- 𝐆𝐎𝐋𝐃
(𝐧.) 𝐆𝐨𝐥𝐝
/gold/
noun
gold has served as a powerful symbol of wealth, power, and prestige.
❝ 𝐘𝐨𝐮 𝐭𝐡𝐢𝐧𝐤 𝐲𝐨𝐮 𝐜𝐚𝐧 𝐞𝐬𝐜𝐚𝐩𝐞 𝐩𝐮𝐧𝐢𝐬𝐡𝐦𝐞𝐧𝐭 𝐡𝐮𝐡? ❞
❝ 𝐈 𝐡𝐚𝐯𝐞 𝐦𝐨𝐧𝐞𝐲. ❞
Sebagai manusia yang sering melakukan aktivitas jual-beli, pasti mendengar kata 'uang' bukanlah hal yang asing di telinga kita. Masyarakat mengenal uang sebagai alat tukar untuk melakukan segala jenis transaksi yang ada di dunia.
Bahkan seorang sejarawan sejarah Amerika dan sejarah Yahudi Amerika, Edward Shapiro mengatakan bahwa uang adalah suatu benda yang umum diterima oleh masyarakat untuk pembayaran pembelian barang, jasa, dan barang berharga lainnya, serta untuk pembayaran utang.
Seorang pepatah pernah mengatakan, "uang bukan segalanya". Namun, naas. Hal tersebut takkan berlaku di dunia ini. Saking dibutuhkan dan dipuja-pujanya barang mungil ini, uang bisa menjadi pemicu pertikaian hingga kearah perang sekalipun. Peribahasa yang cocok mengenai situasi seperti ini adalah, uang memang bukan segalanya, tapi segalanya membutuhkan uang.
Penulis benar, 'kan?
Martin muda tahu bahwasannya ia kaya raya, bahkan ia bisa membeli harga diri orang lain tanpa perlu repot-repot memikirkan harganya. Namun sekali lagi, jika ia memiliki akal sehat pasti akan berpikir begini, 'ini adalah uang orangtuaku, bukan uangku.'
"Berapa banyak uang yang kau butuhkan, hm?" Ah, peduli setan. Hapus kalimat tadi yang penulis tuangkan. Bagaimanapun juga (Name) takkan pernah berpikir sama sekali darimana uang itu berasal atau dapat darimana, karena uang merupakan harga dirinya.
"A-apa maksudmu, (Name)-san..?" Pertanyaan tersebut lolos dari mulut Isogai Yuuma yang mendadak bingung, lantaran (Name) melemparkan pertanyaan yang membuatnya bingung.
Isogai menelan ludahnya secara susah payah dengan keringat dingin, hingga membuat (Name) terkekeh kecil karena tak bisa menahan rasa gemas akibat reaksi darinya.
Kedua sudut bibirnya melengkung membentuk senyuman tipis, menatap Isogai dengan tatapan dalam sebelum tangannya meraih telepon pintar dari saku rok dan mengutak-atiknya. "800 yen sudah ku transfer. Apakah sudah masuk, Yuuma?"
Kalimat yang (Name) ucapkan membuat bola mata Isogai membulat sempurna, lantas dia langsung merogoh saku celana dan membuka telepon pintar miliknya. Benar saja, baru membukanya sudah ada notifikasi bukti transfer sebesar 800 yen yang (Name) ucapkan. Apa gadis ini gila?! Kenapa uang sebanyak itu diberikan secara cuma-cuma untuk dirinya!?
"(N-name)-san- a-aku-" (Name) menutup mulut Isogai dengan jari telunjuknya, ia membuat pemuda itu terbungkam sesaat sebelum berkata, "tentu uang ini tidak gratis. Kau harus membantuku, Isogai Yuuma."
Nah kan, tidak mungkin akan diberikan secara gratis.
Dalam keheningan malam sayup-sayup terdengar senandung mendayu-dayu dari bibir mungilnya, membuat semilir angin menerpa beberapa helaian rambut yang seakan semesta mendukung kesedihannya.
Angin malam membuat udara kota Berch terasa lebih dingin, walau belum memasuki musim dingin. Bintang yang bertaburan di atas langit terlihat lebih terang dari malam sebelumnya, tentu saja karena sekarang adalah malam bulan purnama.
