CHAPTER 28

Ketika pendengarannya menangkap suara nyaring dari dalam ruangan, Ortiz berlari tergesa-gesa. Berbaur dengan situasi familier seperti ini, Ortiz pribadi mampu menebak probabilitas kejadian yang ada di dalam ruangan. Anggap saja, dalam kurun waktu sekitar setengah bulan semenjak Marigold Anneliese menjadi penghuni rumah sakit jiwa milik Javier ini, wajar jika belum ada banyak progresivitas tinggi. Dan apa yang terjadi saat ini adalah kemunculan bentuk agresi Marigold Anneliese untuk kesekian kalinya.

Marigold tersesat pada imajinasi sekaligus realitas yang membuatnya bingung. Dia ditipu sehingga akhirnya pandai menipu diri sendiri juga. Javier pernah berkata, dalam waktu yang tak terduga, Marigold bisa melakukan hal apapun, wajar atau tidak wajar. Dia bisa terlihat santai atau menjadi figur yang putus asa.

Ingat pasal luka pertama yang Marigold miliki, goresan-goresan artistik yang melukai kulit tangannya yang cantik? Ternyata itu berasal dari garpu. Ortiz secara tidak sengaja menemukan garpu di bawah tempat tidur Marigold tatkala pria tersebut secara tidak sengaja menjatuhkan satu cetak foto.

Hanya garpu, memang, sangat sederhana, tetapi bisa menjadi berbahaya jika dimiliki orang yang pikirannya super kacau.

Jelas, tempat seperti ini sangat membatasi eksistensi benda-benda yang terkesan membahayakan. Jangankan benda, pasien-pasien tertentu bisa mencuri obat-obatan untuk dikonsumsi secara berlebihan, atau bahkan sekedar menjadikan gorden untuk mencekik diri sendiri. Barangkali jika Marigold berteman dengan pasien depresi lainㅡyang kelewat ekstremㅡ, mungkin akan ada banyak transaksi di sana. Dan Marigold pribadi yang terkesan penuh krisis memilih garpu sebagai objeknya. Tumpul, terkesan tidak membahayakan, tetapi dalam tekanan tinggi, Marigold bisa memunculkan luka.

Sesungguhnya dalam kurun waktu singkat ini, barangkali Marigold sudah nyaris melakukan hal gila sebanyak dua kali. Tidak intens, memang. Tapi ... dasar Ortiz goblok!

Barangkali terkesan bodoh, tetapi orang putus asa bisa melakukan apapun. Marigold ingin pergi, tetapi ada banyak karsa untuk bertahan. Marigold bahkan mengubah jawaban soal keinginannya untuk melakukan hal berbahaya dari angka enam menuju angka empat. Tidak cukup ekstrem. Mengetahui bahwa jendela kamar diberikan pagar, sulit bagi Marigold melakukan hal ekstrem, baik lompat secara bebas atau sekedar memecahkan kaca jendela dan menjadikan pecahan kaca sebagai instrumen bunuh diri. Tempat ini sangat aman. Entah bagaimana caranya Marigold menyelundupkan barang umum seperti garpu, gunting, hingga gelas kaca.

Ortiz nyaris berpikir gila sebelumnya. Insiden kedua dengan benda seperti gunting. Benar, Marigold tidak sepenuhnya tersesat. Ada sesuatu yang invisibel yang membuatnya tidak ingin melakukan hal lebih. Alih-alih membuat diri sendiri tertusuk secara barbarik, Marigold hanya merepetisi kegiatan pertama, hanya membuat luka-luka. Dia seolah hanya membutuhkan rasa sakit.

Mengumpat dalam kalbu, Ortiz menarik tubuh Marigold, menghindari kegilaan versi baru di mana perempuan ini akan kembali membuka segmen menyakiti diri sendiri menggunakan pecahan kaca. Bisa dikatakan Marigold Anneliese sangat bertenaga jika dikaitkan dengan karsanya untuk melakukan agresi. Kadang-kadang perawat kepayahan, hingga terpaksa memberikan borgol, yang mana itu tidaklah efektifㅡdia sangat takut dengan benda itu. Namun, kehadiran Ortiz sedikitnya dapat membantu. Dia yang memberikan poin-poin traumatis, sehingga dia yang finalnya memahami bisa menghindari beberapa opsi terlarang. Alhasil, kendati melakukan hal semacam itu, Ortiz hanya memeluknya.

