CHAPTER 26

"Aku memiliki penawaran bagus."

Ortiz tidak pernah memikirkan konsepsi rumit pasal keluarga Francis yang problematik. Bahkan setelah Jovovich Ivanov bertandang ke rumahnya, Ortiz pribadi tidak begitu memikirkan probabilitas lain atas diskusi itu lantaran pikirannya fokus pada gadis bungsu Francise itu. Namun, rupanya ibu dari para gadis kembar itu persisten mengacaukan ranah pribadi. Jika biasanya Jovovich tidak ingin berkorelasi lagi dengan Ortiz, sepertinya kini dia terpaksa harus melakukannya. Pun agaknya Ortiz juga harus menjauhi egonya sendiri demi bisa menaruh kepercayaan balik.

Pulang dari pertemuan bisnis, Ortiz sudah menemukan kehadiran wanita tersebut di halaman rumahnya. Dia ingin kembali membuka diskusi pasal Marigold Anneliese. Kepergian Marigold yang tanpa indikasi itu rupanya sangat mengancam Francise sehingga mereka rela datang pada musuh secara rutin. Terlebih agaknya Jovovich ini terlampau imbesil dan minim kekuatan sehingga tidak bisa mengorek rahasia besar pasal Daphne Francise.

"Penawaran?" Jovovich memandang hesitasi.

"Aku akan dengan rela menunjukkan riwayat kejahatan Daphne Francise, membuat bisnis keluargamu selamat dari wanita problematik itu, dan memberitahu eksistensi Marigold kepadamu, dengan syarat tertentu." Ortiz memberi jeda. Sesungguhnya dia tidak peduli pasal bisnis Francise. Tidak menarik lagi. Namun, sehubungan ini berkaitan dengan Marigold Anneliese, Ortiz akan mencoba memberikan kontribusi dan pembuktian atas kesungguhannya, "Marigold bebas memilih apakah dia akan melanjutkan masalah soal pewaris atau tidak. Jika dia memilih untuk menggantikan Rosemary, dia akan melakukannya dengan jati dirinya sendiri. Aku juga akan dengan sangat suka rela mengajarkannya, bisnis, food and beverage things, dan segalanya. Dalam kondisi itu, aku juga akan menawarkan persaingan secara sehat dengan benefit yang menjanjikan."

Namun, sebenarnya dari sisi Jovovich Ivanov, dia sangat meragukan kebaikan seorang problematik seperti Ortiz Romano. Mengingat pernah sekali Ortiz lakukan secara serius untuk merobohkan fondasi Francise, sulit bagi Jovovich memercayainya.

"Sebenarnya dasar apa yang membuatmu peduli pada Marigold?"

Ortiz tertawa kecil. Pertanyaan unik.

Dengan begitu, kendati membalas, Ortiz malah memberikan pertanyaan balik dengan konsep yang nyaris sama, "Jika begitu, dasar apa yang membuatmu membenci anakmu sendiri? Bahkan dulu, kalian semua terang-terangan mencuci otakku untuk membencinya."

Kontras. Wanita di hadapan terdiam.

Menurut visi tak berdasar Jovovich Ivanov, dia tidak memiliki alasan apapun. Sebuah kebodohan umum saat orangtua membenci anaknya sendiri, padahal tidak ada basis konkret atas itu. Sebab, memangnya apa kesalahan Marigold Anneliese yang bahkan telah dibenci semenjak kecil? Marigold tidak memiliki kesalahan apapun.

Sayangnya wanita itu membalas dengan konsepsi pembelaan diri, "Dia tidak berguna."

"Ya sudah, kalau dia tidak berguna, jangan mencarinya kembali," balasnya,

Skakmat.

Jovovich menyela, "Kau membencinyaㅡ"

"Ya, karena keluarganya membentuk dirinya menjadi sosok antagonis yang sangat layak untuk dibenci. Aku akui dia amoral dan tidak teratur. Hanya saja, kembali ke poin semula, keluarganya yang membentuknya. Dan sial, kenapa aku bisa-bisanya termanipulasi?" Sebab jika wanita ini bisa membela diri, maka Ortiz juga bisa melakukannya.

Jovovich diam. Ortiz memang bisa terkesan intimidiatif di depan siapapun.

Ortiz pula tersenyum, memanaskan situasi, "Coba terangkan pola kejahatan Francise pada Marigold Anneliese." Satire.

Ortiz memang penjahat yang selalu menyakiti Marigold. Setidaknya, dia telah menyadari beberapa poin yang harus diperbaiki. Menyinggung Jovovich sama saja dengan menyinggung dirinya sendiri, sebab keduanya sama-sama jahat pada Marigold. Hanya saja, siapa lagi yang akan menyadarkan orang Francise jika bukan seseorang seperti Ortizㅡorang yang sama-sama pernah tersesat?

