan rasa kebahagiaan, ringan hati, dan positivitas.
● Arti Eno: Berasal dari Eunoia, kata dari Yunani yang berarti "pemikiran yang indah" atau "pikiran yang baik,"
● Arti Tera: berasal dari bahasa Latin, "Terra," yang berarti "bumi." tetapi ada kesamaan bunyi dengan Terror" dan "Tyrant".
● Arti Lind: Dalam beberapa bahasa Skandinavia (seperti Swedia dan Denmark), "Lind" berarti "pohon jeruk nipis" atau "pohon linden".
Word count: 17.1k
ᴼʰ ˢʷᵉᵉᵗʸ, ⁱᶠ ʸᵒᵘ ᵈᵒ ᵏⁿᵒʷ, ⁱᵗ'ˢ ᵐᵘᶜʰ ʷⁱˢᵉʳ ᵗʰᵃᵗ ʸᵒᵘ ᵈⁱᵈⁿ'ᵗ ᵏⁿᵒʷ ⁱⁿ ᵗʰᵉ ᶠⁱʳˢᵗ ᵖˡᵃᶜᵉ
.
.
.
Personality Traits:
[ Secara umum ]
● Apatis: Menunjukkan ketidakpedulian terhadap orang lain dan lingkungannya kecuali terkena dampak secara langsung.
● Straightforward: Berkomunikasi secara jelas dan langsung tanpa basa-basi.
● Menghindari Perhatian: Berusaha keras agar tidak diperhatikan dan tidak menjadi pusat perhatian.
● Adaptif: Mudah menyesuaikan diri pada keadaan yang berubah.
[ 1 ? ? ? ]
● Thrill-Seeking: Terlibat dalam aktivitas berisiko tinggi guna mendapatkan kegembiraan.
● Emotional Detachment: Mengamati kekerasan dengan rasa ingin tahu yang tumpul alih-alih emosi yang tulus.
● Sadistic Tendencies: Menemukan kesenangan dalam menimbulkan rasa sakit dan menyaksikan penderitaan.
● Dual Nature: Menyeimbangkan penampilan luar yang tenang dan kecenderungan kekerasan yang tersembunyi.
● Cynical Worldview: Meyakini bahwa rasa sakit penting bagi memperoleh kebahagiaan dan memandang kehidupan sebagai sesuatu yang cacat.
● Enjoyment of Violence: Memperoleh kepuasan sensorik dan emosional dari kebrutalan.
[ 2 ? ? ? ]
● Karismatik: Memiliki daya tarik dan kemampuan untuk mempengaruhi orang lain dengan mudah.
● Friendly: mampu menunjukkan sikap ramah dan bersahabat.
● Ambivert: Memiliki keseimbangan antara sifat ekstrovert dan introvert.
● Soft-spoken: Berbicara dengan nada yang lembut dan tenang, tidak pernah terdengar kasar atau keras.
● Dark empathy: mampu untuk memahami dan merasakan emosi orang lain, namun sering kali digunakan untuk tujuan manipulatif.
● Rasional: Mengutamakan logika dan pemikiran rasional dalam setiap keputusan.
● Perfectionist: Menuntut standar yang sangat tinggi bagi dirinya sendiri dan orang lain.
[ 3 ? ? ? ]
● Self-harm: Memiliki kebiasaan untuk menyakiti diri sendiri, terlepas apapun alasannya.
● Destructive behavior: Terlibat dalam berbagai tindakan atau aktivitas yang merusak, baik terhadap diri sendiri maupun orang lain, sering kali tanpa mempertimbangkan konsekuensi jangka panjang.
● Brutal honesty: Menunjukkan kejujuran yang sangat langsung dan tanpa filter.
● Fake emotions: Mampu menampilkan emosi yang tidak autentik atau berpura-pura menunjukkan perasaan spesifik.
● Numbness: Mengalami ketidakmampuan untuk merasakan emosi. Mati rasa.
● Dissociative Emotions: proses mental yang dapat melibatkan pemutusan hubungan dari pikiran, perasaan, ingatan, atau rasa identitas.
ᴴᵒʷ ᶜᵒᵘˡᵈ ᵗʰᵉ ᵖᵃˢᵗ ᵉᵛᵉʳ ᵖˡᵃʸ ᶠᵃᵗᵉ ʷⁱᵗʰ ᵗʰᵉ ᶠᵘᵗᵘʳᵉ? ᴮᵘᵗ ᵐʸˢᵉˡᶠ ᵒⁿˡʸ ᵖᵒˢˢᵉˢˢᵉˢ ᵗʰᵉ ᵖʳᵉˢᵉⁿᵗ
.
.
.
[ 1 ? ? ? Record01 ]
Enoa tidak yakin apakah dia harus menikmati rasa sakit, entah bagi dirinya sendiri atau manusia yang isi perutnya kini terekspos di depan matanya. Haruskah dia tersenyum? Tersenyum buat apa? Tindakan amal? Haha, meskipun (tidak juga) ragu, Enoa tetap tersenyum.
Pria dengan mata berlumuran darah itu mencerminkan ekspresinya, kecantikan yang hampir memikat dalam seringainya yang mabuk. Apakah pria itu puas sekarang karena dia telah menjadi bagian dari Enoa? Siapa di dunia ini yang dapat menolak daya tarik luka, rasa sakit, dan kesengsaraan?
Lupakan, kedengarannya tidak masuk akal, tetapi dunia tidak dapat berkembang tanpa adanya rasa sakit. Manusia secara tidak langsung membutuhkan keberadaan rasa sakit, kebanyakan dari mereka hanya menolak fungsi sebenarnya tentang rasa sakit.
Sebentar, terlalu banyak pekerjaan. Dan Enoa tidak boleh berlama-lama memanjakan diri, juga memakan seseorang tanpa pandang bulu hanya karena mereka secara estetika menyenangkan dibedah mesti menjadi pertimbangan. Apakah ini darah penderita diabetes? Itu lebih kental daripada yang diantisipasi Enoa.
Sekarang, apa yang harus dia lakukan terhadap mata merah yang berkilau ini? Haruskah dia mengirim foto ke mafia di seberang jalan, berharap mereka akan menemukan sesuatu yang unik?
Enoa adalah seorang pro; pria ini dapat bertahan hidup setidaknya selama beberapa minggu jika Enoa menjahitnya sekarang. Tetapi di mana kesenangannya jika tidak menyaksikan sedikit kepanikan di sana-sini?
[ 1 ? ? ? Record02 ]
Mengapa pria ini begitu ketakutan? Takut putrinya akan mati? Takut dirinya sendiri akan binasa? Takut kehilangan harta bendanya? Atau mungkin takut pada Enoa sendiri? Jika itu manusia, bahkan ada kemungkinan dalam kegagalan mengenali ketakutannya sendiri.
"Hei, mengapa kamu begitu takut? Yang memegang revolver itu adalah kamu." Bersandar di meja, pipinya menempel di telapak tangannya, dan mengetuk-ngetuk kayu sambil menunggu bibir gemetar pria berkumis sikat gigi itu membentuk kata-kata yang koheren.
Permainannya sederhana-perjudian aset. Pria itu tidak kehilangan apapun selama dia bisa menang, dan Enoa cukup memegang rahasia bisnis pria yang sekarang duduk gemetar di seberang meja, putus asa, dan berkeringat.
"A... A... Aku... Aku menyerah! Kumohon! Aku akan memberimu apa saja! Apa saja! Tolong jangan sampai ketahuan! Aku tidak punya apa-apa lagi!" Melempar pistol ke ujung ruangan, pria itu mengotori celana set kemejanya dengan ingus dan air mata murahan.
Omong kosong itu. Enoa tahu segalanya tentang pria ini, namun di sinilah dia, memohon belas kasihan seolah-olah melemparkan kotoran ke wajah Enoa. "Benarkah? Bukannya-"
"Tolong! Tolong! Tolong!" Beraninya sampah yang tidak berguna untuk kebaikan apapun memotong perkataan Enoa, mendeking memohon sesuatu yang akan lenyap begitu dia meninggal. Kenapa begitu putus asa?
Menghela nafas berat, dan kecewa, "terserahlah. Berikan saja apa yang kuminta sekarang." Enoa menendang tengkorak pria itu, membuatnya terkapar di tanah. Bau darah mulai tercium di udara saat senyum tipis mengembang di bibir Enoa. Apakah itu bau darah, sensasi menyakiti seseorang, atau sekadar menikmati situasi, Enoa tidak yakin.
[ 1 ? ? ? Record03 ]
Hari-hari di kasino sekarang semakin monoton. Tidak ada yang berani bertaruh melawan tiga peluru. Jadi demi menghibur hati yang durjana ini, Enoa mengenang pertama kali dia memainkan permainan mematikan ini dengan seorang pria ambisius yang percaya pada keberuntungannya, meskipun dia tidak jauh dari menjadi manusia.
Itu adalah pertama kalinya Enoa tertawa terbahak-bahak sepenuh jiwa setelah sekian lama. Dan diantara sisa-sisa tawanya Enoa mendengus ragu dia akan tetap hidup buat hari esok, namun dewi fortuna berkata lain. Lawannya telah kalah dalam permainan poker dan bertaruh melawan takdir demi melihat fajar, berutas pada keberuntungan di bilik sebuah revolver.
Menuruti rasa ingin tahunya, Enoa sengaja pooring dibalut senyum tenang, dalam hati bertanya-tanya apakah dia, pria itu, lawannya akan mengambil risiko sembrono ini.
Benar saja, Enoa tertawa semakin keras lagi saat pria itu nekat mencoba menembakkan peluru ke dirinya sendiri, meskipun baik Enoa dan pria itu tahu bahwa itu bukanlah ruang kosong di dalam revolver itu. Luar biasa, sungguh luar biasa. Hiburan yang tidak pernah menjadi kuno.
Ah, mengingat kembali ingatan ini terkadang membuat suasana hati Enoa menjadi sedemikian cerah. Membayangkan jika saja rasa sakit tumpul mengalir di tengkoraknya. Setelah semua banjir adrenalin di tubuhnya, jalan memeluk kematian yang tidak terlupakan.
Tentu saja, itu tidak terjadi sekarang karena Enoa harus membiarkan seorang pria pemberani hidup, berharap bahwa di masa depan, dia mungkin akan menantang Enoa lagi.
Sulit agar tidak merasa hidup, agak disayangkan karena Enoa lupa menanyakan namanya.
[ 1 ? ? ? Record04 ]
- unnamed individual's point of view
"Uh ... um, aku tidak tahu bagaimana caranya membuatmu tidak begitu melihat Eno terlalu buruk, tapi jujur saja kurasa itu mustahil menemukan ehem sisi Eno yang ehem dalam tanda kutip baik." Perasaan bersalah, ya, ini pasti perasaan bersalah yang sedang dia hadapi.
Berusaha memberikan lapisan gula untuk semua mimpi buruk yang teman sekamarnya ciptakan di alam bawah sadarnya.
Apakah orang macam inkarnasi iblis mesti dikasihani? Siapa yang aku bohongi ....
"Aku mendengarmu!" Sahut setannya. Datang dari dalam kamar yang mereka tempati bersama. Bahkan hingga sekarang dia tidak tahu mengapa masih bisa hidup setelah banyak malam yang dihabiskan.
Tunggu, aku sudah pernah mendapatkan ancaman kematian ... dalam tidur.
Meskipun dia sudah sejauh ini merangkak dari bayang-bayang makhluk yang sebelumnya bernama Enotera Lindhe, tetap saja, tidak terelakkan baginya merasa takut dan gelisah jika Eno sendiri memutuskan membunuhnya dengan tangan berdarah itu.
Dibenaknya sudah muncul berbagai kombinasi imajinasi yang dia tolak ungkapkan dan kenyataan yang mampu membuat bulu kuduknya bergetar. "Sekarang aku tahu warna aslimu. Seseorang yang juga menusukku dibelakang saat aku tidak melihat, yah yah, ini mungkin terakhir kalinya aku menawarkan empatiku, heh."
Empati pala kau! Mesin cuci masih bau darah dari kemarin!
Makhluk ini tidak memiliki empati, bukan tersenyum, bukan tertawa, bukan semua kepribadian yang orang luar ketahui tentang Enotera Lindhe menjalani kehidupan normal yang diidamkan semua orang. Topeng kesempurnaan mutlak yang menutupi kepekatan kekejian dan kekejaman yang mampu seorang manusia lakukan.
Dia tidak bisa, bahkan dia telah gila sebab pernah berpikir orang yang keluar dari kamar mandi, lesu dan mules, adalah pria yang menyedihkan, berusaha mengatasi kematian ibunya, tetapi tidak ... dia salah besar.
Tidak ada sedikitpun rasa bersalah, penyesalan, atau kebingungan sesaat dia mengembalikan komposurnya. Eno bukan manusia, dia menolak mengakui sesuatu yang sekamar dengannya adalah manusia. Sedikit momen kelemahan itu tidak membuat Eno menjadi manusia.
telah baru saja melakukan tindakan biadab seperti memotong daging manusia, brutal lalu memakannya.
Apa yang salah denganmu! Itulah yang dia pikirkan setiap kali Eno selesai membersihkan diri. Sebagian manusia dengan akal sehat, dia benar-benar berusaha, sedikitnya, mengurangi aktivitas merusak diri Eno.
Kembali dari pusaran kekhawatirannya, dia memanggil sedikit keberanian demi mengintip dari celah pintu, berusaha menemukan setan itu sedang duduk di kursi komputer dan masih mengerjakan data collecting yang bukan menjadi pekerjaannya!
Dia hanya perakit senjata, perakit senjata ilegal yang dipaksakan! Tetapi Eno sendiri yang menjamin keselamatannya ... juga adiknya ... ditambah tugas kuliah serta misi yang bos besar serahkan, rata-rata Eno tidak masalah mengerjakan untuknya.
Benar! Dia baru saja berbicara buruk tentang orang yang mengerjakan tugas rumahnya! Ugh, dia menyesal tidak menjauh dari bingkai pintu ... menyesal karena memiliki sedikit ons keterikatan yang seharusnya dia potong. Apakah aku menumbuhkan stockholm syndrome?
"Halo? Kamu masih disana?" Suara di ujung panggilan mengembalikannya ke kenyataan.
"Ya. Ya! Aku masih disini, cuma terkendala teknis kecil ..." dia berjalan menjauh ke tempat yang sekiranya aman, melanjutkan sisa kalimatnya.
"Tentang Eno, seharusnya kamu akan baik-baik saja selama tidak memberinya ide apapun. Maksud dari apapun, itu semuanya, jangan coba mengelaborasikan ide itu. Kamu tidak tahu apa yang mampu Eno lakukan sesaat dia penasaran." Peringatnya sebelum membuka pintu balkon apartemen.
"Mungkin aku seharusnya tidak berbicara sama sekali dengannya."
"Kurang lebih begitu, jika kamu mau." Menatap kejauhan, lingkungan kumuh menyambutnya. "Akan sombong semisal aku mengatakan aku mengenal Eno luar dan dalam, bahkan beberapa tahun menjadi teman sekamarnya ...." Yah, empat tahun bukan waktu yang singkat.
Berawal menjadi orang yang sama pernah mengancam akan mencabut seluruh alat bantu kesehatan adiknya, lalu dirinya di sandera atas hubungan Eno dan salah satu sindikat berbahaya di kota ini. Apalagi hal baik yang bisa dia pikirkan, selain menutup mata dari semua kejahatan Eno yang tercampur bersama yang lain.
Dia bukan orang suci, dia juga yang memutuskan ikut campur dalam dunia yang keji ini sejak awal. "Aku menahan diri supaya tidak mengatakan 'ide' yang salah, karena aku sudah, sudah, terlalu sering men-jinx diriku sendiri."
Lebih baik daripada menyesal, "membawa payung sebelum hujan, kamu tahu."
● ●
[ 2 ? ? ? Record01 ]
Siapapun tahu, hidup di kota yang kacau tidak akan mudah, bahkan bagi yang menjunjung kebanggaan mereka. Itu termasuk Enotera yang berdiri mengamati tangan Leyhmia yang mulai berbercak merah.
"Kamu tidak pernah belajar dari kesalahanmu. Mau berapa kali kamu mengulanginya, anak bodoh." suara Leyhmia memecah udara. Sekali lagi, tangannya menyentuh pipi Enotera, lagi-lagi keras dari yang sebelumnya. Menyengat, namun di batin, Enotera yakin, yang menampar juga merasakan hal yang sama.
Sambil menatap ke bawah, mata Enotera menelusuri pola rumit lantai marmer, ingin mengingatkan kalau jika Leyhmia terus menerus berkerut kesal begitu, semua keluhan soal menjadi tua terlalu cepat akan terkabul. Meskipun seluruh omelan Leyhmia tidak berbeda dengan hyperbole orang tua kolot.
Kemudian, banyak dari lapisan kulit telapaknya telah robek dan memar. Apakah itu dosa jika seseorang penuh kesederhanaan seperti Enotera berucap bahwa dokter seharusnya merawat dirinya sendiri? Tidak, harga diri ibu tidak akan membiarkannya.
Bukankah ini cukup? Mungkin Leyhmia harus mempekerjakan seseorang sebagai algojo pribadi Enotera dibandingkan melakukannya sendiri. Tidak ingin berlarut-larut, Enotera semakin menundukkan kepalanya. "Saya mengerti. Setelah ini saya akan menepati jadwal belajar yang Anda buat."
Mencemooh tidak setuju, jemari pucat Leyhmia menjambak rambut putih agar mata Enotera melihat biru safirnya yang menatap tajam, tidak tergoyahkan. "Ini bukan tentang seseorang berotak burung yang sengaja melewatkan jadwalnya, tapi tentang idiot tanpa otak yang baru saja membuat seluruh dunia membicarakan tindakan menjijikannya."