Lagi, Ortiz goblok.

Jika harus jujur, kadangkala Ortiz berpikir. Marigold menerima eksistensinya, terkesan menipu dirinya sendiri di saat dia sendiri merasa sangat takut pada Ortiz. Memang ada afeksi, kecintaannya pada Ortiz sangat besar, tetapi kepercayaannya mungkin sudah banyak pupus. Hal itu yang membuat Marigold terkesan ekstrem saat tidak ada supervisi. Ortiz harusnya menyerah saja, bukan? Sejak awal dia ingin menyiksa Marigold, dan mimpinya sudah kesampaian.

Namun, sial sekali, keegoisannya meningkat drastis. dia Tetap menginginkan Marigold. Marigold hanya terlampau tersesat atas kejahatan yang Ortiz dan keluarganya berikan, terkontaminasi rasa sakit sehingga harapannya pupus. Tapi apa? Pada umumnya, Marigold mengakui rasa butuhnya pada Ortiz. Jika Ortiz pergi, mungkin Marigold mereda, tetapi kontras dengan itu, mungkin juga jika dia akan semakin merasa dikhianati lebih dalam.

Sungguh, kepelikan yang mutlak.

"Anneliese, Anneliese, tenang." Ortiz mengekspresikan formasi ketenangan.

Ada banyak ilustrasi monokrom, atau memang gambaran itu yang sepanjang hari dilihat oleh Marigold. Marigold seolah memakai pil dengan ramuan gelap yang membuat pandangannya menjadi tidak berwarna. Kesedihan dan kekosongan adalah poros utamanya. Marigold masih menangis atas isu spesifik yang samar-samar. Kadang-kadang berniat untuk melepaskan diri. Jika bukan karena kekuatan tubuh dan kekuatan penyesalan Ortiz, Marigold bisa lepas dengan bebas, mengejar perawat yang telah mengambil barangnya, dan berakhir dengan luka lagi.

"Aku takut." Marigold bergumam, tersedu-sedu, menumpahkan ketakutan invisibelnya.

Ortiz nyaris menjawab. Sejemang dia terpaksa melirik ke samping, Javier Romano eksis di luar, baru sampai untuk sekadar memeriksa atmosfer.

Merasa bahwa agresi itu berubah menjadi longgar perlahan-lahan, Ortiz mulai melonggarkan pegangannya, "Marigold, hal apa yang membuatmu takut?" Sedikitnya Ortiz menerapkan beberapa cara Javier, setidaknya untuk membuat Marigold melepaskan masalahnya.

Marigold menangis kecil. "I feel worthless ."

Kau tidak berharga. Sampah. Kotoran.

Mendengar satu kalimat itu sudah cukup besar pengaruhnya pada Ortiz. Menyesal. Walaupun kesulitan Marigold sudah dipupuk sejak lama oleh Francise, mengulang kesalahan setelah kesehatan mentalnya membaik, tetapi Ortiz berkontribusi untuk memberikan klimaks.

Marigold cukup handal untuk membungkam Ortiz sejenak. Dia tahu harus menjawab apa, memberikan perkataan indah untuk menyemangati, tetapi dia sibuk mengumpati diri sendiri. Kalau bukan karena gestur Marigold yang menyadarkan lamunannya, dia bisa kukuh menyanyikan diksi-diksi tololnya di dalam hatinya sendiri.

Marigold melonggar, pelan-pelan ingin jatuh ke lantai. Energinya terkuras lebih cepat. Hingga kemudian Ortiz membawa Marigold untuk kembali berbaring di tempat tidurnya. Hal itu membuat atmosfer sunyi sejenak. Marigold mulai meregulasi sistem pernapasannya, sementara Ortiz memusatkan atensi pada Marigold.

