[4/5]

PENGEN DICIUM EMMA SAMA SHIN. MANJIRO? GAK DULU.

Dini hari, namun Shinichiro telah bersiap untuk pergi.

(Name) berdiri di depan gerbang. Menatap anak sulungnya duduk di atas motor kemudian menyalakannya.

"Shin perginya apa gak kepagian?"

Sang putra menggeleng. Lantas setelahnya turun dari motor dan berjalan ke arah (Name). Agak menunduk, sebab perbedaan tinggi badan yang jelas jauh.

"Nggak Ma."

"Kalau agak siang, bisa anter Emma padahal."

Mengedikkan bahu, Shinichiro menatap mata ibunya.

"Kan Emma sama Mikey satu SMP. Suruh bareng aja. Shin mau buka bengkel lebih cepat. Sekalian ada yang mau dicek. Takut kena maling."

(Name) mengangguk paham. Pasalnya, seminggu yang lalu bengkel Shinichiro kemalingan. Dan pelakunya masih belum diketahui.

Mungkin sebab dingin, dirinya tak henti memeluk kemudian mengelus permukaan kulitnya. Menggosokkan telapak tangan seraya sesekali ditiup. Berharap dapat mendapatkan kehangatan.

Kini tangannya ditarik. Pemuda dengan surai hitam pendek berlutut di hadapan. Membuat sang ibu mengerutkan keningnya tak paham.

"Shin ngapa—"

Kecupan mendarat di punggung tangan. Disusul Shinichiro mengelusnya, membagikan kehangatan pada sang ibu.

Padahal biasanya nyium di pipi, ini kok tumben nyiumnya di tangan? Udah gitu pake acara berlutut segala. Macam putri-putri bangsawan saja.

"Ngapain sih?"

Shinichiro tersenyum lebar. Kemudian berdiri dan duduk di atas motornya.

"Hehe, Shin berangkat ya, Ibunda."

•••

"Bunda, Abang mana?"

Emma menoleh ke kiri kanan. Mencari eksistensi sang kakak yang kerap bangun lebih cepat. Biasanya jam segini membantu (Name) memasak, atau menemani kakek.

Lantas, kemana pula abangnya ini?

(Name) yang duduk di atas sofa bersama Kakek menoleh. Menatap putrnya yang sudah siap memakai seragam.

"Shin udah berangkat. Pagi banget, kalian belum bangun."

Emma terdiam sesaat. Berdiri di belakang sofa tempat ibu serta kakeknya duduk. Mengulum senyum, kemudian menunduk. Sementara sang ibu fokus dengan acara tv, Emma dengan cepat mendaratkan kecupan pada pipi kirinya.

(Name) diam membeku, tak menyangka akan dikecup dua anaknya sekaligus pagi ini.

Kakek di samping terkekeh, memperhatikan Emma yang dengan malu segera membalikkan badan.

"Emma sayang, tumben nyium Bunda?"

Sang putri mendengus. Kemudian menyembunyikan senyum. Berbalik, ia melambaikan tangan dan berjalan keluar.

"Pengen aja. Dah Bunda, Dah Kakek! Mikey nungguin di depan nih soalnya!"

•••

Mengetahui Manjiro akan berangkat sekolah—nganter Emma doang sih, (Name) yakin anaknya satu ini bakal bolos—sang ibu memilih untuk mengantar ke depan.

Berdiri di samping motor, netra amati dua anaknya yang telah berpakaian rapi.

Rapi dalam kamus mereka maksudnya.

"Manjiro nanti sekolah apa bolos?"

Manjiro tersenyum bangga. Kemudian ia mengibaskan rambutnya ala duta shampoo Baji, yang membuat helaiannya menusuk mata Emma.

"Bolos dong."

"Bolos kok bangga," cibir sang adik. Emma kini menyingkirkan helai pirang kakaknya dengan muka yang begitu buruk. Tampak iritasi dengan sikap menjijikkan kakaknya.

"Dih, emang kamu bakal sekolah?"

Emma nyengir.

"Kagak sih."

(Name) tepuk jidat. Punya anak gak ada yang bener. Shinichiro emang paling waras, walau kadang gilanya kambuh kalau deket ni anak dua. Emma sering bersikap dewasa, walau keseringan berujung manja. Manjiro? Jangan ditanya. Gilanya tingkat akut. Sudah tidak tertolong.

"Udah, sana berangkat."

Manjiro mengerutkan kening.

Kini netranya memperhatikan lamat-lamat kening ibunya.

(Name) yang risih memilih angkat suara.

"Apaan sih?"

Manjiro mengayunkan tangannya. Wajah sang anak tampak serius, seolah sesuatu tengah mengganggu pandangannya.

"Bun, coba nunduk deh. Ada sesuatu di atas rambut Bunda."

(Name) melotot. Dikarenakan takut bila ulat—ulat bulu apalagi—menyangkut, wanita ini dengan segera menunduk. Mendekat juga agar Manjiro bisa dengan mudah menyingkirkannya.

Namun tanpa diduga. Bukannya tangan yang menyingkirkan barang dari atas kepalanya, sebuah kecupan mendarat di kening sang puan.

"..."

"..."

Manjiro tersenyum bangga. Kemudian mengelus dagu ala-ala jamet pasar serta mengedipkan sebelah mata. Emma mengernyitkan alisnya jijik, seraya menyingkirkan imajiner bintang-bintang di sekeliling abangnya.

(Name) terdiam.

Bukan. Bukan baper.

Tapi—

"Manjiro ... kamu abis makan apa?"

—keningnya kok jadi bau?

•••

Omake

"Kok ... bau ya?"

"Hehe, yamaap. Aku kan abis makan jengkol."

"..."

"EWH, MIKEY KAMU JOROK BANGET!!!"

•••

31 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top