Enotera sadar semua hinaan yang dimaksud Leyhmia tidak lain adalah Enotera Lindhe.
"Jadi, bagaimana kamu menyelesaikan masalah menyebalkan yang kamu sebabkan ini?" Suara Leyhmia tenang, merujuk berbagai macam kesalahan yang mungkin Enotera lupakan.
Bagaikan sembilan tahun bertapa dalam gua, yang pada dasarnya sudah menjadi satu kesatuan gua itu sendiri, jawaban atas pertanyaan Leyhmia sama-sama menerawang pada pencerahan yang Enotera ketahui tidak ada jawaban yang akan memuaskan ibu angkatnya.
Sebab ketika subjek sempurna Leyhmia sedang cacat atau rusak, maka satu hal yang bisa dilakukan yaitu, diam. Diam hingga Leyhmia memutuskan nasibnya.
Apakah itu dibuang, ditinggalkan, kelaparan, kesakitan, atau yang terbaik diantara semua pilihan, hancur berkeping-keping. Membiarkan Leyhmia memungut dan menyatukan kepingan itu sesuai keinginannya.
Kesunyian hanya diisi oleh suara hujan diluar, selagi menunggu selesai Leyhmia mencecar. "Apakah kamu sekarang bisu? Aku mengajarkanmu berbagai macam cara menyelamatkan dirimu sendiri, gunakan mulutmu, nak."
Sembilan tahun menjadi pertapa, berdiam dalam gua, Enotera telah lama mengetahui Leyhmia ingin hanya dirinya yang menjawab pertanyaan itu. Mengalihkan penglihatannya. Enotera menunggu agar kekuatan Leyhmia mendorongnya ke lantai dan mengakhiri malam melelahkan milik wanita yang mengadopsinya.
Setelah beberapa tambahan tamparan, dan darah dari bibir yang pecah mengotori lantai, Leyhmia akhirnya memutuskan menarik diri dan beristirahat. Lagipula pensiunan yang mengabdikan diri pada kesehatan masyarakat tidak akan pernah punya yang namanya masa pensiun.
Begitu saat langkah kaki Leyhmia menjauh, ruangan luas kamar tengah sekarang menjadi milik Enotera sendiri. Baiklah, saatnya membersihkan kekacauan.
Dia tidak mau noda darah menempel pada lantai keramik dan merusak aset kesayangan Leyhmia, yaitu wajahnya, sisi kiri akan semakin bengkak jika dibiarkan terlalu lama. Profesional tahu seminggu tidak akan cukup meredakannya.
Membuka laci lemari kecil di ujung ruangan, Enotera mengklaim salep andalan Leyhmia untuk segala bengkak! Juga ini bukan pertama kali terjadi. Wajar jika selain salep, perban, bahkan pisau atau silet sudah tersedia di ruangan ini.
"Bukankah salep yang sebelumnya sisa sedikit?" Hm, pasti Leyhmia mengganti yang baru. Mengedik tidak peduli, Enotera beranjak ke sofa. Tumpukan kertas membuatnya ingat alasan utama dia ke ruangan ini sebelum gunung berapi bernama Leyhmia Lindhe meletus.
"Agak disayangkan, bukan? Anda lupa memfoto yang ini." Enotera pasti sangat mengacau hingga membuat Leyhmia, orang tua yang suka memberikan garam kepada sesama orang tua lainnya, tidak mengambil kesempatan terhadap lembaran kuis bercoret nilai sempurna.
- Bukan. Ini bukan tentang bertahan hidup, namun rasa kasihan kepada makhluk hidup yang berusaha keras menutupi dirinya yang penuh kekurangan, ketakutan, dan kegelisahan yang dipersonifikasikan kepadanya memenuhi segala arogansi yang cacat. Agak menyedihkan, bukan? Semisal semua usaha, kerja keras, hasil perolehan dari membentuk anak yang sempurna hilang secepat ini.
[ 2 ? ? ? Record02 ]
- unnamed individual's point of view
Merasa lelah? Letih? Perasaan yang membuatmu berharap agar kiamat dunia sedekat satu jengkal dari kehidupanmu. Namun apa yang bisa kamu lakukan saat tidak ada apapun yang kamu miliki selain kehidupan itu sendiri. Bernafas dan merasakan detak jantungmu, sadar tindakan apapun bisa disebut pengecut, menolak mengambil hidupmu sendiri atau melarikan diri dari kehidupan.
Harap-harap waktu bisa berhenti sejenak, sebentar, memohon dengan sangat agar esok tidak tiba, tidak pernah datang. Diantara banyak kekerasan yang menimpanya, yang menghujaninya seperti peluru, tajam dan tidak berbelas kasih, menelan harga dirinya, takut melawan, dia hanya bisa meringkuk seperti janin, harap-harap ini segera berakhir.
"Hei, heiiiii, ck, Petty kecil kita tampaknya tidak mendengarkan kata-katamu, bagaimana ini?" Tawa menggelegar di udara, asalnya dari para penindas berhati hitam.
Bagaimana dia bisa mendengar ketika suara di sekitarnya hanya sepatu mereka menempel dan menginjak di seragamnya. Memakan debu dari gang kecil terdekat di sekolah. Bahkan di sudut yang dekat keramaian ini, tidak ada siapapun yang berani menatap matanya yang lebam.
Tuan rumah penindasan sedang bersandar di dinding sudut gang yang lebih dalam, merokok bersama pacarnya. Meludah tidak puas, dia mengeyit jijik. "Ya, yang biasa kalau begitu. Buka bajunya."
Tidak, tidak ... tidak! Ini sudah kelima kalinya dia bersujud dihadapan orang tuanya, dia tidak tahan lagi wajah yang mereka buat. Dia tidak bisa terus seperti ini. "Kumohon, jangan ... aku tidak bisa menggantikan seragamku lagi ... aku-"
Penyelamat. Sosok yang mengalihkan perhatian para penindas, "kawan, disini kalian ternyata berada. Ah, kalian..." Penyelamat, terang, dia hampir tidak bisa melihat wajah penyelamatnya. Namun, dadanya semakin sakit mendengar suara yang menjadi penolongnya.
"Heh, Eno. Kamu seharusnya bergabung, Petty sebentar lagi akan menampilkan sirkus telanjang." Sang pemimpin berusaha tidak menggertakkan gigi ketika pacarnya meneteskan air liur, pandanganya tidak teralihkan dari wajah dan kehadiran Enotera Lindhe.
Pemuda yang dikagumi oleh setiap individu di sekolah, siapapun mengetahui namanya. Karismatik dan mempesona, sederhana namun istimewa, semua yang diinginkannya akan tersedia di depannya tanpa berusaha.
Tampan, cerdas, kaya raya, rendah hati, ramah, dicintai oleh segala kehidupan, tidak tersentuh oleh kejahatan dunia. Semua kata sifat positif adalah milik Enotera Lindhe. Tidak ada kekurangan selama membicarakan seseorang bernama Enotera Lindhe.
Menyedihkan, dibandingkan pangeran dari dunia lain, Enotera Lindhe. Seseorang yang ditindas, karakter latar belakang tanpa nama, mereka yang berada di kasta paling bawah lalu apa yang bisa dilakukannya tidak ada selain iri dengki, cemburu karena dilahirkan ke dunia sebagai bukan yang terpilih.
"Ya! Bukankah pekerjaan rumah membuatmu stres? Mari tonton hiburan kecil kami!" Bawahan yang menendang menyakitinya berimbuh, menyemangati siswa teladan ikut bergabung. Rasa sakit bertambah-tambah sebab adanya yang menduduki diatasnya.
Menengadah, dia melihat Enotera menyilangkan lengannya. Menggelengkan kepala, hampir seperti dia berniat ikut jika bukan karena ada yang menghalangi. "Sayangnya tidak bisa, apa yang kalian lakukan terlalu dekat lingkungan sekolah, aku khawatir Tuan Serge akan lewat sini." Setengah berbisik seraya menatap khawatir korban penindasan di tanah.
Tidak peduli apabila ancaman mendekat, yang diperingati semakin menyandarkan diri ke dinding. "Biarkan saja. Aku bisa beralasan, kita sedang nongkrong bareng. Benarkan Petty? Lagipula kita berteman." Otak dari penindasannya menoleh ke arahnya, tersenyum mengerikan.
Berkedip bingung, Enotera melanjutkan. "Kurasa yang ini masalah besar ... sebenarnya aku ingin kalian kembali ke kelas secepatnya, Nona Anne menukar jadwalnya dengan Tuan Leon. Jadi ..." sisa kata-kata Enotera menghilangkan, berkata memang ada sesuatu yang mengerikan sedang menunggu.
"Aku belum mengerjakan pekerjaan rumah Anne!" Laki-laki yang menduduki tubuhnya seketika berdiri tiba-tiba dan berlari lurus keluar dari gang. Namun kembali, kepalanya nyembul dari balik batu bata. "Oh ya, terimakasih sudah mengingatkan Eno!" Setelah itu dia pergi dan tidak kembali lagi.
Yang ditinggalkan, pemimpin kelompok, pacarnya, dan Enotera Lindhe hanya bisa meneteskan keringat. Diantara kecanggungan sesaat, Enotera mengangkat suaranya. "Yah, kalian bisa kembali duluan, aku masih harus ke toko kue yang baru buka di ujung jalan. Aku akan memberikan rekomendasi nanti, sampai jumpa di kelas." Eno melambaikan tangan, sama seperti kaki tangan penindas namun berbelok kearah yang berbeda.
Tersisa dirinya dan dua yang lain. Dia bangkit, sebab tidak ada lagi gajah di punggungnya. Biarpun begitu suara seseorang mendecih mengembalikannya ke dunia nyata, dia sempat lupa siapa yang berkuasa. "Siapa yang menyuruhmu berdiri cacing? Tetap di tempatmu." Tanpa ada pilihan lain, dia patuh dan kembali memeluk tanah.
"Biarkan saja Petty atau apalah. Aku belum mengerjakan pekerjaan rumahku, ayo balik ke sekolah." Satu-satunya perempuan disini berbicara gelisah sambil menarik-narik lengan pacarnya.
Pacar Yang dimaksud memutar matanya jenaka, senang akan perhatian. Rupanya kejenakaan itu berumur pendek saat gadisnya mengucap satu nama. Suasana bunga-bunga layu dan membusuk. "Kira-kira bagaimana ya semisal Eno telat? Bukankah toko kuenya agak jauh?"
Mendengus kesal dan berjalan cepat, "dia favorit jalang itu. Biarkan saja. Mungkin seharusnya aku ikut dia tadi, supaya aku bisa menggunakannya sebagai alasan." Penindas sekarang mengabaikan orang yang dia tapak. "Petty, temui kita saat pulang sekolah ya?" Dia pergi menampilkan wajah tersenyum sadis, siapa yang tahu di dalam pikirannya.
Hahaha... ha... tidak. Lupakan. Dia berbicara terlalu cepat. Mustahil dia bisa keluar dari neraka ini. Mengapa dunia begitu kejam? Mengapa? Dosa apa yang telah dia lakukan? Apakah sebuah kesalahan jika dia ingin hidup tenang.
Tubuhnya sakit, memar, dan hatinya bernanah, mendendam pada dunia yang tidak adil. Apa yang bisa dia lakukan jika di ujung jalan hanyalah rasa sakit. Matanya memanas, tidak tahan lagi lagi untuk semua-
"Halo. Peter. Mereka sudah pergi." Eno, dia kembali. Kembali untuk apa? Mengasihinya? Mengucapkan bela sungkawa? Tepat saat dia mengotori wajahnya? "Ah ... maaf aku tidak membantumu. Aku-"
"Hentikan. Aku tidak butuh belas kasihanmu." Suaranya serak, dan kebenciannya membara, dia benci orang seperti Enotera Lindhe. Bertingkah mereka harus melakukan kebaikan dan mendapatkan tambahan kemuliaan. Orang yang bertopeng, berwajah dua, menertawakannya dibalik kerutan khawatirnya.
"Maaf aku tidak bermaksud begitu... aku ingin mengembalikan seragam mu. Aku menemukannya tetapi aku baru bisa mengembalikannya sekarang uhh aku akan meletakkannya disini." Mengapa orang seperti Enotera Lindhe mesti memungut seragam penuh tanah? Juga mencucinya? Kecanggungan Enotera agak membuatnya merasa bersalah.
Mungkin dia yang seharusnya mengatakan maaf... bahkan jika mereka orang asing, sebagai teman sekelas yang hampir sama sekali tidak pernah berinteraksi dan memungut sesuatu yang bahkan bukan urusannya. "Terima kasih." Itu keluar dengan lemah.
Begitulah cerita karakter latar belakang kita. Yah, dia kira itu terakhir kalinya dia bertemu Enotera Lindhe yang dia kenal pada hari yang sama.
[ 2 ? ? ? Record02.1 ]
Bagaimana caranya karakter latar belakang kita yang menyedihkan bisa terjebak di keributan orang dewasa ketika dia adalah individu paling pengecut diantara teman-teman penindasnya.
Tidak ada yang salah, sungguh, diseret ke kasino, uang jajan diperas, dan mungkin akan dijadikan budak jika mereka berhutang. Cukup sampai disitu, mungkin dia akan menjadi pekerja tetap atau apa sampai hutang itu lunas, tetapi dia harusnya lebih dari sekedar paham menutup mulutnya di tempat mencurigakan.
Singkatnya, dia tidak sengaja keceplosan mengatakan pria berambut hitam panjang di tengah ruangan kasino memiliki wajah yang mirip seperti Enotera Lindhe yang mereka kenal dan siapa yang tahu, ternyata yang lainnya berpikiran sama. Lalu orang-orang gila ini nekat menyapa pria itu dan beginilah hasilnya. Banyak pria berjas menjadi agresif.
"Bocah. Tempat ini bukan taman bermain buat bajingan tengik. Pergilah ke tempat lain, nak." Paman paling pendek mencengkram pemimpin dari kelompok penindas. Tidak suka dengan keberanian yang lebih muda.
"Hah?! Suka-suka aku mau bermain dimana, aku membayar menggunakan uangku siapa orang tua bau melarangku?" Tidak terima diusir saat semua uang mereka ditahan di meja tanpa dapat kesempatan bermain, yang lebih muda menyalak balik.
Tanpa menahan diri, dia menyembur menantang, wajahnya merasa bangga karena berhasil memprovokasi, "ada apa? Kalian takut kalah dari anak-anak tengik ini? Mengapa kita tidak mencoba berjudi bersama, hm? Terutama kamu Enotera!" Jari telunjuknya terarah pada pria yang mereka kira Enotera Lindhe.
Jujur saja, siapa yang tidak terkejut saat teman sekelas mereka, jelmaan malaikat, bermain judi di kasino seakan telah melakukannya berulang kali. Apakah itu kesalahan jika iri hati menyulut kesombongan?
Tidak menerima penghinaan lebih banyak lagi, wajah dari pria berjasa mulai memerah, merah sebab amarah yang tidak tertahankan. "Dasar keparat kecil... beraninya bertindak tidak sopan, Tuan tamu terhormat-" Pukulan siap melayang, bahkan saat karakter latar belakang kita bersiap lari ke pintu terdekat, semua itu teralihkan oleh tawa pria Enotera.
"Pfft, hahahah-" Para pria yang mengebu-gebu seketika membeku menahan diri dan dengan muka yang sulit dijelaskan saat dentingan tawa terdengar dari punggungnya.
Bukankah aneh mendengar tawa yang sering para remaja itu dengar di kelas, tiba-tiba muncul di kasino? Ya, itu aneh, saking familiarnya. Tawa itu benar-benar familiar, setiap orang bahkan tanpa mengetahui konteksnya akan berpikir topik yang ditertawakan suara ini pasti sesuatu yang lucu.
Ya, terlalu mirip, terutama terkait bagaimana lekukan senyum yang dibentuk sedemikian rupa hingga mereka yang menjadi teman sekelas bisa langsung tahu tanpa pikir dua kali. Itu Enotera. Tidak mungkin orang lain, dia tidak punya kakak, saudara, atau sepupu. Ini fakta yang diketahui semua orang di sekolah.
Satu hal dalam benak mereka, Enotera yang mereka kenal bisa saja berbohong.
"Astaga ... sungguh pemberani ..." Enotera(?) terengah-engah di sela tawanya. Menepuk tangan menenangkan diri, dan berdiri dari kursinya demi menyapa kelompok anak-anak sekolah menengah yang mengaku menjadi yang mengetahui pria berambut hitam ini di suatu tempat.
Ada yang tidak biasa dari Enotera yang berada di ruangan yang sama dengan mereka. Air wajah semua pria yang berjas template hitam, berteriak bahwa segalanya adalah kabar buruk, bencana, badai yang tidak bisa dihentikan.
Tersentak, bahkan hampir menjerit, Enotera (?) meletakkan tangannya di bahu pria berjas dan pemimpin kelompok remaja, "tenangkan diri Anda, Ya? Tuan yang bersemangat. Kita sedang di tempat dimana semua orang berhak bersenang-senang dengan uang mereka. Termasuk kawan kita yang baru berkunjung kesini."
Menepuk dua kali bahunya, pria yang berjas rapi melepaskan kaos pria yang lebih muda. Puas dengan reaksi yang diberikan, Enotera(?) menepis anak rambut yang menutupi sisi wajahnya, seakan memamerkan tanda kecantikan khas Enotera Lindhe.
"Dan teman yang berbangga diri, silahkan duduk disini ... tentu mari berjudi." Enotera(?) berbalik penuh pada ketua kelompok anak muda. Merujuk kursi yang sudah kehilangan tuannya.
Tanpa keraguan, laki-laki yang sebelumnya menggonggong, dengan percaya diri mengklaim tempat duduk yang dihadiahkan padanya.
