𝟐𝟑.𝟓𝟑




DIA MENEMUKANNYA.













SUNYI MERENGKUH LAKSMI. Disusul karantala yang menyentuh permukaan kulit. Diusap pelan, berbagi hangat dalam senyap. Lantas dagu terangkat, menyapu pandang jalan pintas terdekat. Dirasa skeptis bila ia akan aman, namun sayangnya itu adalah satu-satunya jalan untuk pulang. Otak memilih maju. Langkah kaki kini adalah yang mendominasi pengunjung rungu dikala nyenyat.

Udara dingin tak kuasa ditahan. Sesekali bersin. Laksmi memeluk diri, napasnya keluarkan uap samar. Mungkin efek mendekati musim dingin, pikirnya.

Mendengus dikala sadar, bahwa bodoh baginya untuk kembali tanpa luaran. Ingin rasanya memutar waktu. Sang punya surai lembayung dapat pastikan untuk melapisi diri dengan dua jaketnya sekaligus.

"Sialan, si pengkhianat itu sempat-sempatnya?!"

Langkah terhenti. Lembayung cerah dengan gugup menajamkan pandang. Napas tercekat dengan refleks. Sekon berikutnya kembali tenang saat sadar itu masihlah dari manusia.

Berusaha memperhatikan dari balik bingkai kaca, siapakah pelaku yang baru saja mengumpat ditengah gang malam ini. Terkejut. Pula, merasa agak takut apabila yang didengarnya tadi sungguh makhluk yang ditakuti.

Agaknya langkah mendekat dengan ragu. Diam sejenak sebelum akhirnya daksa ikut terpaku.

Pada sosok yang mengunci pandang. Mengikatnya. Terdiam dengan ribuan hipotesa tentang apa yang terjadi pada sang punya surai merah muda. Netra amati merah yang kian menyebar. Hingga indra mencium bau tak asing, akhirnya adiratna sadar dengan apa yang terjadi.

Pria itu terluka.

Namun tungkai tak membawanya mendekat.

Melainkan melangkah mundur. Tak biarkan satu tarikan napaspun terdengar rungu. Tak hadirkan durja elok dibalik gelap. Menyelipkan bibir dicelah gigi. Maka setelahnya, daksa berbalik. Tinggalkan raga dengan tuannya yang meringis di atas kolam.

Adiratna berbalik, kala pandang telah temukan taruna di sana.

•••

18 Agustus 2021

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top