Mata biru berliannya yang tengah menangkap ciptaan Tuhan yang begitu indah di sana, membuat gadis berambut pirang lembut ini merasakan sesak yang ada di dadanya. Tepat 2 tahun sosok penting dalam hidupnya angkat kaki dari Negri Susu ini. Entah apa yang dipikirkan oleh mereka sehingga rela mengirimkan sebagian jiwanya ke Negri Matahari Terbit.
Lagu Matilda, karya Harry Styles berputar dalam benda mini yang menutup pintu masuk telinganya seraya memejamkan mata utuk menikmati hembusan angin malam.
"Matilda, you talk of the pain like it's all alright." Lagu yang digumamkan olehnya membuat hatinya tersayat, mengingat kembali apa yang pernah dia alami bersama dirinya. Andai waktu bisa diulang, dia hanya berharap kebahagiaan sebagian jiwanya.
"But I know that you feel like a piece of you's dead inside." Lirik yang dia senandungkan begitu serupa dengan sosoknya, sosok sebagian jiwanya. Hanya ia, hanya dirinya yang mampu membuat dia segila ini. Hanya dia.
"You showed me a power that is strong enough to bring sun to the darkest days." Nyanyian terus berlanjut, sepertinya dia juga tak berniat untuk mengakhiri lagu ini. 'Lirik ini benar-benar cocok untukmu.. namun sayangnya kaulah yang menjerumuskan diri ke jurang penderitaanmu.'
"You don't have to be sorry for leaving and growing up." Setitik embun kesedihan dan kerinduan turun tanpa permisi dari bola mata birunya, hanya membuat dadanya semakin sesak tiap detik. Entah apa yang terjadi pada gadis ini, jelas dia tak baik-baik saja.
'Setahun lagi.. tolong tunggu aku setahun lagi, El. Aku akan menjemputmu dari jurang gelap yang kau masuki.'
Tokyo, Senin 7 Juni
Udara pagi di Tokyo benar-benar menyegarkan, cocok untuk menambahkan sesi belajar tambahan untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi ujian tengah semester.
'Nikmat mana yang kau dustakan, mendapatkan sesi belajar tambahan dikala aku sibuk dengan Majelis Mahasiswa?' Mati-matian (Name) mencoba menahan senyuman, karena mendapatkan izin dari Kepala Dewan untuk tidak menghadiri rapat pra-kerja yang dilangsungkan besok sampai hari Kamis.
'Beruntung Kairi dan Yuuma mau menggantikan posisiku untuk sementara. Nanti saat hari pelaksanaan Rapat Kerjanya, tentu saja aku akan datang.'
Bahagianya hati ini bila mendapatkan libur, karena nampaknya (Name) sudah sangat stress ikut organisasi sana-sini. Namun apa daya, bila harga dirinya (baca : gengsi) terlalu tinggi menembus langit. Mungkin karena dari keluarga terkemuka di Swiss, makanya tak heran ia sedikit memaksakan diri.
"Sepertinya kau bahagia sekali ya, (Name)-chan? Sampai orang-orang di sekitarmu takut melihat dirimu tersenyum seperti orang gila." Setidaknya ketenangannya terhenti hingga ia merasakan sebuah tangan besar berada di atas kepala, lantas membuat gadis Swiss ini melirik malas karena sudah mengetahui siapa pelakunya.
"Singe.. berhenti menggangguku. Kau sama saja seperti Chien, tidak suka melihatku tenang!" hardik (Name) menghempaskan tangan laki-laki berambut merah ini dengan kasar, ia menatapnya dengan nyalang. Bahkan ia sampai melontarkan kata hewan dalam bahasa Prancis.
"Woah, woah.. tenang (Name)-chan! Aku tidak seperti lipan itu kok~" Karma menjulurkan lidahnya karena berhasil menggoda Ketua Majelis yang terkenal galak dan sombong ini.
"Huh!" Hana mendengus hidung kesal, melangkahkan kakinya lebih cepat untuk masuk ke kelas, tidak ingin diganggu Karma lebih lama. Karma tertawa kecil, lucu juga melihat gadis itu kesal. (Name) yang mudah tersinggung, sedangkan Karma yang suka menggoda. Entah kenapa keduanya sangat cocok jika dipasangkan.
Tak sedikit omongan dari para siswa-siswi, karena melihat interaksi keduanya yang cukup manis padahal masih pukul 07.00. Ah, membuat kaum jomblo berteriak iri saja.
"Lagi dan lagi.. mereka seperti kucing dan tikus."