Beralih menghadap kearah sisa remaja yang menciutkan diri sambil menggigil gelisah, Enotera(?) sekali lagi menampilkan senyum murid teladan ala Enotera Lindhe. "Kalian bisa bergabung jika mau, tidak ada paksaan disini. Lagipula, semua tentang menguji peruntungan."
Sekilas tidak ada yang salah dengan gesture yang ramah, namun apa ini? Bulu kuduknya (dia yang namanya menghilang) berdiri? Naluri remaja yang ditindas mengatakan dia harus lari. Kata kematian melayang tinggi dan besar di latar belakang, mengintimidasi.
Senyuman Enotera(?) tidak terlihat ramah sama sekali di matanya, nada bicara yang semanis madu membuatnya semakin sesak nafas. Apakah karena tempat senyum tipis itu mekar di kasino? Bukan di sekolah?
Rasanya, wajah yang mencuci bersih dan mengembalikan seragam sekolahnya, tidak pernah ada sama sekali, mengapa dia baru sadar sekarang? Histerianya berbisik 'takut, takutlah, kamu akan mati.' Pria berambut hitam ini tidak normal.
Dengan segenap tenaga, dia melupakan semua disekitarnya, lingkungan tidak lain keburaman dari kaki yang memaksa adrenalin bekerja ketika tujuannya pergi dan meninggalkan kasino secepat mungkin.
Sesampai di rumah, tidak ada yang dia inginkan. Tidur, kegelisahan menyiksanya. Dia berharap siapapun pria di kasino tidak akan mengejarnya ke mimpi.
-
Keesokan harinya, setan kegelisahan masih menemani sisinya. Haruskah aku panik? Panik karena para penindas tidak masuk sekolah? Dia seharusnya bahagia karena akar dari penderitaannya telah menghilang, tetapi jauh di lubuk hatinya, masih ada yang belum terselesaikan. Apakah ini bukan ketenagan sebelum badai yang akan datang?
Terlebih lagi, terjadi sesuatu pada Enotera, siswa teladan yang dikagumi semua orang. Sebelah matanya yang ditutupi eyepatch putih polos, tanpa noda yang bertindak seolah-olah hiasan yang ditempel pada wajah yang pucat.
Benar, tidak ada yang salah, tidak ada, selain penutup mata sederhana dan kejadian kemarin tanpa seorang selain dirinya yang tahu. Hanya ada histeria yang menghantuinya seorang, ratusan pertanyaan dan tebakan gila memenuhi otaknya.
Apakah orang gila itu menusuk mata Enotera karena dia kalah dalam judi? Apakah dia memenangkan banyak uang dan sekarang dalam pelarian? Apakah mereka memutuskan berhenti sekolah karena menang? Apakah mereka menghilang karena menyakiti pria berambut hitam saat di kasino? Apakah Enotera-
"Eno, kamu kenapa? Seburuk itu ya sampai perlu penutup mata?" Akhirnya seseorang menanyakan lagi pertanyaan itu, seorang siswi dari kelas lain mengunjungi. Dia terlalu sibuk merenungkan absensi para penindas hingga lupa mencari tahu alasan Enotera memakai penutup mata.
"Ah, ini? Kemarin aku ingin memasak sesuatu yang pedas, tapi aku membuka bubuk cabainya terlalu kuat. Jadi ada yang masuk ke mata." Enotera mengeluh lelah sambil menggosok matanya yang ditutup.
Teman sekelas yang mengerubungi, mengganggunya usil, mengolok-olok kecerobohan kecil Enotera. Seakan kesalahan sepele itu membuat Enotera yang mereka kenal lebih manusiawi. Ada beberapa yang menggoda supaya Enotera membuka tutup matanya, dan yang lain bercanda memperingati. "Kamu ini, harusnya hati-hati."
Terhanyut dalam suasana ria, Enotera ikut bermain dengan lelucon waktu istirahat yang tidak berbahaya. "Jangan khawatir, aku masih bisa melihat, membaca bahkan wink dengan satu mata!" Bertingkah lucu, Enotera sungguhan mencoba mengedipkan matanya yang utuh.
"Itu namanya menutup mata, Eno. Bukan wink!" Gelak tawa mewarnai ruangan, namun lain cerita tentang satu teman sekelas mereka masih paranoid. Tawa Enotera dan pria berambut hitam di kasino menghantuinya. Dia tidak fokus, berbagai tangkapan gila yang terlintas.
Hingga beberapa hari kemudian para penindasnya dirumorkan pindah sekolah dan hanya itu. Tidak ada banyak kata dari mereka seperti menghilang dalam kegelapan.
- Enotera terluka karena Leyhmia menusuk matanya, lampiasan amarah sebab dia nekat dan bandel masih pergi ke kasino dan bertemu teman sekelasnya. Wig rambut hitam itu juga ditarik hingga rusak, jauh dari kata bisa digunakan lagi. Tentang nasib yang hilang, sebut saja urusan Leyhmia.
[ 2 ? ? ? Record03 ]
Rasanya seperti kembali ke waktu dimana Airene membawa apa yang telah lama dia janjikan, namun di saat-saat terakhir dia memilih memberikan itu kepada api daripada Eno. Bukankah tindakannya tidak lain sebuah kekejaman? Pengkhianatan terkeji terhadap Eno kecil yang berharap-harap semua kerja kerasnya terbayarkan, kejam sekali.
Disaat itu, Eno kecil rela mengeluarkan darah dari matanya agar membawa kembali Airene yang membohongi seluruh keberadaannya. Tetapi sekarang ... tiada air mata, dan tiada teriakan membelah tenggorokan.
Mungkin Leyhmia bukan Airene, mungkin semua yang diajarkan Leyhmia bertolak belakang terhadap apa yang dikatakan Airene, mungkin karena mereka berdua telah menanamkan dua kehidupan yang berbeda untuk bagian-bagian diri Eno yang hidup di masa sekarang.
Airene dengan Eno kecil dan Leyhmia dengan Enotera Lindhe. Apa yang perlu disayangkan, kedua wanita itu telah mati, mati melalui cara yang mereka inginkan.
Sama seperti yang diinginkan Airene, Eno kecil mengeluarkan apa yang bisa dikeluarkan hingga dia meregang nyawa. Sedangkan Leyhmia? Dia tidak menginginkan apapun selain memberikan Enotera kebebasan. Kemudian apa yang bisa Enotera Lindhe tawarkan? Hah, setelah semua omong kosong kesempurnaan itu?
"Bukankah kata kebebasan terlalu keluar dari karakter Anda, Nona Leyhmia? Dan jika Anda bisa bicara sekarang, aku yakin Anda akan mengeluhkan hujan terlalu dramatis di hari pemakaman Anda." Lumpur mengotori set tuxedo favorit Enotera, rintikannya terlalu tajam bahkan peti mati Leyhmia tidak terselamatkan.
Sebut saja Enotera adalah bajingan gila, mencuri mayat ibu angkatnya dari para kerabat dan orang-orang yang terluka atas kepergian Leyhmia. Meski begitu jangan khawatir, Enotera telah menyiapkan boneka yang sangat mirip, mayat Leyhmia yang lain, membiarkan mereka yang bersedih dalam ketenangan.
Hormati mereka yang pergi, sebaris kalimat yang tertera dalam buku panduan bagaimana menjadi sempurna yang Leyhmia tulis sendiri secara pribadi menggunakan tangannya. Apakah semua tindakan ini termasuk menghormati? Entahlah, Enotera sekarang bisa melakukan apapun yang dia mau, berbasa-basi, mengolok-olok, segala yang disebut kebebasan.
"Apakah Anda benar-benar tidak dendam kepada para kutu itu? Biasanya Anda akan mengutuk mereka dan menginjak-injak bersama semua yang bisa Anda pamerkan." Menarik payung lebih dekat kepada dirinya, Enotera mencari sedikit kedutan yang menandakan balasan dari Leyhmia. Bau parfum mawar favorit Leyhmia tercampur oleh aroma tanah dan hujan di pinggir hutan.
"Mengapa Anda begitu berbeda? Tidak seperti Nona Leyhmia yang tegas. Apakah semua yang Anda katakan juga bohong? Aku mengukir kata-kata Anda di jiwaku, seperti yang selalu Anda inginkan. Lalu mengapa?" Tidak ada reaksi dari mayat wanita yang pucat. Apakah suara hujan terlalu nyaring hingga bisikan Leyhmia tidak terdengar?
Menarik nafas dalam-dalam. Dia berpikir, apakah aku juga harus membunuh Enotera Lindhe agar bisa mendamaikan semua pertanyaan ini? Lalu, bagaimana jika dia mengubur Enotera Lindhe bersama ibu angkatnya sekarang, dia penasaran apa yang akan tersisa darinya?
Tidak tahan dengan kekecewaan terhadap kurangnya balasan, dia menelusuri bingkai peti jenazah. Cahaya lampu minyak tidak mengurangi kecantikan Leyhmia. Mengapa Anda bisa begitu tenang, sedangkan dia harus menderita nyeri di setiap sudut kepalanya, diiringi sakit yang mengelupas di jantungnya.
Bisakah Anda membawa jantungku bersama Anda? Aku lebih suka membuangnya kalau bisa. Dalam hati, dia tertawa sinis. "Ini bukan kebebasan, Nona Leyhmia." Katanya pelan. Suara gemerisik hujan menerpa payung terasa mirip dengan gema detak jantungnya.
"Aku tidak menginginkan apapun dari Anda, mengapa Anda memberikan sesuatu yang tidak berguna seperti ini?" Bagaimana bisa manusia berubah dalam semalam, ini bukan cerita anak-anak. Seseorang seperti Leyhmia tidak akan meminta maaf bahkan terhadap anak kecil yang tidak bersalah.
Sesaat, badai tampak mereda, seolah menunggu jawaban yang tidak kunjung datang. Memberikan dia kesempatan menyelipkan payung ke sisi Leyhmia, dan membiarkan dirinya terkena rintik hujan. "Anda masih tetap akan diam, benar? Mulai saat ini Anda tidak akan lagi memamerkan pencapaianku."
Apa yang dia lakukan? Mengoceh omong kosong kepada mayat? Darimana dia mendapatkan ide bodoh ini?
"Tidak akan lagi menyelesaikan masalah reputasiku. Tidak akan lagi mengisi ulang salep ajaib itu. Tidak akan lagi memarahiku saat aku memaksakan diri. Tidak akan lagi ..." membuatnya melakukan hal-hal membosankan ini, hah, tidak sesuai ekspetasi, suaranya bergetar saat senyum melengkung di bibir. Memastikan kebenaran, dia menyentuh sisi mulutnya.
Ya ampun, mengapa sudut bibirnya menolak untuk turun? Mengapa dia kesulitan mengontrol ekspresinya? Diantara sekian banyak waktu yang ada, mengapa harus sekarang? Tidak mungkin dia benar-benar merasakan sesuatu. Eno kecil yang penuh warna telah lama mati karena Airene, dia akan mengubur Leyhmia bersama mereka.
Jujur saja, "Jika kamu mendengarnya ... kamu pasti akan memarahiku karena mengatakan klise. Juga tersenyum jelek seperti ini." Bagian terakhir tidak dimaksudkan untuk keluar seperti ... seperti ... itu. Dia ragu ada kalimat yang tepat untuk menggambarkan perasaannya. Mentah, dan tidak dapat disaring, dia bahkan menjatuhkan formalitas sesaat.
Rasanya seperti ada yang baru saja retak, meleleh, sebuah celah kecil diantara dinding. Apakah ini yang Anda maksud dari kebebasan? Membuang, menghancurkan semua yang Anda bangun dengan setiap tetes rasa inferior Anda?
Menutup mata, dia merenungkan pilihan Leyhmia. Sangat penuh kesia-siaan, layaknya nilai moral dalam cerita yang tidak bermakna apapun. Akhir kisah yang membuat seluruh perjalanan tokoh utama tampak tidak berarti. Namun siapa dia menghina permohonan orang mati.
Butiran hujan melewati matanya, dia kembali menatap sosok yang terbaring sunyi. "Hei, aku sekarang mengerti maksud dari kebebasan." Perlahan dia menarik lengan Leyhmia yang terlipat rapi, dingin sama seperti miliknya.
Menyapu apa yang tersisa dari rintikan air hujan yang membasahi, lalu dia menempelkan kening di punggung tangan ibu angkatnya, "aku akan melakukan hal-hal yang sebelumnya kamu larang. Seperti memanggilmu ibu, berbicara informal, kembali bermain-main di kasino, merokok, minum alkohol, melupakan semua pelajaran musik, berhenti kuliah, apapun hal-hal kontraproduktif yang kamu benci."
Mungkin dia merasa lega sekarang, mungkin ini penerimaan yang dia cari. Mungkin. Mungkin. Mungkin saja. Sebab sudah lama sekali dia tidak bertanya ke orang lain tentang apa yang dia rasakan, mencoba mendefinisikan perasaan yang menimbun dari berbagai pecahan identitas tidak bernama.
Mereka tidak pernah bernama, tetapi salah satunya, yang hidup di masa kini, telah merasa puas becengkrama bersama Leyhmia. Oleh karena itu dia yakin dan percaya diri mengeluarkan cutter yang sering orang normal gunakan untuk membuka kardus.
Sedikit menyesal karena hanya ini yang ada di kantongnya.
Membalik-balik benda tajam itu diantara genggamannya, dia bergumam. "Kamu tahu ibu, tanpamu yang membuat telingaku berdarah, sekarang aku merasa sangat bosan. Aku tidak lagi memiliki sesuatu yang lebih baik dilakukan. Jadi, kamu pasti tidak keberatan jika aku mengirimkan beberapa kepala ke akhirat untuk menemanimu, kan?"
Enotera Lindhe hari ini telah mati lantaran menerima kebebasan Leyhmia, namun yang tersisa darinya akan membawa beberapa hadiah buat ibunya tersayang. Ini bukan dendam, mengapa mesti dendam? Identitas yang mendiami tubuh ini hanya sekedar haus darah dan menjadikan keinginan kecil Enotera Lindhe sebagai pembenarannya.
"Ibu, aku akan memakanmu." Orang bodoh yang meminta izin pada orang mati, siapa yang akan percaya? Yah, persetan.
Dia memposisikan lengan Leyhmia sedemikian rupa agar memudahkan menggores kulitnya. Barangkali jika dia ingat, dia akan mengirimkan kompensasi kepada orang yang melakukan make-up mayat Leyhmia, tetapi dia berjanji tidak menimbulkan kerusakan signifikan pada visualnya.
Seperti memotong dirinya sendiri. Tidak dalam namun cukup meninggalkan rasa sakit. Dia sudah lama menjadi orang berada di samping Leyhmia, menyaksikan keajaiban dokter yang membedah dan menjahit luka hingga tanpa bekas.
Kesempurnaan, sekali lagi, ini pilihan. Menjadi cacat atau sempurna sekarang adalah kebebasan, karena dia bisa memilih, maka perkara-perkara yang dibenci Leyhmia sebagai permulaan.
Menekan lebih dalam pada daging Leyhmia, dia berkedip menyingkirkan air hujan di pelupuk matanya. "Ibu, kamu akan hidup bersamaku. Hingga saat aku mulai bosan dengan hidupku, aku akan menemuimu nanti."
Dada Enoa semakin sesak setiap kali dia menggerakkan cutter ditangannya, tetapi dia tersenyum, dia bahagia seperti pertama kali bertemu Airene. Bahagia seperti Leyhmia yang bersedia mendengarkan aransemen musiknya.
- From now on, his "I'll do things you hate" is equivalent to "I love you. So much."
● ●
[ 3 ? ? ? Record01 ]
Ruang bercahayakan lampu redup yang berkedip tidak menentu, sama tidak menentunya dengan bandingan suasana hati laki-laki muda yang bermandikan darah. Sebentar- bermandikan darah agak berlebihan, dia hanya terciprat terlalu banyak darah.
Juga bisakah kamu menyalahkannya yang menikam pisau kepada pria yang duduk lemas di kursi berdasarkan kecepatan beat lagu yang sedang diputar. Enoa hidup, denyut jantungnya berkata begitu.
Mengapa mesti khawatir melakukan kesalahan? Enoa adalah seseorang yang kompeten, dia seorang pro, dia masih belum menusuk arteri besar sehingga pendarahan memungkinkan pria paruh baya ini hidup sedikit lebih lama demi introgasi.
"Ayolah. Mari jangan tertidur dulu, perjalanan kita masih jauh. Dengar, playlist musikku belum selesai. Kamu setidaknya harus menikmati lagunya." Satu lagi goresan melintang di dada pria yang sedang terkekang pada kursi. Tetesan bulir darah mulai menunjukkan eksistensinya.
Sebagai jaminan mempertahankan musik yang sedang diputar, Enoa mesti menyumpal mulutnya dengan sobekan kain baju mewah di lantai. Dia sudah mendengar sekali teriakan pria ini, mirip seperti kuda meringkik. Tidak cocok dengan suasana hatinya.
Juga, buat apa baju mewah yang digunakan agar memamerkan kekayaan di pesta perayaan tahun baru para konglomerat kota cuma agar bertahan di ruangan lembab? Bukankah tidak pada tempatnya?
Bos besar atau individu yang mempekerjakan Enoa tidak peduli mau seperti apa cara mengekstrak informasi selama kebenarannya bisa dipercaya, dengan begitu bisnis akan terus berjalan. Enoa cukup kreatif di bidang ini untungnya.
Mengangguk paham ocehan tenggorokan, Enoa kembali bertanya topik utama mereka. "Lalu? Bagaimana dengan cash slush yang disembunyikan putra politisi Gerald, Ericsson. Kita perlu tahu para pengkhianatnya, benar?" Berjongkok dan bertumpu pada lututnya, Enoa dengan malas menarik perlahan daging yang teriris.