Ortiz tahu, bukan hanya impak dari kesehatan mentalnya yang terganggu yang mutlak membuat Marigold semakin rapuh, kendati sudah ada progresivitas bagus, melainkan sebab adanya impak dari pregnansi. Sebenarnya Ortiz pribadi belum mengetahui umur kandungannya secara eksak, dia tidak tahu jadwal period gadis ini atau tidak pernah memeriksanya kepada dokter yang punya responsibilitas. Ortiz sebenarnya nyaris berpikir jika Marigold sudah menyadarinya. Kendati kesehatan mentalnya membuatnya rapuh dan sulit berpikir, ada posibilitas untuk perempuan itu menyadarinya. Kadang-kadang Ortiz ingin mengumbar beritanya, tapi dia takut jika Marigold bereaksi pelik.

Menatapi Marigold, Marigold sudah nampak rileks. Otaknya selalu bergerak cepat untuk berpindah dari satu perasaan ke perasaan lainnya atau dari satu isu ke isu lainnya. Meski memang iras sedih dan kosongnya tetap menjadi ekspresi utama. Di situ Ortiz memberikan kurvanya, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah diberikan secara tulus untuk Marigold. "Marigold, kau bahkan lebih berharga daripada harta karun." Menurut pemikiran Ortiz setelah mengetahui jawaban dan kebenaran. "Ada banyak hal yang indah yang disukai olehkuㅡwarna hitam, uang, banyak hal. Then, there is a flower called marigold, bunga yang cantik dan berharga dengan mahkota kuning keemasannya. Aku menyukai itu. But there is another marigold, kau, Marigold Anneliese, lebih-lebih cantik dan berharga. Kau pantas untuk mendapatkan kemenangan."

Dengan begitu, sketsa senyum terpatri indah dari bibir Marigold. Ortiz percaya bahwa sesungguhnya kepercayaan Marigold padanya sangat minimㅡOrtiz selalu mengkhianati kepercayaannya. Terlepas dari itu, apa yang disampaikan Ortiz tersampaikan manis pada hati dan pikiran Marigold.

"Dan jika kau berbohongㅡ"

Ortiz menggeleng, tertawa kecil, "Mengapa aku harus berbohong?"

Marigold membalas, "Karena kau selalu melakukannya."

Ortiz goblok.

"Dengarkan aku, aku meminta maaf, aku tidak menyabotase apapun lagi, aku sungguh meminta maaf. Namun, aku bersumpah, kau sangat berharga. Aku ingin kita melakukan lebih banyak konversasi, membuatmu tertawa, merasa sangat dihargaiㅡbahagia," katanya. "Dan kau tahu, Marigold Sayang, setelah aku menyadari jika aku sangat mencintaimu, aku merasa sembuh."

"Tapi kenapa?" Marigold bertanya lugu.

"Aku salah. Aku minta maaf."

"Aku lelah," gumam Marigold.

Terlampau goblok, harusnya Ortiz belajar untuk mengenali hatinya sendiri.

Tapi, memang, Ortiz Romano terlahir untuk menjadi orang jahat. Kebodohannya meningkat secara signifikan setiap saatnya.

Ortiz membalas, "Aku di sini menyemangatimu Marigold, akuㅡ"

"Panggil aku Rosemary." Marigold menyela.

"Tidak."

Kukuh, Marigold merepetisi, "Panggil aku Rosemary."

Sesungguhnya, jika harus mengikuti kata hati dan watak alamiah, dia bisa meninggikan suaranya. Ortiz Romano itu keras. Terlampau tidak suka jika pernyataan afirmatifnya harus digaungkan berulang-ulang. Namun, kebenaran-kebenaran memaksanya untuk berubah, setidaknya berubah hanya untuk Marigold. "Tidak akan pernah lagi. Kau Marigold Anneliese." Ortiz mengambil satu tangan perempuan itu, memegang lembut seperti biasa. "Tidak ada satu orang pun yang berkata bahwa kau tidak berharga. Kau sangat diapresiasi dan dicintai."

"Tidak. Itu bohong," balas Marigold, lemah.

"Kau mungkin tidak percaya padaku. Tapi kau harus percaya bahwa kau dicintai."

