[5/5]

NIKAH NOMOR DUA, BUNA NOMOR SATU.

Setelah dewasa, Chifuyu memiliki pet shop sendiri. Dia dibantu oleh Kazutora—setahu (Name), dia adalah temannya yang pernah masuk penjara gara-gara maling motor di bengkel Sano.

Sore ini, (Name) memutuskan untuk datang ke pet shop sang anak. Sekaligus membawa peyoung yakisoba kesukaan Chifuyu dan Keisuke.

Membuka pintu kemudian melangkah masuk, (Name) disambut oleh taruna rupawan dengan anting di telinga kiri.

"Hanemiya?"

Kazutora tersenyum riang. Tahu kalau itu adalah (Name), ia dengan segera menyingkirkan badan. Guna memberi jalan bagi sang puan.

"Oh, halo Buna!"

Seolah (Name) adalah ibu mereka, kebanyakan teman Chifuyu memanggilnya Buna. Kazutora yang baru lepas dari kandang—keluar dari penjara, kini juga ikut memanggilnya buna.

"Halo juga. Chifuyunya ada?"

(Name) menoleh kiri kanan, mencari eksistensi sang anak, namun tak kunjung ditemukan.

Kazutora tersenyum. Mengambil alih kantong pada tangan kiri (Name), lalu ditaruh di atas meja. Ia mengangguk tanpa bertukar pandang, membiarkan wanita yang hendak mencapai usia kepala lima kini bermain dengan hewan yang ada.

"Iya. Chifuyunya ada kok Bun. Tadi lagi ke toilet dulu."

Benar saja, Chifuyu langsung keluar dari kamar mandi. Tersenyum lebar ketika bersirobok netra dengan ibunya yang tengah berjongkok.

"Buna! Dateng kok tiba-tiba? Gak ngabarin Chifuyu?"

Semenjak Chifuyu berusia kepala dua, dia menjadi jarang pulang. Walau tetap satu rumah guna menemani ibunya, Chifuyu lebih sering menginap di pet shop. Kadang bermain juga dengan Keisuke, Kazutora, atau Takemichi.

"Tadinya mau ngabarin. Cuma lupa."

(Name) menepuk-nepuk pakaiannya. Guna mengusir rambut kucing yang sempat singgah. Kemudian berdiri, menatap Chifuyu yang kini beralih menggendong kucing berambut putih.

"Keisuke mana?"

Kazutora yang tengah mengeluarkan makanan dari dalam kantong menjawab, "gak ke sini Bun."

"Oh? Tumben."

"Lagi balapan motor sama Bang Shin."

(Name) mengangguk pelan. Kalau tidak salah ingat, Shin itu kependekan dari Shinichiro. Orang pemilik bengkel yang motornya dimaling Kajut.

"Gak ikut?"

Kazutora menggeleng. Ia kini mengangkat tiga bungkus peyoung yakisoba.

"Buna, mau diseduh sekarang?"

"Boleh."

Kazutora mengangguk. Kemudian pamit dan memilih menjauh. Meninggalkan sepasang ibu anak yang kini asik dengan kucing.

"Makannya jangan di sini. Ke ruang tempat kami tidur aja yuk Bun. Ada sofa juga. Nanti kalau di sini takutnya bulu kucing masuk ke makanan."

(Name) mengangguk setuju. Masuk akal juga, pikirnya.

Ruangan yang dimaksud, ternyata cukup rapi. Agak tidak terduga, sebab kamar Chifuyu dulu berantakannya minta ampun. Harus sering-sering dibersihkan agar tidak mirip gudang.

Duduk di sofa panjang, Chifuyu datang dengan nampan berisi dua gelas. Untuk Kazutora mah nanti saja, suruh anaknya buat sendiri.

"Nih Bun. Mau kopi?"

"Pake gula?"

Chifuyu mengangguk. Kemudian duduk di seberang sang ibu.

"Iya, sedikit. Buna sukanya gitu kan?"

(Name) terkekeh pelan. Chifuyu mengetahui selera dia rupanya.

Tak meneguk kopi yang masih panas, (Name) memilih pandangi wajah sang anak. Yang kian bertambah dewasa semakin tampan, berbanding dengannya yang kian menua. Merasa waktu berjalan dengn cepat, sebab putra sulungnya telah tumbuh sebegini besar.

"Chifuyu?"

Yang dipanggil mendongak. Menatap dengan binar serta senyum pada wajah.

"Iya, Buna?"

"Kamu sudah hampir tiga puluh. Apa gak sebaiknya memikirkan masalah pernikahan?"

Kurva tipis terukir pada wajah sang ibu. Menatap hangat putranya sementara lengkung pada durja sang anak menghilang sepenuhnya. Menatap terkejut sejenak, sebelum akhirnya diam sesaat.

"Memang kenapa, Bun?"

"Ya nggak apa-apa sih. Cuma kan ini usia matang untuk nikah."

Chifuyu yang telah menyelipkan jari pada sela gagang cangkir, kini melepaskannya. Memilih untuk duduk dan berfokus pada sang ibu.

"Kalau boleh jujur, sebenarnya Chifuyu punya pikiran untuk nikah," namun kali ini senyum tipis terukir pada wajah. Membuat paras serupa (Name) tampan berkali lipat menawan.

"Cuma, kalau Chifuyu nikah, lalu gimana dengan Bunda? Kalau nikah, Chifuyu harus menanggung istri Chifuyu. Nggak bakal bisa fokus banget ke Buna kayak sekarang."

(Name) terdiam. Apa yang dikatakan anaknya memang benar dan masuk akal.

"Buna gak apa-apa, serius."

Sebab anak memang harus dilepaskan bila memng sudah waktunya.

Namun chifuyu kini terkekeh. Melambaikan tangannya seraya tersenyum lebar. Menatap hangat ibu yang disayangi, serta dia cintai sepenuh hati.

"Nikah nomor dua. Buna nomor satu!"

(Name) menggelengkan kepala. Merasa bahwa sifat kekanakan Chifuyu tak hilang.

"Ada-ada saja. Terserahmu kalau begitu."

Dan Kazutora yang membawa nampan berisi peyoung yakisoba langsung mojok. Merasa iri dengki dengan hubungan ibu anak mereka. Agaknya tak adil, sebab keluarga dia sedikit berbeda dengan yang lain. Kemudian taruna berkata dengan pelan.

"Ini semua salah Mikey."

•••

2 September 2021
©Lemo_Ra

-end

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top