Pemilik tubuh yang berdarah tampaknya hanya berputar-putar menghasilkan bunyi, sama sekali tidak bisa dibilang responsif, sesekali berkedut membuatnya terlihat mendengarkan.
Walaupun begitu tidak ada percobaan berteriak atau usaha memberikan tanggapan yang masuk akal. "Kamu tertidur. Kalau begitu kamu tidak memberiku pilihan lain." Desah lelah Enoa.
Teriakan tertahan akhirnya menemani musik yang berganti, tambahan bonus desiran robekan kertas. Atau kain? Enoa baru saja menarik epidermis pria setengah telanjang ini demi mengembalikan kesadarannya.
Sarung tangan Enoa dilumuti benang warna merah yang telah terputus, lembab dan sesekali diantaranya ada warna putih yang berarti dia dekat dengan jaringan otot.
Senang suara yang terendam dari sumpalan di mulut menjadi lebih bersemangat. Enoa lega tidak perlu menyiram air pada kulit yang teriris(?), sulit mendapatkan informasi jika seseorang terlalu mati rasa terhadap rasa sakit.
Bersiap pada apa yang akan keluar, Enoa mundur selangkah, melepaskan gumpalan kain di mulut yang diintrogasi. Benar saja, muntahan, saliva, dan darah merembes jatuh ke pangkuan. Enoa mengetahuinya, dia tidak ingin terkena cipratan apapun.
Kembali ke pertanyaan yang sebelumnya jatuh dalam kesadaran yang buram, Enoa mengucap sambil bersandar pada satu kaki, "jadi?"
"A-aku tidak tahu, Ericsson hanya menyewakan bodyguard, dan-" Serak di kata-kata lumayan mengganggu, dan jawaban yang sama.
Tidak bisa dibiarkan, waktuku terbuang sia-sia, pikirnya setengah serius. Berputar ke meja di sebelahnya, Enoa memungut obeng berkarat.
Introgator lain sekaliber Enoa seharusnya sudah menusukkan itu jauh kedalam tubuh tahanan, tidak berbelas kasih seperti menekan dinginnya besi obeng ke dahi. Memancing lebih banyak akal sehat, dan membiarkan pria ini membayangkan berbagai skenario yang akan Enoa lakukan dengan obeng di tangannya.
Mencicit takut, "H-hiii-! aku tidak tahu apapun!" Yah, Enoa merasa cukup. Dia meletakkan kembali obeng dan beralih ke pistol. Tanpa secuil keraguan, dia membiarkan lebih banyak darah menodai celemek dan wajahnya.
Sekarang dia menyesal menembak kepala orang itu dibandingkan pergi dan membiarkan siapapun yang akan menggunakan ruangan kumuh ini, membersihkan mayat yang mati karena kehabisan darah.
Yang terjadi maka terjadilah. Enoa Mematikan radio dan perekam suara, membawa barang-barangnya keluar dari ruangan, mempersilahkan orang yang selanjutnya menggunakan ruangan yang akan membersihkan kekacauan Enoa.
Mood nya yang buruk sebab terlalu banyak kotoran menempel, semakin menjadi-jadi karena binatang bodoh dan tidak kompeten salah membawa orang untuk diintrogasi. Dengan santainya itu bersandar di dinding, menyapa seperti mereka akrab.
"Yo! Tumben cepat, biasanya kamu yang paling lama diantara kita." Laki-laki berjenggot kotor melambaikan tangannya.
Tidak meliriknya sedikit pun, Enoa berjalan lurus. Toh, pria menjijikan itu akan membututinya. "Salah target, babi itu tidak lebih warga sipil. Cek sendiri rekaman suaranya."
Menggeliat seakan tahu lebih banyak, pria dibelakangnya tersedu palsu, "tidak mungkin! Rumornya bilang dia punya simpanan setara nilai sebuah pulau!"
Memangnya kamu tahu harta yang dimaksud setara pulau?! Yang dicari adalah orang yang bekerja sama dengan Ericsson dan dimana mereka menyimpan cash slush itu ... ah, melelahkan sekali.
- Enoa benci semua koleganya di pekerjaan ini.
[ 3 ? ? ? Record02 ]
Dunia ini terlalu lama ... dan waktu berjalan menjauh. Seorang pria muda yang bertahan, berusaha mati sesuai rentang waktu alaminya, terdiam saat melihat pisau di tangannya. Harus aku apakan pisau ini?
Membelah? Menusuk? Mencabik? Enoa sudah melakukan semua itu, membunuh laki-laki mabuk yang memakinya di gang sempit berbau hewan busuk.
Bau besi, amis, dan samar-samar makanan basi, empedu mentah yang dia bongkar, lemak perut menempel pada lantai kotor, berbagai kilatan lendir organ dari lampu remang di sudut dinding. Membosankan.
Tidak ada kesenangan, selain jantungnya yang berdetak ditemani selimut menusuk, mengulitinya saat mencoba bernafas. Dadanya sesak, tetapi dia bersyukur rasa sakit ini membawa sensasi kehidupan sebelum dia pergi ke tujuan akhir.
Melihat pekerja kantoran, korbannya malam terakhirnya yang sekarat menambah kekuatan cengkraman di jantung Enoa.
Enoa memukul tulang dada yang telanjang dari daging, beberapa kali hingga pecahan tulang di buku-buku jaringan jemari, menoreh sarung tangannya. Terasa perih, angin malam memperdalam lukanya, namun orang mati tidak akan membutuhkan tangannya.
Membersihkan rongga kalsium yang hancur, jantung pria itu masih berdetak, berdetak lemah, berusaha menemukan kehidupan di antara tubuh yang rusak. Menyedihkan, mengais-ngais sesuatu yang akan hilang.
Dan Enoa sedikit menyesal mencabut lidah pria ini karena dia sekarang sangat ingin ditemani oleh suara apapun selain gemericik lengket.
Menghempaskan zat basah di pergelangannya, Enoa memotong ujung bawah jantung pria itu, darah hangat menembus sarung tangan. Menyusahkan sekali, sekarang kulit telapak tangannya akan berkerut. Ah, lupakan, hal-hal menyulitkan akan hilang setelah aku pergi dari dunia ini.
Selesai mengamati potongan sederhana itu, Enoa menggigit sudut tajam bagian lapisan jantung, merenung mungkin dia bodoh, bodoh karena tidak berpikir panjang dan tidak menelan bulat-bulat sehingga dagunya tidak terelakkan menjadi bernoda darah.
Siapa dia yang memainkan organ manusia seperti bacon keras yang sulit dikunyah? Enotera Lindhe? Lebih seperti bajingan gila yang sudah kehilangan tujuan hidupnya.
Walaupun tidak ada yang melihat dia mengotori wajahnya, tetapi saja tidak nyaman ketika darah kering menempel di tempat semua orang bisa lihat. Benar, mengapa dia peduli tentang bagaimana orang-orang akan melihatnya? Mengapa dia harus memegang sisa-sisa kemanusiaan saat Leyhmia dan tujuannya telah hilang?
Pertanyaan tanpa jawaban. Mengambang layaknya langit malam yang berawan. Dia tidak terikat pada alam, atau makhluk hidup manapun, namun jika ada yang menyelinap dibelakangnya, menyerang tanpa keraguan, kali ini, Enoa tidak akan melawan. Mungkin apabila sempat, dia akan membawa manusia lain ke alam baka.
Langkah kaki. Ada langkah kaku yang mendekat.
Aneh. Terlalu kentara, alas kaki yang tidak dibuat agar menyembunyikan kehadiran orang asing yang melangkah di lingkungan lembab gang. Mengapa ada yang dengan bodoh mendekati tampilan sosok mencurigakan dalam gulita selain bulan?
Apakah ada orang mabuk lainnya yang menyapa? Mengapa tidak membawa satu tubuh lagi untuk Leyhmia? Bukankah menyenangkan semisal mencoba mati bersama-sama? Saat ini dia tidak lagi peduli jika itu orang asing.
Menunggu langkah kaki itu mendekat, Enoa menyembunyikan pisau kecilnya di lengan baju. Mengunyah santai, mengecap rasa tajam di lidah. Menanti dan berjongkok tenang, genangan darah sudah hampir mengenai sepatunya, namun tidak ada lagi suara yang mendekat, apakah penyelinap ini bermain-main?
Ujung pisau telah sampai di telunjuknya, perlahan, tidak terlihat, Enoa berbalik cepat, melayangkan benda tajam ke leher- "sudah selesai makannya?"
Apa ...? Selesai makan? Lengan Enoa yang tersembunyi berhenti di udara, tersentak halus di sisi tubuhnya. Mengejap sekali, dua kali, dia benar-benar melupakan rasa jenuh darah di mulutnya bersama rasa mual di jantungnya.
Terkejut? Ya, walaupun bukan karena tertangkap basah, namun apa yang ditawarkan seorang perempuan yang begitu nekat mendekati pria mencurigakan di gang gelap, perempuan yang mengulurkan botol minuman yang Enoa kenali sebagai teh oolong. Aneh. Pfft.
Astaga, harus ku apakan keberanian sesaat itu? Mendengus mencemooh dalam hati.
Menarik mundur senjata berbilah tajamnya, Enoa melempar serat manusia dimulutnya ke sisi entitas yang sekarang menjadi mayat. Lalu mengelap noda di bawah bibirnya.
Membentuk ekspresi bersyukur, senyum sederhana yang sempurna, Enoa berdiri dan menyambut botol minuman pemberian perempuan berambut hitam tersebut. "Terimakasih, dan ya, aku sudah selesai disini. Bagaimana denganmu? Ingin melewati gang?" Balasnya sopan, memiring kepala sedikit untuk mengamati ekspresi yang dihasilkan lawan bicaranya.
Ada apa, tidak menjawab? Apakah kewarasan perempuan ini telah kembali? Haruskah Enoa pergi saja? Perempuan yang linglung tidak menyenangkan untuk dibedah. Bau alkohol samar tercium di udara, bercampur dengan tangy darah tubuh di tanah.
Mungkin lebih baik jika Enoa meletakkan botol ini di samping mayat dan besok pagi sidik jari tersangka akan mengarahkannya pada identitas tamunya saat ini. Sungguh, perutnya yang melilit perih membuatnya bersemangat. Ya, Enoa bersemangat.
Menyuarakan balasannya kepada Enoa, menjemukkan dan tidak bersemangat, "Berjalan-jalan. Aku hanya berjalan kembali setelah membeli makanan buat besok. Apakah itu makananmu?" Pandangan perempuan itu beralih ke belakang Enoa. Tubuh yang mulai dikerubungi lalat.
Jelas sekali entitas yang mengganggu perjalanannya ke kematian tidak lebih warga sipil biasa yang tersesat dalam urusan Enoa. Yah, dia sudah selesai mengingat wajah bosan perempuan berambut hitam yang menyapanya di dalam kegelapan malam.
"Tidak juga, orang ini punya terlalu banyak masalah kesehatan, yang bisa kulakukan hanya mencicipi jantungnya." Mengedikkan bahu menutupi rasa penasarannya kepada perempuan di sebelahnya yang mendekat mencari gambar lebih jelas pada mainan kecil Enoa.
Setelah perut, rasanya saluran tenggorokan menyempit, tertahankan namun memikirkan lebih matang tentang mencari identitas orang yang menemaninya saat ini.
Jujur saja agak menggelitik intuisinya, jadi Enoa memutuskan menunda beberapa minggu menjumpai Leyhmia. Suasana hatinya juga berubah drastis saat ponsel bergetar di saku.
Mengabaikan getaran mendesak ponsel, "jangan terlalu dekat jika kamu tidak ingin sepatumu kotor." Eno menunjuk genangan darah yang melebar hingga sepatunya sendiri sudah tergenang. Perempuan itu menyadarinya dan mengambil satu langkah mundur.
"Kamu ... tidak minum?" Oh, rupanya Nona muda ini sadar.
Melampirkan senyum meyakinkan, Enoa membalas, "Aku akan meminumnya nanti, setelah pencernaanku selesai memproses sebentar." Pencernaan katanya, sesuatu yang selalu bergejolak setelah Enoa memakan barang-barangnya.
Memandang penuh skeptisme, dia mengalihkan ke topik lain. "Akan kamu apakan tubuh ini?" Tatapan perempuan tanpa nama mengikuti kaki Enoa yang mengelap sol sepatunya ke wajah mayat yang telah kaku.
"Tidak ada. Polisi akan membersihkannya, lagipula apalagi fungsi mereka selain makan uang dan bersih-bersih, benar?" Tertawa kecil atas pertanyaannya, Enoa mengganti kaki untuk di bersihkan.
Perempuan ini mabuk. Siapa yang tidak tahu betapa tidak bergunanya pekerjaan bernama polisi, selain menghasilkan uang kotor dan membuncitkan perut mereka. Enoa sudah merasa cukup menghancurkan mereka yang berusaha atas nama keadilan saat uang adalah satu-satunya alasan para polisi masih hidup.
Menyuap, disuap, berkonspirasi, berkomplot, permainan politik dan boneka hukum yang bergerak ke arah kemana uang diputar. Jika tugas apapun yang menunggu di ponselnya selesai, dan tidak lupa, Enoa akan bermain lagi dengan satu atau dua.
Kesunyian, mungkin tamu Enoa bukan tipe yang bicara, namun tumbuh di bawah bimbingan Leyhmia mengajarkan cara keluar situasi canggung.
"Hei, terima kasih lagi buat tehnya. Aku akan membalas budi semisal kita bertemu lagi." Melangkahi mayat yang mengundang para gagak, dan menapak di tanah yang kering. Dan berjalan lurus menjauhi mulut gang.
Dia akan membersihkan diri dan mengurus organ dalamnya yang merengek ditusuk bara api. Keringat menetes dari leher Enoa, reaksi biologis saat tubuh merasa suhu terlalu panas atau sekedar memperingati masalah kesehatan.
Enoa melambai pelan, memberikan senyum andalannya, "sampai jumpa lagi, Nona berambut hitam yang menawan." Berbalik tanpa menunggu balasan, Enoa merogoh sakunya, tidak lagi memperdulikan nasib sosok yang mungkin masih merenung.
Lagipula dia telah lolos dari kematian di tangan Enoa, mengapa mesti menjadi berbahaya berjalan pulang seorang diri saat badai yang memilih mengasihani.
- Enoa tadinya akan membakar dirinya sendiri bersama kantor kartel di ujung gang, tetapi mengurungkan diri karena kemunculan sosok perempuan berambut hitam. Dan saat sampai di apartemen, dia menyerah pada dirinya dan muntah di lantai. Teman sekamarnya mengomeli sikap nekatnya dan mengingatkan tugas dari bos.
[ 3 ? ? ? Record03 ]
"Bro, tolong bantu temenin aku mencari yang baru pleasee." Suara diujung sambungan merengek seakan dia akan menangis jika Enoa menolak permintaannya. Yang dimana Enoa tidak peduli. "Aku akan memberikan prioritas pada pesananmu, oke?"
Gerakan murahan ini lagi, mau cepat atau lambat, kulit penyamarannya akan jadi sesuai waktu pesanan yang telah mereka diskusikan. Juga Enoa tidak benar-benar membutuhkan identitas baru.
"Tidak. Aku sudah membantumu bulan lalu. Salahmu sendiri karena menjadi kotor dan bau." Enoa menolak tanpa pikir dua kali dan sengaja menekankan kata kotor dan bau, mengapa dia harus menahan diri saat kebenarannya tidak terelakkan.
Tanpa sepengetahuan laki-laki yang memaksakan panggilan bro, Enoa memutar matanya jengah.
"Apa maksudmu aku kotor dan bau, bro?! Aku mengenakan setelan 500 dolar dan parfum yang sama denganmu!" Seketika suara grasah-grusuh mengiang di ujung panggilan, seakan mic rusak yang membuat siapapun mengenyit sakit.
Syukurlah Enoa tidak memakai earbud semacamnya, dia dengan mudah menjauhkan ponselnya dari telinga dan orang di sisi lain sambungan kembali dengan nada tertuduh. "Bagaimana bisa aku kekurangan wanita jika itu hanya kamu yang menjadi magnet! Please lahh, kamu juga harus menemukan satu untukku."
Semisal saja Enoa tidak di depan umum, berjalan-jalan tanpa kepala mencolok miliknya, dan menggunakan mobil, Enoa sudah mengutuk laki-laki muda di teleponnya.
Pergi saja ke rumah bordil, bodoh. Namun Enoa tidak mungkin mengatakan itu saat puluhan mata memandangnya saat dia berjalan di trotoar.
Alhasil dia memilih sinonim yang lebih jinak. "Pergi saja ke tempat biasa, kamu bisa mendapatkan sesuatu." Tiada nada kecuali menggumam bosan. Sebosan berjemur di cuaca cerah.
Hari ini agak terik, namun jalan masih seramai biasanya. Perasaan trotoar ini tidak memiliki ujung, juga mengapa orang tidak mengurus urusan mereka sendiri dibandingkan mengirimkan tusukan tajam tatapan di belakang leher Enoa.
"Nah, mereka akan mencarimu jika aku datang sendiri, juga aku butuh bukan untuk diriku haha. Kamu tahu, si kolektor ingin yang baru. Makanya aku meminta tolong, ayolah bro, kumohon, pleaseee-"
Tidak terganggu secara eksternal, Enoa sungguh berharap dia bisa membuang ponselnya, menghancurkan atau sesegera mungkin memutuskan sambungan panggilan, tetapi dia tidak mungkin membuat gerakan mencolok tiba-tiba.
Kemudian penyebutan barusan tentang si kolektor yang bergerak bukan tanda baik, terutama Enoa tidak bisa membiarkan pembuat topeng realistis terbaik di kota mati sebelum urusannya dengan Enoa selesai.