Selanjutnya, Marigold tidak membalas. Netranya fokus pada tangan Ortiz yang menggenggamnyaㅡsebuah genggaman sepihak sebetulnya. Ada segmen penghayatan masif di sana, sampai tahu-tahu membuat Marigold tergugah untuk membalas kendati terkesan longgar. Bukan berarti Marigold memercayai Ortiz, tetapi spirit baik yang ditransfer Ortiz melalui kata-katanya cukup efektif menggugahnya untuk melakukan itu. Barangkali itu mempengaruhi perasaan afeksinya juga.

Tapi kemudian Marigold menimbulkan impresi kegelisahan sedikit. Genggaman yang baru tercipta langsung terputus lagi saat Marigold berusaha untuk berbaring telentang, kembali menyamping, hingga berakhir duduk bersandar. Bukan soal mentalnya, indikasi pregnansinya lebih jelas. Dobel rapuh dan kepayahan. Dia banyak mendesah kecil, merasakan keluhannya yang mengganggunya.

Tapi, Ortiz penasaran, apa mungkin Marigold benar-benar tidak menyadari pregnansinya?

"Marigold."

Marigold memandangnya cepat. Berdeham kecil, menimbulkan suara lembut yang berhasil memberikan vibrasi menyenangkan di hati Ortiz.

"Bagaimana jika kita pergi ke taman?"

Marigold menggeleng. "Aku lelah."

Sialan.

Marigold menambahkan, "Aku ingin istirahat." Dia tidak menatap Ortiz. "Maaf, Ortiz."

"Tidak apa-apaㅡ"

"Dan aku ingin sendiri." Sial. Sial. Sial.

Sebab rupanya natur melodramatisnya kembali menghampiri.

Tetapi memang Ortiz terpaksa mesti pergi. Dia tidak bisa menghendaki banyak hal untuk dituruti Marigold, bahkan jika itu hanya sekadar berdiam diri di taman. Marigold menempuh masa kritisnya lagi, ditambah beban pregnansi yang agaknya membuat perasaannya kacau juga. Pun setahu Ortiz, Marigold akan kembali melakukan konsultasi rutin lagi. Konklusinya, Ortiz harus memberikan privasi pada gadis itu.

Ortiz pula terpikirkan sesuatu yang kontroversial baginya, bahwa sesungguhnya Marigold ingin benar-benar melarikan diri dari Ortiz. Entahlah, Marigold cukup tidak jelas. Tapi, agaknya, ada sesuatu niat besar pada Marigold untuk benar-benar lepas dari Ortiz, entah sementara atau permanen.

Meski dalam sebuah garis predestinasi ada sesuatu yang menarik interes. Konsultasi baru, Marigold memang menunjukkan progresivitas. Sedikit. Kendati sialnya angka empat malah berubah menjadi lima, menjelaskan dengan jelas tentang mengapa Marigold sempat ingin menyakiti dirinya sendiri lebih keras dengan pecahan-pecahan kaca dari gelas yang dia curi dari antah berantah. Marigold sebenarnya menunjukkan kekacauan, rasa bingung, dan juga pemberontakan, tetapi bisa dikatakan juga bahwa itu merupakan bentuk kejujuran. Namun, sepenuhnya itu masuk akal, senada dengan insekuritas Ortiz sendiri. Dalam hal ini, Javier sendiri memberitakan isu itu padanya, bahwa katanya, "Marigold telah menyadari kehamilannya. Dia ingin aborsi."

Dan lima adalah angka yang masuk akal.

[TBC]

karena marigold sudah sadar kalau dia lagi isi, dia otomatis kacau lagi. ibu hamil aja bisa stres, apalagi marigold yang dasarnya kena depresi. bener-bener merasa direndahkan, walau di sisi lain lain lagi-lagi jatuh cinta sama ketenangan ortiz.

ah, fyi, sudah mau tamat, lho.

selama ini aku hanya memberikan gambaran stabil dan tidak stabilnya marigold selama masa pemulihan di tahapan resolusi ini, sekaligus memperlihatkan bagaimana si ortiz ini memperbaiki kejahatannya ke marigold. setting waktunya juga nanti langsung loncat berbulan-bulan kemudian.

lebih percaya apa:
a. ortiz beneran tulus memperbaiki.
b. main-main lagi seperti episode awal.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top