"Gadis pemarah yang dipertemukan laki-laki suka mengejek, mereka benar-benar lucu.. "
"Duh, aku benar-benar iri~"
"Aish, kapalku mulai berlayar icibos!"
"Martin dengan Isogai-kun, Martin dengan Asano-kun, atau Martin dengan Karma-kun?"
"Aduh, jelas dengan Karma lah!"
"Enak saja! Ia dengan Isogai lebih cocok! Yang satu gadis pemarah, yang satu laki-laki penenang."
"Pala lo adudu. Jelas dengan Asano-kun, karena mereka rival dan kekasih."
"Alah, lebih cocok Martin dengan Kepala Dewan."
"Oon."
Singkat, padat, oon.
Percakapan seperti ini sudah biasa menjadi makanan sehari-hari (Name), bahkan masuk ke dalam base aplikasi X pun sudah biasa untuknya.
Enaknya menjadi orang populer ya.
"Kudengar besok kau mengambil libur saat rapat pra-kerja. Apa itu benar, (Name)-chan?" Pertanyaan tiba-tiba yang disodorkan Karma membuat kaki Hana terhenti sesaat. 'Bagaimana Karma tahu? Sedangkan yang mengetahui hal ini hanya anggota OSIS dan anggota Majelis.'
Seakan mengetahui alasan dibalik (Name) diam, Karma memberikan menyeringai bangga padanya. "Aku tahu karena aku hebat, jadi tak usah bingung seperti itu." Martin muda ini hanya bisa memutar bola mata birunya malas, malas menghadapi ocehan Karma.
"Kenapa kau bertanya demikian?" tanya (Name) yang fokus pada jalan di depannya. Peduli setan dengan Karma, dia hanya penganggu yang datang ke kehidupannya.
"Tidak ada~" Karma mengedipkan matta kirinya, sebelum kabur sambil menjulurkan lidahnya pada (Name).
Entah dosa besar apa yang gadis ini lakukan, sehingga ia dipertemukan iblis dari Jepang ini. 'Father.. pls forgive me..' batin (Name) sambil menghela nafas kecil.
Bahkan sepertinya Tuhan ikut angkat tangan soal ini, apalagi menyangkut iblis yang berdatangan dalan kehidupan gadis ini. Namun agak lucu juga, bagaimana iblis didatangi iblis.
Asap dari mulut keluar usai menyesap sepuntung rokok Gurkha Royal Courtesan yang ada di genggamannya, hingga membuat wanita paruh baya yang ada disisinya sedikit terganggu. Entah apa yang pria ini pikirkan, tetapi mata birunya tak bisa membohongi apa yang tengah dia pikirkan.
"Kau masih memikirkannya?" Pertanyaan yang dilontarkan dari wanita sebelahnya membuat dia tertegun. Untuk sesaat dia membuang remah rokok, sebelum menghisapnya kembali. "Bagaimanapun juga ia adalah anak kita."
Jawaban singkat membuat wanita berambut emas yang dipadukan mata zamrud terdiam. Dia mengangguk ringan, diikuti helaan nafas yang keluar dari bibir ranumnya. "Aku selalu khawatir kebutuhannya tak bisa terpenuhi, namun sepertinya sedikit demi sedikit ia mau berubah."
Senyuman tipis terukir dari bibir si pria, lantas membuat wanita cantik ini ikut tersenyum melihat senyumannya. "Benar. Aku mendapatkan laporan juga darinya, bahwa dia sudah tiba. Tinggal menunggu waktu kapan ia bisa sembuh total."
Wanita cantik menganggukkan kepala usai mendengar perkataan pria tampan yang notabenenya adalah suaminya. "Dari laporan yang kudapatkan juga, bahwa anak itu diam-diam bekerja lepas sebagai translator bahasa di salah satu web."
Senyuman di bibir pria itu kian melebar, tatkala mendengar apa yang istrinya sampaikan. Walau terdengar sepele, baginya ini adalah kabar paling menggembirakan dalam hidupnya.
"Ia anak berbakat.. kita harus menuntunnya kembali ke jalan Tuhan."
Pada dasarnya seseorang hanya membutuhkan sedikit bimbingan dalam kehidupan mereka.
ꔵֺ CHAPTER III ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ
ah gila cuk, orenn uda malas. alhamdulillah masi inget ni akun bjir.
semejak jadi agit, orenn uda lupa segalanya. doain aja tetep waras yh, dan kalau ada typo kabarin aja. jangan lupa vote n komen, bye bye bub
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top