"Hei, ceritakan lebih banyak soal-" Kata-kata Enoa terpotong saat melihat sosok familiar di dekat persimpangan jalan. Jika bukan perempuan pemberani yang nekat mencoba menyapanya di gang gelap dua minggu lalu.
Betapa beruntungnya Enoa, pemalas a.k.a teman sekamarnya, hingga sekarang masih sibuk dengan urusan yang tidak produktif, diluar beban kerja hingga masih gagal menemukan identitas Nona menawan yang sudah Enoa gambarkan sketsa wajahnya.
Seberapa susah menjadi satu wajah wanita dibawah umur 30-an dan berambut hitam? Kota ini tidak seluas dunia, tidak mungkin butuh berbulan-bulan apabila Enoa yang mencarinya sendiri. Dia ingin mengerjakan tugas trivial ini sendiri, tetapi piringnya terlalu penuh dengan tuntutan Bos besar.
Ditambah belum ada laporan tersangka dengan ciri-ciri penampilannya, Enoa hingga barusan penasaran dengan berita terbaru perempuan asing ini.
"Bro? Kamu masih disana?" Suara di panggilan ponsel untuk sesaat, memutus kekaguman Enoa terhadap keberuntungannya, dia sadar dia telah berhenti berjalan maupun berbicara.
"Ya, aku masih disini. Tentang orang itu, aku akan melihat apa yang bisa kulakukan, tapi tidak ada janji. Nanti lagi kita membicarakannya. Aku akan menutup." Tidak menunggu tanggapan lebih lanjut, Enoa menekan tombol merah dan memastikan dia sudah mematikan ponselnya.
Seharusnya tidak ada yang salah dengan penampilannya sekarang, sempurna tanpa ada celah hinaan. Tidak ada penyamaran, semestinya perempuan itu akan mengenali Enoa walau dalam gelap rembulan.
-
"Halo. Saya hanya ingin menyapa lagi. Saya perhatikan Anda tampak sedikit lelah saat terakhir kali kita bertemu... Apakah Anda merasa lebih baik hari ini?"
-
Yah, mungkin dia tidak seberuntung itu, karena Enoa tidak mendapatkan apapun, selain beberapa kesimpulan tentang perempuan tersebut. Beberapa kemungkinannya yaitu, satu mencoba berakting tidak tahu, atau dua, memang sekedar lupa.
Reaksi alkohol dan mabuk setiap individu bisa jadi berbeda, tetapi seberapa mabuk seseorang hingga mengakibatkan amnesia?
Juga bukankah kepribadian perempuan itu agak berkontradiksi dibandingkan pertemuan pertama mereka? Di siang benderang, disaat Enoa menjadi orang pada umumnya, kewaspadaannya meningkat? Bukankah seharusnya itu berkebalikan?
Nah, terserahlah. sekalipun dia menjadi buronan dengan wajah ini, bukan berarti hidupnya berakhir.
Melupakan sejenak gadis tidak biasa tadi, Enoa akan fokus pada apa yang ada ditangannya sekarang. 'Aku sudah dekat. Siapkan orang-orangmu.' Dia mengetik dengan satu tangan, jempolnya bergeser ke icon kirim pesan.
Mengapa satu tangan? Itu, ada seorang wanita sedang menempel di sisinya. Parfumnya sangat menyengat hingga menusuk lidah Enoa. Menjijikan, bahkan ironisnya dia melepas cincin pernikahannya.
Enoa sadar matanya memiliki melanin yang lebih sedikit daripada kebanyakan orang, tetapi bukan berarti dia buta. Lihat saja perbedaan kulit yang telah lama terpapar matahari dan yang mana terlindungi untuk waktu yang lama. Siapapun dengan penglihatan normal akan berpikiran sama.
Juga mengapa wanita ini mesti terus menerus menjuntai di lengannya? Bukankah mereka hanya makan dessert? Seingat Enoa tidak ada yang berbahan anggur yang memabukkan semacamnya.
Bertahan. Jalannya tidak sepanjang di siang hari dimana berbagai mata melihatnya. Sentuhan cabul yang diterimanya bukan yang pertama kali, tetapi Enoa masih bingung mengapa seseorang tidak bosan menampilkan hal yang sama berulang kali.
Enoa tidak merasakan apapun selain beban saat berjalan bertambah ketika tangannya disandera, dan diapit dalam gumpalan lemak selama 20 menit? Wanita berkepala pirang ini telah pusing oleh perhatian artifisial Enoa.
Menaikkan satu oktaf lebih tinggi, "sayang, kapan kita sampai ke rumahmu?" Wanita yang berpura-pura pusing, berusaha bertingkah manja.
"Sebentar lagi, di belokan depan dan kita akan sampai." Enoa mengangguk penuh perhatian, tangan lainnya menyelipkan rambut pirang wanita tersebut ke belakang telinga.
Sudah terduga suasana hati meningkat drastis yang penuh euforia. Tetapi Enoa segera berhenti dalam pentas murahan ini ketika mereka berbelok di persimpangan sempit.
Pemandangan yang berbeda menyambutnya, latar belakang berbunga-bunga telah jatuh ke kubangan lumpur. Sekitar lima hingga tujuh pria berjas hitam, berwajah sangar penuh luka menghadang jalan.
"Sayang, siapa mereka?" Enoa sudah cukup lama memperhatikan raut mukanya, tanpa usaha, melihat pantulan dirinya dari mata wanita yang membelalak takut.
"Pengawal kita." Dengan begitu senyuman Enoa menghilang, menghilang seperti tidak pernah ada. Tidak ada lagi cahaya kehidupan dimatanya, hah, konyol sekali, sejak awal hal seperti itu tidak pernah ada.
Wanita yang dimabuk fantasinya berubah menjadi kesadaran penuh, teriakannya terendam saat salah satu pengawal mengikat kain di sekitar mulutnya dan karung di kepalanya.
Terlihat kejam dan tidak manusiawi? Oh tolong, seberapa naifnya kamu mengira Enoa tidak melakukan hal semacam ini.
Bahkan di ingatan Eno kecil yang buram, dia sudah melihat banyak dari kejahatan keji layaknya menculik dan menjual wanita tidak bersalah ke paman-paman biadab. Fakta menarik yang Enoa simpulkan setelah menonton banyak perlawanan sia-sia, tidak ada yang melepaskan diri dari apa yang akan menjadi milik kolektor.
"Brooooo, makasih banyak, kamu menyelamatkanku lagi." Pekik suara di smartphone yang dipegang seorang pengawal. Di waktu yang sama Enoa menerima rokok yang sudah disulut.
"Ya. Kebetulan." Enoa menghela asap rokok pelan, tidak ada yang menarik lagi. Dia lanjut merapikan rambutnya dan mengganti jaket menjadi jas biru yang sudah disediakan.
"Tidak mungkin bro, itu sudah adalah keberuntungan pasti-mu, aku selalu bisa mengandalkanmu karena itu." Berbicara tentang keberuntungan, hari ini Enoa tidak merasa seberuntung yang dibicarakan laki-laki di ujung panggilan, karena Enoa gagal memberikan kartu namanya kepada gadis yang menarik atensinya.
Belum selesai mengoceh, Enoa melihat para pengawal mulai berbaris di depannya, memperlihatkan koper hitam mewah. "Omong-omong, tolong terimalah hadiah kecilku, tentu saja ini tidak termasuk kesepakatan kita, tetapi hitung-hitung bantuanmu, bro."
Mengamati isi koper yang biasa berisi uang suap berdasarkan film-film aksi, klise sekali. Isinya akan membuat kecewa siapapun kecuali Enoa, "betapa tidak pentingnya, kamu pasti bercanda." Apalagi kalau bukan wig rambut hitam panjang yang Enoa terima tanpa banyak komentar.
"Jadi seberapa suka kamu bro dengan hadiahku?"
"Nol." Enoa mengabaikan seruan panik yang berasal dari ponsel pintar, berusaha bernegosiasi menawarkan sesuatu yang lebih beharga.
Yah, reaksi panik itu sesuatu yang diharapkan. Bagaimanapun juga Enoa sengaja menjawabnya begitu. Tetapi dia tetap akan menggunakannya, dia akan menyimpan pendapatnya tentang kualitas yang cukup bagus dan halus buat kuncir kuda. "Tidak, aku tidak butuh yang lain."
[ Unknown ]
Tunggu. Jangan mati. Jangan. Berhenti! Jika kamu mati maka harus diapakan perasaan yang kamu tinggalkan...
Perasaan dimana dadanya serasa remuk, sesak, tidak ada tempat bernafas. Harus melakukan apa? Enoa tidak akan hidup dengan perasaan yang melelahkan yang mengikis kewarasannya.
Tidak apa-apa. Pendarahan perut masih bisa diatasi. Dia pernah melihat pasien yang lebih buruk dan masih ada esok hari bagi orang yang sekarat selama di tangan yang tepat.
Benar, tidak apa-apa, dia belum mati. Namun membayangkan dirinya yang berada di posisi sosok di dalam dekapannya, Enoa berpikir, jika itu dirinya, dia tidak akan merasakan garukan mental seperti ini. Menerima dengan tangan terbuka kematian menjemputnya.
Lalu mengapa? Hipotesis yang telah mengemukakan memang ada yang salah dengan dirinya semisal manusia ini, kamu terlibat. Berbagai sensasi tidak bisa dijelaskan, tanpa label, kemustahilan yang melekat, dan menolak hilang.
Bersemi tanpa empati selain validasi singkat, bahkan tidak bermakna. Apakah benar? Apakah salah? Mengapa mesti benar? Dan mengapa harus salah? Haruskah dia percaya, emosinya yang tertekuk didasari seperti kata-kata cemooh hari itu? Motivasi yang menggerakkannya diluar nalar dan rasionalitas.
"Kamu akan hidup. Tidak seperti aku, kamu membutuhkan nafas guna esok." Enoa memapahnya menuju tempat yang lebih aman untuk beristirahat. Sekali lagi, jantungnya berdetak liar saat merasakan kehangatan darah yang bukan miliknya.
"Kenapa kamu membantuku?" Bingung, tentu saja siapapun yang mengenal Enoa cukup lama bingung atas niatnya. Tidak ada yang akan percaya jika itu di dorong oleh keterikatan emosional.
Kehilangan kendali atas ekspresi wajahnya, sudut bibir Enoa terangkat dengan sendirinya. Otot wajahnya memiliki pikiran sendiri, Enoa tidak tahu seperti apa caranya dia memandang seseorang yang berada dalam sentuhannya. "Aku sudah memikirkan tentang mesti seperti apa memanggil emosi ini. Kemudian aku merenung, dan sampai pada kesimpulan, sesuai dengan saranmu di masa lalu, aku setuju, jika aku menyukaimu."
Yah, mengungkapkannya tidak membawa perasaan ringan yang sering dia dengar, malahan semakin membuncah tanpa ampun.
● ●
Trivia:
○ Suka pir karena rasanya yang renyah (mirip mata).
○ Tidak benar-benar memiliki preferensi musik, tetapi ibu angkatnya suka musik klasik dan jazz, sedangkan teman sekamarnya suka musik beat. Tetapi dia lebih sering memutar newjazz dan pluggnb.
○ Lagu terakhir yang dia dengar, chess dari prod.joyful.
○ Pekerjaan utamanya yaitu menjadi karyawan toko daging, tetapi dia memiliki kontrak kerja di satuan informan (Introgator lol) dunia bawah. Atau menjadi dokter ilegal.
○ Enoa lebih sering menggunakan make up (menghangatkan tone kulitnya, fyi dia sangat pucat, dan menutupi dua titik di bawah matanya), wig (bervariasi) dan kacamata (jika mood). Untuk mode bisnis dan kerja.
○ Saat pergi ke cafe kesukaannya atau urusan sehari-hari diluar kerja, dia mesti pakai tampilan alaminya. Selain menyusahkan juga bodoh karena membuat dua identitas untuk tempat yang sama.
○ Enoa memiliki banyak kartu kontak, tergantung identitas yang digunakan. Namun semua kartu itu tidak lebih pemancar lokasi.
○ Sebenarnya bipolar dan sering mood swing, cuma terkendali.
○ Dia benci wajahnya disentuh kecuali oleh Leyhmia. Ini seperti privilege. Sangat tidak suka, terutama di tahi lalatnya.
○ Suka sentuhan kasih sayang tetapi tidak ada yang dia inginkan menjadi pemberi selain Leyhmia, dan Airene (dan kakeknya, juga mantan bestie)
○ Tipe yang mampu mempertahankan, memperbaiki penampilan luar tetapi gagal menjaga mental yang stabil. He's dying inside.
○ Hypogeusia akut, jangan tanya rasa masakan atau makanan darinya, itu tidak berguna karena yang bisa dia rasakan di mulutnya hanya tekstur dan hambar (kecuali sesuatu yang punya rasa yang kuat).
○ Dia koki yang baik selama mengikuti buku resep tetapi koki yang buruk jika kamu meminta dia memasak dengan feeling. Seleranya telah lama penuh tanda tanya.
○ "Masakannya terlalu kuat." Itu ketika kamu memakan apa yang dia pikir rasa orang normal.
○ Punya PTSD tapi ga mau mengakui itu PTSD. Histeria melihat orang mati (yang ini sudah agak terbiasa), berada dalam keadaan sekarat, mimpi buruk, mual dan muntah, (siapapun secara umum, termasuk dirinya) yang disalah artikan sebagai "perasaan merasa hidup".
○ Termasuk menjaga penampilan, berbicara terlalu formal (sedang dalam proses dihilangkan), basa-basi, polesan gaya bicara, serta banyak kebiasaan yang tersisa dari kehidupan bersama Leyhmia.
○ Akan bertanya balik jika ditanya. Atau lebih suka menyuarakan dirinya dalam konteks pertanyaan tidak pasti.
○ Tidak mengerti dan tidak mempercayai ada kebaikan yang tulus, sebab, tidak ada yang tahu isi pikiran manusia. Eno menghantam rata semua itu dan berpikir, pasti ada niat dibalik semua tindakan bahkan jika itu termasuk kesia-siaan.
○ Chaotic-Evil alignment. Pure Evil. Then there's this bitch. Dia membunuh karena penasaran atau bosan. Walaupun berdasarkan situasi kondisi, kamu akan menemukan jawaban yang tidak konsisten.
○ Tergantung persona mana yang dia gunakan, dia akan menyakiti, bereksperimen dengan hewan atau memungutnya dan dijadikan peliharaan. (Eno dan teman sekamarnya punya 1 kucing. Tetapi Leyhmia selalu membuang hewan peliharaan apapun (bahkan batu) kecuali ikan sebagai hiasan)
○ Dia tetap akan membunuh seorang pria walaupun mengetahui korbannya adalah seorang orang tua tunggal atau seorang punggung keluarga. A literal menace.
○ Peter sebenarnya tidak akan ditindas jika bukan karena Enotera yang kesal, sebab Peter pernah menumpahkan minumannya di seragam olahraga Enotera. Sebagai balasannya, Enotera menghasut yang lain untuk mengucilkan Peter.
○ Penggila self-harm, setiap aspek kehidupannya tidak akan pernah menjauh dari self-harm. Entah kelelahan berlebihan, makan sedikit, begadang, atau merangkul hal-hal yang merusak itu sendiri.
○ Mengklaim dia suka daging manusia atau sejenis yang mirip, dan dessert (juga memakannya menggunakan wajah menikmati), namun ketika masuk kamar mandi/WC, isi perutnya jungkir balik dan tidak ada hal-hal yang dia klaim 'suka' di dalam perutnya.
○ Karena tidak bisa terus menerus makan (manusia), Eno biasanya menggunakan tikus atau diam-diam mencampurkannya makanan orang lain supaya bisa melihat efeknya.
○ Ada bagian dirinya yang secara alami berupaya agar berpenampilan rapi dan bersih ketika dihadapan orang banyak atau orang-orang penting.
○ Definisi kesempurnaan Leyhmia itu artinya segalanya. Pintar memasak, memahat, melukis, menari, menghibur, bernyanyi, bermusik, bermartabat, berkarisma, ramah, rendah hati, rapi, bersih, bugar, sehat, apapun yang 'dinilai positif' oleh masyarakat luas.
○ Enotera sedang terombang-ambing tentang definisi 'kebebasan'.
○ Eno sangat (terlalu) sering jatuh sakit, bisa demam, mimisan, kekurangan tidur atau hanya kelelahan ekstrem. Ini bukan karena dia anaknya sakit-sakitan tetapi dia mendorong batasan dirinya agar bisa menghidupkan ekspektasi Leyhmia. Setelah Leyhmia pergi, perilaku ini tidak menurun, tetapi diarahkan ke hal yang lain.
○ Dia bisa menjadi pembunuh berwajah dingin, tetapi juga yang tersenyum tenang. Oh tidak, pembunuh berwajah mengerikan tidak akan pernah ada! Aset terbaik Enoa adalah wajahnya, Leyhmia yang mengatakan itu.
○ Apakah Leyhmia pernah merasa bersalah terhadap apa yang dia lakukan kepada Enotera? Ya, dia merasa sangat bersalah. Bagaimanapun juga dia masih seorang ibu, meskipun direduksi atas nama 'anak adopsi' dan harga diri yang terlampau oleh langit.
○ Eno pernah punya kakek yang merawatnya, jauh di masa lalu sebelum isu pengabaian dari para kerabat, distorsi definisi emosional dari Airene, dan hilangnya identitas dari Leyhmia. Dia tidak menjadi pendendam sejak awal karena kakeknya, meskipun dia tidak lagi ingat apapun atau sadar pernah punya kakek yang peduli padanya. Itu hanya alam bawah sadar.
○ Di kartu keluarga, Leyhmia menulis Enotera sebagai anak kandung supaya dia bisa semakin membanggakan diri pencapaian Enotera ke yang lain. Benar-benar perwujudan dari pride.
○ Terbiasa berbohong seperti bernafas, terimakasih buat semua nasehat dan sarannya Leyhmia.
○ Buku "how to be perfect" terdapat enam volume, masing-masing sekitar 100-200 halaman. Dan Eno hingga sekarang hanya bisa melakukan dari volume 2 sampai 4 yang diperuntukkan anak-anak hingga tahap awal kedewasaan, volume 1 diperuntukkan tahap balita, volume 5 dan 6 yaitu tahap kedewasaan penuh dan masa tua.
○ Nasihat agar sukses di dunia bawah juga termasuk dalam serial "how to be perfect", namun itu berada volume 5 dan Eno sudah selesai membacanya.
○ Leyhmia adalah tipikal anak yang berasal dari jalanan dan menciptakan kesuksesannya sendiri. Dia tidak tahu cara membesarkan anak, yang dia tahu cuma bertahan hidup dan cinta benci buat dunia bagi segala kemewahan yang ada.
○ Nama Eno, sependek itu saja. Enotera adalah nama yang diberikan Leyhmia.
○ Leyhmia sudah menikah, tetapi bagi Eno, suami Leyhmia tidak cukup berharga untuk diingat selain kesopanan, sama seperti sisa manusia di muka bumi. Nama orang-orang yang cukup penting, biasanya akan muncul di POV narasi Bio.
○ Tipe perempuan yang ingin Eno kencani adalah yang berambut hitam panjang. Tetapi ironisnya dia sering merasa gelisah didekat mereka dan urgensi kekerasannya meningkat drastis. (Penyebabnya? Airene. Body count Eno dengan perempuan berambut hitam, 3)
○ Airene sebenarnya kerabat jauh Eno, wanita dewasa tetapi dikucilkan karena penglihatan yang buruk. Dia hanya bisa melihat cahaya dan bayangan, dan cuma tahu Eno mengatakan mata Airene itu cantik. (Ya, Eno memakan mata Airene)
○ Penulis malas menulis masa kecil gore Enoa, tapi Eno kecil menerima kultusnya dan sempat percaya. Kebiasaan kanibal Enoa bukan karena survival instinct, tapi sudah jadi bagian kepribadian, Airene sendiri yang mencuci otaknya.
○ Airene membakar panti asuhan karena Eno tidak berkarakter yang memusatkan Airene sebagai dunianya (bukan, Airene delusi dan self-denial). Dan menganggap semua kerja kerasnya sia-sia. Jadi abandoned act jalan agar Eno tetap memikirkan Airene meskipun dia mati.
○ Panti asuhan Eno adalah berada di kaki bukit dan di hutan, serta sedikit dekat dengan pemukiman. Tetapi berbagai kegiatan mereka di lakukan agak dalam di hutan.
○ Kejahatan kultus merupakan semua kejahatan yang mampu terjadi, penculikan, pemerkosaan, pelecehan, pembunuhan, semua yang terbayang oleh otak manusia. Enoa kecil sudah melihat semua itu hingga dia bosan dan menganggap itu normal. Lagipula semua itu bagian dari kepercayaan.
○ Dibanding Weigela (versi utama Enotera), Eno bertahan lebih lama di panti asuhan sehingga orang yang mengadopsinya juga akan berbeda. Eno juga memiliki psikiater, tetapi dia tidak benar-benar berubah dan akar masalahnya, dalam dirinya (masalah mental) Eno tidak pernah berubah.
○ Leyhmia berusaha mengarahkan cara coping Eno ke sesuatu yang menurutnya mendekatkan diri kepada kesempurnaan daripada mencoba menyembuhkannya.
○ Enotera sebenarnya memiliki sekolah menengah yang normal, kecuali Leyhmia yang membatasinya hangout dengan teman-teman kecuali yang ada manfaatnya.
○ Enotera punya keterikatan terhadap teman-teman, walaupun itu akhirnya hancur karena bestie-nya nusuk dibelakang dan Leyhmia mengeliminasi bestie tercinta.
○ Alasan bestie backstab, karena dia bukan dari keluarga kaya atau berpengaruh, dan ada afiliasi kontra dari perusahaan Farmasi Lind lalu menghasut untuk menjatuhkan Leyhmia melalui Enotera.
○ Enotera kali ini berusaha pengertian kenapa bestie mencoba menjebaknya, tetapi pada akhirnya tidak ada yang bisa dia lakukan selain melakukan hal yang sama kepada mereka yang mengganggunya (menghancurkan reputasi, harga diri, secara tidak langsung blackmail)
○ Enotera putus asa, karena dia tidak bisa membantu atau melawan Leyhmia saat segala hal sudah ditetapkan.
○ Leyhmia mengingatkan bahwa dari kejadian ini, tidak ada yang bisa dipercaya, tidak ada kebaikan di dunia selain menjadi sempurna tanpa celah sekecil apapun.
○ Bestie tercinta adalah seseorang yang membawa identitas atau kepribadian di luar apa yang ditetapkan Leyhmia, seperti tidak apa-apa jika Enotera gagal, membaca buku selain buku sekolah, menyukai eksplorasi, bertanya-tanya yang tidak diketahui, memakan manisan diam-diam. Mencoba berpacaran!
○ Bestie juga sosok yang membuat Enotera mengingat masa lalunya yang sudah lama ditekan Leyhmia. Terutama bagian panti asuhan, karena Bestie menyemangati agar Enotera merangkul semua bagian dirinya, bahkan yang memudar.
○ Mereka bersahabat di kelas 3 SMP dan berakhir di kelas 2 SMA. Enotera tidak sadar ada rivalitas sepihak dari bestie dan baru tahu pas ada sebuah nama yang melengserkannya dari peringkat satu di SMP. (Enotera dapat hukuman belajar tanpa henti di musim panasnya.)
○ Bestie Enotera itu seperti safe haven. Tetapi sekali lagi, Leyhmia datang menghancurkan hari.
○ Leyhmia adalah personafikasi dari perwujudan kesombongan. Sedangkan Enoa, yaitu apatisme, dari segala bentuk yang bisa ditampilkan.
○ Enotera dulunya sangat menghargai ulang tahun, karena hanya teman-teman sekolahnya yang merayakan untuk Enotera. Tetapi karena Enotera pernah sekali pulang terlambat dan kompetensinya menurun, Leyhmia memasukkan perayaan ulang tahun ke daftar kegiatan kontraproduktif.
○ Cuma kakek dan teman-teman sekolahnya yang merayakan ulang tahun Eno.
○ Enotera bakal sempat bertunangan kalau Leyhmia ga mokad pas Enotera berumur akan 20 tahun. Salah satu teman dari SMA yang sama, dia memanjangkan rambut dan mewarnainya hitam.
○ Pastinya yang menentukan siapa tunangan Enotera, itu Leyhmia.
○ Eno suka menyenandungkan lagu yang dia sendiri tidak tahu berasal darimana (dari kakeknya) dan dia sampai sekarang tidak menemukan alat musik yang menghasilkan suara yang sama. (Ya iyalah, itu suara manusia, mana mungkin alat musik klasik bisa meniru)
○ Pencapaian terbaik Enotera Lindhe yang dia akui untuk dirinya sendiri, yaitu mengaransemen musik modern menjadi musik klasik yang bisa dimainkan dengan piano. Ini untuk Leyhmia.
○ singkatnya tentang kepribadian Enoa adalah kepasrahan namun dengan berbagai bumbu kegilaan dan tidak dapat diprediksi.
ᴬᵗ ᵗⁱᵐᵉˢ, ᴵ ᶠᵒᵘⁿᵈ ᵉᵛᵉⁿ ᵐᵒʳᵉ ˢᵉˡᶠ⁻ˡᵒᵃᵗʰⁱⁿᵍ ⁱⁿ ᵐʸˢᵉˡᶠ. ˢᵒ ᵘᵗᵗᵉʳˡʸ ⁱⁿᶜᵒⁿˢⁱˢᵗᵉⁿᵗ ᵃⁿᵈ ᶠᵘˡˡ ᵒᶠ ˢᵗᵘᵖⁱᵈⁱᵗʸ.
.
.
.
[ Miscellaneous ]
○ QnA.
"Ya ampun, kita membuka sesi tanya jawab? Seberapa mentah yang harus aku tampilkan? 100 persen metah, setengah-setengah, atau yang kamu ingin dengar?" Dia berbicara menggunakan nada main-main yang ceria.
Kita sedang membicarakan Enoa, berdasarkan sifat aslinya, semua pertanyaan itu dijawab dan kembali ke diri yang ditanya. Apakah Enoa akan memberikan jawaban jujur, atau memilih kebohongan agar dia bisa melihat reaksimu?
Jangan khawatir, dia memang terlihat seperti akan mengganggumu hingga yang tersisa yaitu pembuluh darah otakmu pecah karena hipertensi, namun, Enoa berjanji akan berkelakuan baik dan tidak benar-benar membuatmu terkena stroke, tentu saja, yang dia inginkan yaitu mengenal serta mengeksplorasi dirimu, luar dan dalam.
[ 1. How do you feel now that this year is ending? ]
"Bagaimana menurutmu? Ah, baiklah, baiklah. Aku akan menjawabnya dengan benar." Berpose berpikir dalam, meskipun sekedar pertunjukan agar membuat suasana lebih dramatis, dia bertahan di posisi mengusap dagu selama 10 detik.
"Tidak ada." Sangat anti-klimaks. "Mungkin sedikit berbeda dari tahun-tahun yang lalu dimana aku bekerja keras sampai tidak merasakan apapun. Tahun ini mungkin aku akan memesan penyumbat telinga baru. Entahlah."
Lagipula apa yang berbeda? Waktu terbuang begitu saja, kebanyakan orang memaknai waktu dengan cara yang berbeda supaya kekecewaan tidak menodai pikiran. Sedangkan Enoa tidak terlalu peduli, dia bisa mati kapan saja, bahkan satu detik sebelum tahun baru.
[ 2. Do you feel yourself becoming kinder or crueler? ]
Pertanyaan macam apa itu? Bagaimana satu orang mendefinisikan baik dan buruk dalam satu tindakan ketika dunia tertutupi tidak lebih oleh titik hitam yang tidak terhingga. Setiap titik mewakili kekejaman yang ada, kemudian kenaifan berusaha menjadi satu titik putih diantara titik hitam yang menguasai.
Saat kamu memasuki sebuah sistem, cara suatu masyarakat bekerja, kamu tidak akan pernah keluar dari sana. Kamu akan menjadi satu, dan itu kebenaran yang semua orang ketahui namun tolak akui. Silahkan membuat pentas dimana kamu meruntuhkan sebuah pemerintahan, tetapi kamu yang paling paham tentang dirimu, kembalilah ke kenyataan.
Enoa tidak merasakan menjadi sesuatu bernilai baik, atau sebaliknya kejam. Dia adalah bagian dari sistem, sama seperti yang lain. Semisal kamu bersikeras mendapatkan jawaban pasti, maka Enoa menjadi semakin jahat, semakin kejam, semakin keji. Tidak ada cara menjadi lebih baik kecuali keluar dari lingkaran setan ini.
Mungkin jika dia pernah tumbuh di tempat berbeda, bertemu mereka yang mengetahui kedua kata sifat ini, mungkin dia akan mampu menjawabnya.
- Pertanyaan yang salah di tempat yang salah. Pertanyaan dengan jawaban yang telah diketahui semua orang dan tidak membuang-buang waktu untuk ditanyakan.
[ 3. Please tell me about your place in your family. ]
"Ingin jawaban yang singkat? Aku anak yang terbuang haha. Bukan masalah besar omong-omong." Kamu melihat wajahnya semakin santai dibandingkan dua pertanyaan sebelumnya. Apakah dia terbiasa menanggung perlakuan buruk?
Tidak memiliki orang tua kandung membuat Enoa sadar bahwa dia sejak awal tidak dicintai oleh siapapun di dunia ini. Meskipun ada Airene, apa yang Airene lakukan pada Enoa kecil membuatnya semakin berpikir seperti apa cinta itu? Pengkhianatan? Api? Keterpurukan?
Setelah mencari berbagai sumber dan mencoba mempraktekkan yang paling mudah ditemukan, Enoa berpikir, di satu titik dia mungkin anak yang paling disayang di panti asuhan, namun akibatnya juga membuat dia yang paling di benci di tempat itu jika melakukan kesalahan sepele.
Apakah itu berarti dia tidak memiliki tempat atau posisi di panti asuhan? Mungkin? Hasil akhir dari usaha Enoa kecil juga tidak membuahkan apapun yang berharga selain layunya kehidupan seorang anak.
Pertemuan dengan Leyhmia juga tidak merubah banyak, selain pemahaman jika dia mungkin sebuah aset, barang bernilai, objek yang digunakan. Apakah keluarga memposisikan keluarga mereka sebagai barang dagang dalam kehidupan sosial?
Jika membandingkan pengetahuan baru ini dan bagaimana Eno kecil, maka sejak awal tidak ada tempat baginya dalam sebuah keluarga. Tidak ada definisi tradisional yang menjelaskan letak Enoa dalam lingkup sebuah keluarga.
- Dia tidak pernah menjadi anak, sekalipun tidak termasuk dalam keluarga, dia sejak awal hanya disana melihat yang lain menjadi keluarga di rumah yang hangat dan dia dari luar rumah, melalui jendela kaca buram. Bahkan hewan dipanggil sebagai bagian keluarga oleh majikannya.
[ 4. How is you spending this weekend? ]
Tidur. Melakukan rutinitas. Tidak ada yang spesial. Weekend tidak benar-benar bermakna penting menurut Enoa. Saat masih bersama Leyhmia, weekend tidak jauh berbeda sama sekolah/kuliah namun dirumah. Sedangkan saat ini, dimana dia sebebas-bebasnya, setiap hari adalah weekend (minus hari yang harus diisi oleh tugas dan misi).
- Rutinitas maksudnya menjaga toko daging sambil bermain ponsel atau secara sukarela menggali informasi yang tidak diminta karena bosan. Mencari korban, meneliti kondisi tubuh mereka, atau bertukar tugas menjadi yang mengintrogasi.
[ 5. Are you religious? ]
"Setelah semua yang aku alami? Oh, jangan khawatir, aku tidak akan trauma dump atau venting tiba-tiba. Aku hanya ingin kamu melihat sedikit tentang diriku."
Mari kita ringkas latar belakang keagamaan Enoa. Dia tidak tahu agama orang tua kandungnya, dia juga tidak ingat para kerabat yang membuangnya. Tetapi ada satu, yaitu panti asuhan (terkutuk) itu. Mereka sebenarnya tidak menyembah suatu dewa, tetapi dewa itu digunakan sebagai justifikasi atas apa yang mereka lakukan.
Saat itu Eno kecil sempat percaya, percaya pada dewa tersebut, dewa yang berasal dari manusia dan berusaha keras hingga bisa berada di tempat dimana yang lain menyembahnya. Tetapi kebenarannya membuat Eno tidak lagi percaya pada apapun yang berkaitan manusia asal mula dari dewa.
Airene percaya atau sebaliknya tidak percaya pada dewa sebenarnya sudah menjadi alasan yang cukup agar tidak menyembah dewa itu, namun memikirkan apa yang bisa dunia tawarkan?
Apakah itu logis? Manusia menjadi dewa? Sesuatu yang mula-mula tidak sempurna, penuh kesalahan, dosa dan ketamakan? Menjadi dewa? Oh, tolong. Enoa menolak percaya manusia mampu melepaskan inti yang menjadikan mereka sesuatu yang disebut manusia sejak awal.
Bahkan jika mereka mampu menghilangkan kemanusiaan mereka, tetapi itu tidak merubah fakta bahwa mereka sebelumnya berasal dari manusia, penah memiliki sifat-sifat buruk. Bukankah lebih baik jika dewa tidak pernah menjadi manusia dan entitas itu sendiri yang seharusnya menjadi dewa tanpa latar belakang apapun yang merusak kesempurnaannya?
Termasuk agama yang mengandung kontradiksi. Mengapa kamu harus percaya pada sesuatu yang bahkan menentang logika? Mengapa kamu membudayakan kebodohan? Mengapa kamu ingin dibodoh-bodohi?
Mengapa kamu bisa memproyeksikan kemanusiaanmu kepada dewa? Kamu aneh jika berpikir bisa mengetahui apa yang isi kepala dewa, merendahkannya pada kemanusiaanmu yang tidak mulia.
Beritahu Enoa jika ada dewa yang bukan manusia, tidak berasal dari manusia, dan pada dasarnya dapat diterima akal logika tanpa harus bilang, "ya memang dari sananya begitu." Enoa akan menjadi religious untuk agama itu.
- Ini juga alasan Enoa membenci orang bodoh. Fyi, Leyhmia hanya memiliki agama sebagai formalitas.
[ 6. Are you morally grey? ]
Dengan ketus dia menjawab, "berhenti. Ini adalah cacat logika."
Bagi Enoa, tidak ada namanya moral abu-abu. Istilah tersebut hanya digunakan bagi pengecut yang menolak mengakui kesalahannya. Hanya ada dua jenis tindakan jika dikaitkankan topik ini, berdosa atau tidak, hitam atau putih, salah satu dan tidak diantaranya.
Kamu bisa membunuh bayi yang baru lahir, memenggal kepalanya bahkan di depan wanita yang melahirkannya. Mengapa kamu melakukan itu? Karena ada penguasa jahat yang memaksamu dan kamu harus patuh jika tidak desa atau kelompoknya akan bernasib mengerikan.
Orang yang mendengarkan akan bersimpati padanya, dia melakukan kejahatan untuk kebaikan yang lebih besar. Namun bagaimana tentang mereka yang darahnya menempel di tanganmu? Mereka yang harus dikorbankan atas nama kebaikan mayoritas, apakah mereka tidak pantas mendapatkan kebaikan seperti orang-orang yang kamu perjuangkan?
Bukankah kamu yang keji karena membenarkan kejahatan?
Pfft, "kamu terlihat bingung. Itu lucu. Jangan dianggap serius. Itu hanya sedikit opini dari sudut pandangku." Seperti yang dia katakan, jangan dipikirkan terlalu dalam. Dia suka melihatmu bingung.
- Lebih baik simpan pertanyaan yang berbau filosofi kepada dirimu sendiri.
[ 7. Have you ever been to an arcade? ]
"Kamu sangat menggemaskan, hingga aku berharap bisa memakanmu sekarang."
Ini bukan sore spot Enoa (sungguh? Terdengar seperti sebaliknya) ... tetapi di sudut pandangnya ketika kamu tahu bagaimana hampir seluruh hidupnya di habiskan lalu kamu masih berani bertanya-tanya tentang apakah dia pernah keluar menjalani kehidupan layaknya anak normal yang tidak tertekan oleh satu kata, menghabiskan waktu bersenang-senang, sesuatu yang tidak produktif ... yahh.
Tidak, Enoa tidak pernah ke arcade. Leyhmia melarangnya keluar kecuali itu punya manfaat untuk relasi di masa depan. Jika Eno mencoba memberontak, maka dia akan lurus ke dasar neraka terdalam, minum alkohol, masuk ke klub dewasa, berjudi dll, dan dengan penuh kesadaran diri sebagai minor.
- Enoa adalah definisi mkkb. Masa kecil kurang bahagia & mrkb, masa remaja kurang bahagia.
○ QnA 2!
[ 1. Apakah Eno tertarik dalam hubungan romantis? ]
Ya ... dan tidak? Dia punya bad(?) streak sama perempuan atau hubungan secara general. Entah disebut trauma atau Eno sendiri yang menormalisasikan yang terjadi padanya. Kalau ditanya dia mampu tertarik secara romantis dengan seseorang? Ya, dia bisa. Tetapi memberikan label seperti pacar atau kekasih uh... penulis sendiri ga yakin.
Eno kelihatannya lebih menikmati proses romansanya daripada setelah menjadi pasangan. Apakah dia stay di satu orang? Ya, Eno pasti bertahan dengan satu orang, dia setia. Tapi supaya menjadi hubungan mutual? Penulis agak ragu, Eno bisa pinning atau crushing tanpa perlu perasaannya dibalas. Dia bakal confess dan tidak keberatan kalau mereka tidak memiliki apapun yang spesial.
Juga ada masalah lain soal hubungan signifikan dengan Eno. Tentang bagaimana dia ingin diperlakukan, itu hampir tidak ada batasan. Dia sudah pernah menjadi karung tinju (by Leyhmia) jadi semisal pasangannya pemarah, kasar, memperalat, dia baik-baik aja.
Ditambah Eno punya disosiatif dengan emosinya, dia hampir tidak bisa mendefinisikan apa yang dia rasakan. Depresi & stres dibilang merasa hidup, sedih dibilang kebosanan, senang dibilang kesia-siaan. Tidak pasti, dan banyak kemungkinan dia salah mengerti apa yang dia rasakan.
Kemudian, Eno tidak menganggap dirinya setara. Bukan merasa inferior atau superior. Tapi tentang what if s/o buang dia, apabila s/o tidak dibutuhkan Eno lagi. Eno sampai sekarang menganggap dirinya aset, barang, objek, semacamnya. Semisal ada narasi dimana dia merujuk dirinya sebagai manusia, itu biasanya cuma sinisme daripada mencoba memanusiakan dirinya.
Bagaimana cara Eno jatuh cinta? Bisa dilakukan dengan memberikan impresi yang mengejutkan. Memperkenalkannya cara coping yang baik, makna emosi pada umumnya, dan menyeimbangkan self-worth.
Kedengarannya kayak healing kecuali Eno sekedar tahu tapi menolak mempraktekkannya, lebih buruk lagi, saat Eno mengenali dirinya sendiri, dia malah lebih terjerumus sama self-harm yang lebih berbahaya.
Belum tentu juga hanya memberikan teori itu cukup, butuh banyak, sangat banyak praktek untuk menjelaskan hubungan, mental dan emosional yang sehat.
Jujur aja, penulis merasa itu ga worth it buat mencoba "I can fix him", walaupun pada akhirnya Eno bakal suka sama orang yang menghadirkan sudut pandang baru. Tetapi "I can make him worse" atau s/o bisa move on mungkin lebih baik.
Eno ga bakal jatuh cinta sama orang lugu, yang terlalu lemah dengan dunia bawah. Sejak awal Eno sudah tahu semisal ada yang berusaha berakting, impresi itu bakal gagal menarik perhatian Eno.
[ 2. Apa untungnya menjadi s/o-nya Eno? ]
Penulis sendiri ga merekomendasikan Enoa, tapi kalau dia tipe kalian. Yowes. Eno juga pada akhirnya berdasarkan gimana s/o memilih jalur.
-. Eno sekali memahami sifat alami dari perasaannya, atau dia sadar tertarik kepada s/o, jujur dan mau mengakui dia memang sesayang itu sama s/o, Eno akan berdedikasi dan loyalitas.
-. Eno memahami simpati dan empati, dia ga perlu benar-benar merasakan sesuatu buat memahami apa yang dirasakan s/o. Kecuali s/o sangat baik menyembunyikan emosinya, Eno mungkin ga bakal paham atau pengertian. Omong-omong, Eno bakal sedikit stalking dan pasang kamera di safe haven s/o sebagai kepentingan lebih mengerti s/o.
-. Eno suka mengeksplorasi s/o. Mungkin saja s/o mengetahui fakta yang baru diketahuinya berkat Eno.
-. Jika s/o suka permainan intelektual, Eno dengan senang hati menemani. Dia sangat bisa diandalkan untuk memilih keputusan paling logis dan terbaik. Berbagai pertimbangan dari berbagai sisi akan diperhitungkan. Eno ajudan yang baik www
-. Jangan khawatir jika Eno memanipulasi s/o, itu ga bakal sepenuhnya berdampak negatif. Eno sendiri memiliki standar definisi kehidupan yang baik, dan pastinya Eno tidak mau s/o dia berakhir seperti dirinya. Ya. Eno bakal minta putus semisal dia menjadi pengaruh buruk, tetapi tergantung lagi sama s/o.
-. Eno punya cukup pengalaman artistik, dia bisa memainkan banyak musik atau apabila s/o ingin digambar, atau melihat sudut pandang Eno.
-. Eno bisa merawat s/o-nya. Seperti Trivia diatas, dia bisa memasak, membersihkan rumah, make up, atau perawatan secara umum.
-. Mungkin membuat puisi (yang benar-benar puisi) dibandingkan memberikan pick up line klise.
-. Eno itu seperti limbah, mau menjadi apa dia, itu tergantung pada orang yang membentuknya, namun pada akhirnya itu ga menghilang esensi dari Enoa, yang memiliki banyak dark trait.
[ 3. Bagaimana Enoa sebagai Yandere? ]
Silahkan lihat sudut pandang ini:
Malam lainnya dihabiskan tanpa tidur, sedangkan dia sibuk merokok dan meratap pada angin malam. Memangnya pikiran mengasyikkan apa yang membuatnya terjaga semalaman? Ah, jika orang tua di pinggir jalan mengetahui isi pikiran Enoa, mereka akan memekik ria betapa romantisnya Enoa.
Tidak, Enoa tidak menganut romantisme. Dia jauh dari kata romantis, mayoritas lah yang menganggap bare minimum sebagai romantis. Bodoh, ya, dunia ini penuh orang-orang bodoh, mengartikan emosi yang berputar-putar di dada Enoa, menarik benang perhatiannya pada satu orang, tanpa lelah mengeluarkan berbagai hormon yang memotong waktu tidur, itu disebut romantis.
Jika Enoa menyuarakan pendapatnya, dia akan mengatakan, itu lebih seperti putus asa yang tidak tahu bagaimana mengatasi diri mereka sendiri. Jadi, Enoa merasa dirinya berbeda? Bukan, menjadi berbeda bukan intinya, intinya adalah bagaimana seseorang memproses emosi tersebut ke tindakan mereka.
Apakah tindakan Enoa berubah drastis pada orang spesial ini? Ya? Tidak? Banyak dari bagian dirinya berteriak untuk melakukan ini, untuk melakukan itu. Namun Enoa kembali ke cara lama bagaimana dia diajarkan tentang cinta. Airene secara pribadi mendemonstrasikan cinta itu sendiri pada Eno kecil.
Bagaimana cara yang diajarkan Airene? Memakan. Singkatnya memakan. Memakan bagian satu sama lain sebanyak mungkin, meluruhkan perasaan dalam tindakan fisik dan hidup bersama dalam kesatuan tidak terpisahkan. Daging antara daging, pertukaran yang menurut Airene paling mentah dan mulia diantara yang lain. Ketulusan yang tidak tergoyahkan, melihat kerentanan murni atas nama cinta.
Terdengar dramatis? Itu memang dramatis. Tetapi Enoa lebih suka membagikannya dari sisinya seorang. Agak terlalu melelahkan menuntut yang tidak pasti, sedangkan perasaan ini belum tentu terbalaskan dengan cara yang sama. Cara dia ingin diterima namun merasa lebih baik hancur dan mati dengan satu kali percobaan.
Makan malam? Ya. Enoa berencana mengajak entitas yang menghantui pikirannya makan malam besok. Jika dia mendapatkan penolakan, maka sudahlah, dia akan mengirimkan jantungnya ke depan pintu orang itu. Seharusnya ada kenalannya yang bisa disuap buat mengantarkan hatinya.
Mau diapakan organ yang baru segar di petik dari tubuhnya? Terserah yang menerima. Dia tidak peduli jika hatinya dijual, diinjak, dimakan, bahkan dibuang sekalipun. Ini cinta yang egois, Enoa merasa cinta selalu egois, Enoa sendiri merasakan keegoisannya yang memohon setidaknya hati itu tersampaikan dan pengetahuan bahwa Enoa pengirimnya adalah keharusan.
Jika tidak? Enoa akan bergumul, berendam dalam perasaan menyedihkan ini dan pilihan terakhir, mungkin bunuh diri di depan orang yang Enoa bertekad sampaikan hatinya.
Daging antara daging. Walaupun Enoa ingin sekali memakan bagian dari pujangga hatinya, sedikit atau banyak, hangat atau dingin, terbuang atau termuliakan, sungguh nekat, membayangkan dirinya menyelinap hanya untuk satu gigitan, tampaknya terlalu payah.
Pertukaran seperti itu membosankan, dia masih lebih suka mengadakan makan malam, ala-ala keredupan cahaya dan api dari lilin. Klise? Ya, klise, bukankah sebuah kesopanan mengajak seseorang yang kamu puja makan malam terlepas hanya lilin dan musik klasik menemani?
Ya. Terdengar bagus. Dia kira, dia sudah bisa tidur sekarang. Lagipula rokoknya sudah terbakar habis.
-
Baiklah. Sekarang pembahasan. Enoa sebagai yandere adalah tipe yang selfless, stalking, dan mencintai dari jauh. Selfless karena tidak mau membebani darling dengan perasaannya, stalking karena dia ingin mengetahui segala hal tentang darling, mencintai dari jauh karena dia tidak keberatan semisal mereka tidak pacaran. (Menurut sudut pandang Enoa yang dimana mungkin tidak akurat)
Sebenarnya pov diatas cuma ujung dari gunung es, Enoa di lapangan pada akhirnya lebih putus asa daripada yang dia akui. Kedengarannya rencana mengirim jantung adalah ide yang bagus, tetapi paranoia dan histeria melarang ide itu terwujud.
Dia tidak bisa mempercayakan sesuatu yang penting pada seseorang, sesuatu yang he would die for, dan akan berubah pikiran di detik-detik terakhir.
Di pov di kedengarannya ga masalah kalau perasaannya tidak diterima dan yakin dia akan mati setelah itu. Tetapi yang benar, dia ingin perasaannya tersampaikan, memaksa dan dia akan mati setelahnya.
Enoa yandere bukan lagi seseorang yang diatur oleh Leyhmia, rasionalitasnya mulai tergerus, jadi pada akhirnya Enoa akan menggunakan kekerasan dan menyakiti darling.
Dia tidak benar-benar menculik ingin atau mematahkan kaki darling, dan dia masih ingin dicintai meskipun diperlakukan seperti sampah. Rencana cadangan, super duper emergensi, yaitu melumpuhkan darling dan memaksakan darling supaya menelan sedikit potongan tubuh Enoa.
Ada banyak kemungkinan lain seperti Enoa membunuh keluarga darling, kekasih darling, atau secara keseluruhan, mereka yang di sekitar darling. Lalu kemungkinan dia memanipulasi kejadian di sekitar darling, mencoba menjadi white knight, dan mencuci otak darling. Menghancurkan mental darling, dan membuat stockholm syndrome.
Secara impulsif memutuskan menculik, ya, menculik dan mengurung darling, khas yandere. Atau membunuh darling dan memakannya, memisahkan anggota tubuh darling untuk diawetkan. Mencoba mengoperasi wajah orang lain agar mirip darling.
Menjadi hewan peliharaan darling, atau apapun yang mungkin terjadi. Enoa di lapangan akan memilih yang terburuk dari yang terburuk. Tetapi secara default dia akan memilih yang paling efisien dan memberikan manfaat terbanyak.
Tetapi mari anggap itu masih kemungkinan karena semuanya bergantung pada pilihan darling. Enoa masih tetap akan merayu darling seperti orang normal ... minus kepribadiannya, tetapi darling bisa melihat banyak sisi rentan Enoa dibandingkan semua orang di dunia.
Contohnya mengatakan dia cemburu pada ayam, sapi, babi yang darling makan tanpa konteks. Membiarkan darling menyentuh tanda kecantikan di bawah matanya. Memukulnya. Memerintahkan Enoa mengerjakan pekerjaan rumah dll.
[ 4. Bagaimana jika Enoa menjadi kekasihmu? ]
Note: ini versi lama. Dan what if s/o menerima semua kelebihan dan kekurangan Enoa.
Menjadi kekasih Eno, kurang lebih mirip dengan menandatangani kontrak tidak terlihat dimana kamu sebagai 'korban' dari 'kejenakaan' tanpa ujungnya namun dalam konteks romantis, harapkan banyak skinship, dan batasan yang dipertanyakan.
Maksud dari dipertanyakan, memang semestinya dipertanyakan. Tidak sulit baginya yang memulai dari hal yang tampak jinak hingga merasa nyaman dengan absurditas.
Bocah (pria 21 tahun) ini mencoba membedah dan mengetahui setiap bagian darimu, sakit atau tidak, itu tergantung mana yang kamu inginkan. Tidak apa-apa, biarkan dia mengintip sedikit, tidak akan ada yang salah. Kecuali kamu tidak tahan dengan antusiasmenya.
Bayangkan saja pacar yandere dari manga delapan belas plus, dia kurang lebih begitu. Aneh. Karena dia sejak awal memang aneh. Kamu tidak bisa menyangkal fakta itu, tetapi bagaimana dia memperlakukanmu, sebenarnya agak melampaui bare minimum ... minus menghilang tiba-tiba hingga kamu berpikir dia mungkin mati di pinggir jalan.
Memasak, mencuci, dan membersihkan rumah, Enoa lumayan jago dengan apapun termasuk urusan rumah. Malewife? Tentu, dia akan menyiapkan yang kamu butuhkan. Leyhmia tidak punya pembantu di rumahnya, tidak ingin memasak untuk dirinya sendiri jadi Eno harus melakukannya.
Lumayan, ya, itu kata yang tepat untuk menggambarkan bagaimana Eno memperlakukanmu. Dimata semua orang, kamu beruntung mendapatkan pacar seperti Eno. Eno selalu tampak sempurna di publik, terlalu sempurna bahkan lebih berkerlap kerlip glitter di luar daripada hanya berduaan denganmu.
Hampir seperti mengatakan, 'aku tahu aku sempurna', 'ya, kamu beruntung kamu yang memilikiku', 'jangan khawatir, pamerkan aku sesukamu.', dia benar-benar berkata seperti itu dari suasana yang dia tebarkan.
Jujur saja, dia lebih seperti eye-candy-mu daripada seorang pacar ... tidak, lebih baik jangan memberinya ide untuk melakukan PDA. Kamu tidak akan sanggup menerima lebih banyak 2nd-hand embarrassment lagi.
Dia usil dan penasaran, dia suka mendengar pendapatmu terhadap apapun. Beruntung kamu jika kamu penyuka gosip, dia akan ikut bermain denganmu, bahkan menuangkan banyak ide liar yang sebenarnya logis dari sudut pandang yang berbeda.
Berbicara tentang skinship, Eno seorang small spoon. Dia bisa jadi big spoon, tetapi lebih nyaman yang pertama. Dan agak clingy. Pacar yang suka menggigit, oke? Kamu membandingkan dia dengan anak yang baru saja menumbuhkan giginya dan mencari banyak stimulasi.
Eno tidak berbeda, namun berusaha lebih lembut ketika melakukannya. Chomp? Nom? Yah, itulah. Dia tidak benar-benar mengigit, tetapi ya kadang, menancapkan giginya ke dagingmu di saat hal-hal mulai memanas.
Dia pasti berusaha agar kamu tidak merasa sakit, jadi untuk menahan semua keinginan itu, dia biasanya mengalihkannya dengan banyak, banyakkkkk ciuman mencuri oksigen. Apalagi yang bisa dia lakukan dengan mulutnya? Oh, ada, tapi kamu pikirkan sendiri.
Caranya membuatmu jatuh cinta? Itu bisa berawal karisma yang tidak terelakkan menarik, dia akan mencari tahu tipemu dengan menguji air.
Jika persona kesempurnaan tidak berhasil maka dia beralih ke sesuatu yang manipulatif, apakah itu menjadi ksatria berkuda putihmu, memaksakan dirinya padamu, atau sekedar membuat berbagai skenario sampai pada titik kamu yakin kamu membalas perasaannya.
[ 5. Apakah ada kemanusiaan yang tersisa pada Enoa? ]
● Ikatan Emosional: Setelah Leyhmia dan Airene (juga kakeknya) mati, masih ada sisa-sisa identitas di masa tersebut. Enoa tidak membuang semua apa yang pernah menjadikan dirinya.
● Rasionalitas: Ini merupakan keinginan manusia untuk ketertiban dan pemahaman di tengah kekacauan.
● Rasa ingin tahu: Pencarian akan pengetahuan dan pemahaman ini merupakan sifat dasar manusia.
● Momen Empati: Meskipun empatinya digambarkan sebagai "dark," menunjukkan bahwa Enoa dapat memahami dan memproses perasaan orang-orang di sekitarnya. Dia tidak perlu merasakan empati untuk berempati.
● Perjuangan Kesehatan Mental: Pengalaman Enoa dengan PTSD, bipolar, dan self-harm sendiri mencerminkan kerentanan manusia.
[ 6. Bagaimana tentang karakter berambut putih di world building penulis? ]
Karakter berambut putih mayoritas dan tujuan utamanya yaitu menjadi villain atau sumber masalah dari suatu cerita. Sedangkan Enoa yang notabene-nya karakter konsepan, versi Weigela yang hidup di dunia lain, punya kemungkinan lebih kecil buat jadi villain.
Ada banyak yang bisa terjadi kepada karakter berambut putih, mereka secara umum tidak memulai kehidupan dengan cara yang baik, bahkan jika mereka berhasil atau cukup beruntung, menjelang akhir hidup mereka, akan ada kekacauan yang mereka sebabkan.
Apakah ini hukum alam? Tidak dapat dihindari? Ya. Setiap karakter berambut putih di world building penulis selalu terhubung satu sama lain. Untuk berbagai kondisi tertentu mereka bisa berbagi ingatan atau pengalaman meskipun berbeda dunia.
Nama Enotera memiliki dua huruf 'e', satu huruf 'n' dan 'a'. Ini mendekati kemiripan karakter berambut putih utama (Nea) yang menyebabkan semua kemalangan yang terjadi. Enoa sadar atau tidak sadar bahkan menggunakan kata 'Nea', yang berarti cepat atau lambat.
Enoa sendiri yang akan merusak dan menghancurkan berbagai hal tanpa perlu menyadari dia merupakan bagian, pecahan, fragmentasi atau sesuatu yang terhubung dengan itu atau 'Nea' (Karakter berambut putih utama).
Ada kemungkinan lain dimana karakter berambut putih menembus tembok ke-4, menyadari bahwa mereka tidak nyata, atau berada dalam sebuah media literatur, ini merupakan ciri penting pengubah hidup mereka menjadi lebih buruk.
Sebab 'Nea' adalah sesuatu yang secara sadar hidup dan bergerak melalui kesadaran pembaca, jadi semakin banyak informasi yang dimiliki suatu karakter berambut putih, maka mereka semakin dekat menjadi 'Nea' yang baru.
○ Eno in Nutshell
- Satu kata buat Enoa. Freak.
- Memakan (manusia) bisa berarti cinta, kasih sayang, kebahagiaan, kehidupan, dan kebersamaan. "Tidak, itu semua omong kosong, aku melakukannya karena hobi." (Malahan, Enoa yang bohong. Dia sampai sekarang masih memegang arti dari memakan)
- Introgator (penyiksa) handal bersertifikat, tetapi kamu bisa bayangkan dia putar astn next door jedag jedug remix.
- Ekstrovert berkedok Introvert banyak tingkah.
- MBTI: general persona (ISTP), 1 ? ? ? (ESTP), 2 ? ? ? (ENTJ), 3 ? ? ? (INTJ)
- Ennegram:
○ General Traits: Type 5 - The Investigator
○ 1 ? ? ? : Type 8 - The Challenger
○ 2 ? ? ? : Type 3 - The Achiever
○ 3 ? ? ? : Type 4 - The Individualist
- ketika dia bermain truth or dare, we listen we don't judge, among us, semua yang permainan didasarkan kepercayaan, dia akan berbohong dan membuat-buat truth aneh, g ngotak, unik, ga disangka siapapun supaya memancing keributan. Percaya atau tidak, ga ada yang bisa membedakan apakah dia berbohong atau sungguhan.
- Jangan mabar sama doi, kecuali kamu siap menghadapi fobia kamu. Contoh, kamu fobia ketinggian, & main minecraft, kamu bakal diajak ke tebing buat mining daripada ke gua.
- Sisi positif mabar sama dia cuma keberuntungannya. A.k.a main game gacha. Maksudnya mainnya disebelah doi, biar keciprat keberuntungannya. Resos mu ga bakal habis & akunmu adalah akun paling harum, paling lengkap, paling OP. Tapi Enoa bakal bosan melihat kamu ga kena garam, jadi ... ini ga bakal berlangsung lama.
- Ga ada cara buat "I can fix him" kepada Enoa. Biarpun kamu jadi s/o nya Enoa, kebiasaan bobrok itu ga bakal hilang.
- Doi adalah orang aneh yang bakal mainkan lagu klasik sambil nyanyi ala-ala opera saat dia main game dan open mic.
- Kalau kamu punya piano atau alat musik di rumah, sembunyikan dari Enoa. Atau kamu bakal dengar ost media genre horor. Dia juga bakal coba nyelinap ke rumahmu cuma buat nakutin kamu.
- mau main di piano mainan pun, Eno tetap bakal bisa mainkan sebuah lagu ... mari jangan memulai brainrot baru tentang Eno bermain lagu meme
- Tipe yang ga punya malu supaya kamu yang malu for his sake. PDA? Dia suka kalau ga ada yang liat, tapi lebih suka lagi kalau kamu jadi semakin malu-malu sama dia pas di depan banyak orang. (Mari jangan membahas kencan & dia sengaja pakai pakaian norak. Eh, mau pakaian apapun, kalau yang pakai ganteng, ya tetap ganteng)
- Doi itu tipe karakter buat ngisi peran 2nd ML. No debat. Orang gila yang pdkt sama FL di akhir-akhir cerita dan akhirnya mokad. Dia agak nyesel karena jadi bucin juga, tapi mau gimana, antara pasrah & bersyukur bisa punya s/o biarpun bertepuk sebelah tangan.
- Sebagai 2nd ML, Enoa orangnya absurd banget & sering jadi plot device buat ML & FL.
- atau lebih baik lagi, antagonis. Orang yang menarik benang di belakang layar. Siapa kamu? Cuma satu diantara miliaran manusia di muka bumi.
- atauuuu dia mati terlalu cepat & jadi latar belakang seluruh plot. Bro terlalu bosan dengan kehidupan.
- Enoa itu switch. Bisa T atau B. Tergantung s/o juga mood dia. Entah dominant atau submissive masih tergantung sama mood. Tapi yang pasti bakal banyak bekas gigitan. Lagi di era bitting (ga, memang begitu orangnya doi).
- Dia sebenarnya suka gag comedy, tapi ga pernah tau itu bahkan ada ... kalau kamu ngasih tau dia, punya banyak sumber, resos, rekomendasi, kamu dijamin 98% bisa jadi pacarnya. 2% terhalang tembok bernama dua dimensi & Leyhmia.
- Enoa bukan perawan. Baik first kiss dll. Bukan benar-benar pro, tapi dia tahu apa yang dia lakukan.
- Secara kanonik seorang yandere. Hh. Sesuai req y kak thea 👁👁
- From "kalau kamu melihat terlalu banyak, kamu bisa mati." To "baiklah, aku akan melakukannya secara pribadi." ("Ga ada bedanya bang" "... salah, ada bedanya. Yang kedua more affectionate.")
- Jangan coba play victim dengannya, Enoa akan menang tanpa berusaha. (Ajaran Leyhmia)
- Semisal Leyhmia hidup sedikit lebih lama, style Enoa yang comfy bakal berubah menjadi old money.
- Berhenti mencoba membuat Enoa kesal, cuma orang bodoh yang bikin dia kesal. Orang bodoh dalam kamus Enoa sama dengan mati.
- Orang bodoh banyak definisinya, & Enoa mengambil semua itu serius (entah orang lugu, polos, lupa, memohon, putus asa(?), orang tua lupa, anak kecil dll, "kebodohan itu menyusahkan.", tetapi mayoritas dia lebih suka menghindari orang yang bodoh kecuali itu di taraf tidak bisa diperbaiki.)
- Enoa kesal sama kamu? Doinya? Berarti kamu sedang bodoh, tenangkan dirimu baru kalian bicara lagi.
- Gudangnya info-info hot. Skandal artis, kasus kebejatan orang-orang terkemuka, sisi gelap dunia hiburan, dll. Teman impian bagi kamu suka gosip.
- Suka melipat origami ... seperti menguliti seseorang, bermain tic tac toe di kulit manusia jika dia bosan.
Unedited Part
Harus di apakan denyut jantungnya yang lebih seperti menusuk pernapasannya daripada menyalurkan darah. Itu terdengar bodoh, tetapi perasaan itu nyata. Dia kesakitan, sakit, hampir tidak tertahankan. Dia berharap ini bisa berhenti, apa yang harus dilakukannya?
Membosankan. Ya, membosankan. Menemukan dirinya merindukan, keinginan melihat manusia tertentu yang jujur saja, dia tidak mau mengingatnya. Tetapi wajahnya terletak jelas di benaknya, mengapa kamu harus menjadi parasit di pikirannya. Siapa yang salah? Kamu atau dia? Atau otaknya? Perilakunya? Tindakannya?
Benar-benar mengesalkan. Jengkel, seperti seseorang baru saja menumpahkan kopinya ke kemeja kesukaanmu. Bukannya minta maaf, orang itu malah menyalahkanmu membuat kopinya tumpah. Cacat logika macam apa ini? Enoa pastinya ingin menggiling seluruh bagian tubuhnya supaya tahu, siapa yang seharusnya merasa kesal disini.
Dan itu yang Enoa rasakan saat ini, kekebalan. Mungkin lebih dari istilah kesal, namun dia tidak suka bagaimana kamu membuatnya merasakan perasaan ini. Itu aneh, tidak biasa. Bukan sesuatu yang dia duga. Kejutan asam di mulutnya
Kemudian kekecewaan atas dirinya yang membiarkan ini terus terjadi. Mengapa kamu mereduksi dia menjadi satu sel otak yang bahkan tidak digunakan? Itu fatal! Signifikan! Beraninya kamu membuatnya merasa seperti ini!
Benar-benar bodoh. Sampai kapan dia harus bertahan dengan perasaan jelek ini? Dia seharusnya meminta pertanggungjawabanmu! Tetapi setelah dipikir-pikir lagi pada akhirnya itu hanya dirinya yang merasakan perasaan menyesakkan ini. Tidak tertolong.
Haruskah dia mengamati pola dan perilaku emosi asing ini? Tetapi rasanya sangat menyiksa dibandingkan menahan diri agar tidak mengeluarkan organ orang tolol yang mengoceh omong kosong.
Bagaimana cara meredakannya? Semestinya karena ini dipicu olehmu, maka dia akan memulai dari mengamati dan melihat reaksi yang dipicu.
Kamu tampaknya tidak menyatu di latar belakang seperti orang-orang pada umumnya. Terlalu jelas dibandingkan latar belakang yang buram. Juga dia semakin mudah menemukanmu di kerumunan. Kemampuan ini agak tidak berguna, karena kamu bukan target bisnis yang mesti dia tinjau menyeluruh.
Tetapi karena ini terkait dirinya, apakah tidak apa-apa dia melakukan eksplorasi lebih lanjut? Nilai apa yang akan dia dapatkan di ujung jalan? Pemahaman atas sifat alami emosi asing ini? Baiklah, itu tidak terlalu buruk, mungkin akan ada kesempatan dimana dia merasakan ini pada orang selain kamu.
Mari bicarakan efek dan ciri-ciri uniknya. Selain dia semakin mudah menemukanmu, beberapa hal tentang reaksi biologis bulu kuduknya lebih sering berdiri, kewaspadaan meningkat, detak jantung meningkat dan berbagai pikiran tidak berkaitan mulai muncul. Apakah ini dia terintimidasi olehmu? Tidak mungkin, dia sudah siap mati kapan saja, mengapa harus takut padamu yang bahkan tidak menyampai telinganya.
Kemudian dia juga lebih mudah menangkap gerakan kecil darimu, kamu gugup? Tidak nyaman? Penasaran? Kesal? Lelah? Semua itu benar-benar halus, mengapa emosi asing ini tidak bisa digunakan pada seseorang selain kamu? Dia akan dimudahkan membaca lawannya jika dia memiliki sesuatu seperti ini sejak lama.
Tunggu, dia memang melakukannya. Punyamu hanya terlalu jelas hingga dia tidak bisa mengabaikannya. Apa yang salah dengannya? Mengapa kamu terus muncul di kepalanya, hal-hal sepele yang bahkan tidak dia perhatikan sekarang mengingatkannya padamu!
"Kamu bertingkah aneh belakangan ini." - a
"Sungguh? Aku merasa tidak ada yang berbeda." - e
"Tidak. Kamu benar-benar membuat bulu kuduk berdiri." - a
"Kebetulan? Aku juga merasakan yang sama." - e
"Mustahil ... kamu yang disini menatapku tanpa berkedip selama 10 menit." - a
"Aku sedang dalam perenungan, yang kebetulan juga tentangmu." - e
"Aku tidak mau tahu isi pikiranmu."- a
*tidak peduli, "Jujur saja, aku berharap kamu memiliki jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini, karena ku kira, kamu adalah sumber masalahnya." - e
"Aku tidak melakukan apapun, jika ada apapun itu pasti salahmu sendiri." - a
"Kerja hebat," *sarkas. "Menyalahkan sesuatu tanpa konteks yang jelas. Tetapi biarkan aku mengemukakan beberapa kondisi yang kuhadapi." - e
"Aku seharusnya bisa memberikan label kalau semisal ini tidak jauh berbeda dengan bagaimana aku bertindak pada umumnya. Dan setelah uji air sejauh ini, aku masih tidak yakin jika ini bisa disebut kebiasaan meskipun ada banyak perbedaan." - e
"Kamu sedang delusi. Kurangi merokok atau hal-hal anehmu." - a
*tidak mendengarkan sarannya. "Percayalah, aku sempat berpikir aku semakin kehilangan akalku. Tetapi penyebabnya hanya karena kamu, bukan orang lain atau siapapun. Seperti aku tidak perlu susah payah mencarimu di kerumunan, menebak apakah kamu gugup, kesal, marah dll, atau kamu hanya sekedar disana." - e
"Kamu stalker." - a *menyipitkan mata.
"Mengapa perlu menjadi stalker jika aku praktis tinggal menekan satu tombol, dan semua informasi itu datang padaku. Oh ya, kamu terlihat lebih menarik." - e
"... kamu menggodaku?" - a
"Menarik untuk dieksplorasi. Aku penasaran, karena lebih banyak pertanyaan muncul di pikiranku dan sama sekali tidak terjawab. Apakah menurutmu kalimat itu cukup dikatakan "merayu"? Apakah kamu ingin mendengar rayuan dari sudut pandangku?" - e
"Oh, tolong. Tidak. Telingaku akan copot mendengar semua pick-up jelek itu." - a
"Baiklah, aku akan melanjutkan. Tanganku sedikit berkeringat, jadi aku perlu melepas sarung tanganku beberapa saat, lalu kecepatan jantungku juga meningkat. Aku merasa ini adalah ciri-ciri dari ketakutan, namun tidak mungkin aku terintimidasi, itu terlalu konyol, bahkan lucu memikirkan orang sepertimu mampu menghasilkan kemewahan semacam itu padaku." - e
"Kamu bilang jantungmu berdetak dengan cepat?" - a
"Ya. Sama urgensi untuk membunuh yang meningkat, kamu tahu, kertas yang disobek menjadi dua? Tetapi aku ingin melakukannya lebih kasar." - e
"Kamu ... " - a
"Jangan meringis begitu, aku yang seharusnya kesal karena kamu menghasilkan sesuatu tidak berguna terhadapku. Betapa tidak nyamannya aku karena harus menghadapi pergumulan menjengkelkan ini, bahkan saat menghindarimu, efeknya tetap ada dan semakin memburuk, jadi beruntunglah kamu Thea karena aku tidak meminta pertanggungjawaban apapun." - e *senyum jahil.
*sweatdrop "Hah ... mendengar lebih banyak dari narsisme orang gila membuatku tertular. Tapi, kamu menyukaiku, kan?" - a
"Suka? Maksudmu ketertarikan bernama suka pada lawan jenis? Hmm, hah! Aku tertarik padamu? Dengan cara itu? Bukankah kamu yang terlalu percaya diri disini?" - e
"Tidak, aku menyimpulkan berdasarkan kata-katamu sendiri. Orang dungu saja bisa sampai pada kesimpulan itu." - a
"Aku tidak mendapatkan reaksi biologis yang "itu" darimu. Tidak ada wanita yang benar-benar mendapatkannya dariku lagipula." - e
"... tidak semuanya harus menuju sex, kamu tahu, cinta yang tidak perlu bergairah dengan cara itu." - a
"Mengutip dari fiksi mana kamu? Bukankah lingkungan kita sendiri yang menjadikan sesuatu yang naif seperti cinta sejati layaknya khayalan? Ingat? Om-om jelek yang bermain-main dengan gadis muda?" - e
"..." - a
"Sudahlah, mari lupakan topik ini. Anggap aku tidak pernah membahasnya." - e
Credit:
https://www.neka.cc/composer/13723
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top