"Sialan."

Lagi, Ortiz melolongkan tawanya. "Tidak masalah. Aku memahaminya."

Pernahkah Ortiz berkata jika Marigold Anneliese banyak bercerita? Ortiz memang terkesan tidak peduli dan seolah tidak mendengarkannya, tetapi sesungguhnya hal-hal itu tersimpan baik di memorinya, dari mulai cerita-cerita bodoh hingga isu serius.

"Yah, kalaupun kau tetap tidak menganggap eksistensi Marigold, aku akan dengan senang hati mengklaimnya secara penuh. Toh, dia juga sedang hamil anakku," katanya, "sesungguhnya aku sangat tidak yakin jika orang seperti Daphne Francise bisa mengurus Francise dengan baik atau tidak. Terlebih jaminannya adalah nyawamu dan nyawa suamimu. Karena ... sungguh, jika Marigold diajari dengan waras dan benar, tanpa harus mengubah identitasnya, dia bisa melakukannya dengan baik. She has the potential."

Jovovich juga secara aktual tersesat akan sesuatu yang tak berdasar. Turbulensi. Fakta soal kebusukan Daphne Francise terasa masuk akal, tetapi di sisi lain ada keyakinan aneh yang membuatnya sangat memercayai adik suaminya tersebut. Otaknya seolah memujanya. "Kau dan Daphne tidak ada bedanya."

"Tidak," balas Ortiz tegas. "Aku korban Daphne, omong-omong."

Wanita di hadapan tidak menjawab. Lagi-lagi ada relapan kontemplasi.

Ortiz sendiri sebetulnya tidak ingin menunggu lama-lama, dia memiliki perencanaan-perencanaan baru untuk konsep perbaikannya dengan Marigold. Tetapi secara terpaksa dia menunggu, membuang waktu, di mana Jovovich seolah sangat keberatan untuk membebaskan Marigold, anaknya sendiri. Meski beruntung itu tidak membutuhkan waktu lama. Barangkali Jovovich menyadari esensi buruk yang disebarkan oleh Daphne. Hingga dia final memberikan konklusi, "Aku menyetujuinya."

Ortiz tersenyum puas. Tapi, tahu-tahu dia menambahkan poin, membuat kesepakatan menjadi lebih kompleks. "Oh, satu lagi. Syaratnya, Marigold akan tetap bersama denganku. Pria manapun yang telah direncanakan untuk dijodohkan dengannya, batalkan."

Segenap hati, Jovovich tertantang untuk berseru hebat, netranya mutlak membelalak kaget. "Menikahinya? Dia masih muda!"

Ortiz tertawa kecil, "Apa aku bilang aku akan menikahinya sekarang?"

Dan, sialan. Orang-orang akan selalu bodoh di depan Ortiz. Jovovich paham itu.

"Kau mengkhianati Rosemary, kau bisa melakukannya pada Marigold."

Pria itu mengangguk. Bukannya merasa bersalah atau berdosa, pria ini kukuh dengan natur angkuhnya seolah kesalahan itu merupakan prestasi. "Karena ternyata Marigold lebih atraktif ketimbang saudarinyaㅡ"

"Karena kau bisa bebas bercinta dengannya dan memanfaatkan rasa cinta polosnya itu."

"Ada benarnya, tetapi kurang tepat."

Jovovich menghela napasnya, sangat tidak enak hati. "Tidak bisakah kau memilih perempuan yang seumuran denganmu?"

Ortiz hanya mengangkat alis.

Pun pada dasarnya, Jovovich juga tidak memiliki pilihan yang lebih waras. Tawaran Ortiz pasal bukti kejahatan Daphne Francise sangat menarik hatinya; dia penuh tasa penasaran. Sebab benar, nyawa jaminannya. Jika wanita itu bisa menjadi alasan kesakitan yang ditanggung anak-anaknya, maka tidak aneh jika di masa depan Daphne akan melakukan hal yang sama pada Jovovich atau Russel. "Sepakat."

r e c o v e r y

Kekhawatiran Ajax Scheiffer benar-benar terjadi, yakni mengenai ketidaktulusan lingkaran pertemanan Marigold.

Bukan pasal Alaska Haze ataupun Esme Primrose. Alaska Haze yang menarik diri dari lingkup pertemanan memang terkesan mengganggu dan mencurigakan, tetapi setidaknya dia tidak menimbulkan masalah. Toh, rupanya dia sedang ada masalah terkait Sir Jamie dan orangtuanya. Kemudian, Esme Primrose, untungnya perempuan itu masih ingat didikan orangtuanya sendiri pasal apresiasi. Masalah utamanya ada pada sosok Ruho Kim, lantaran wanita itu sibuk menebarkan gosip pasal Marigold, baik secara direk atau melalui dunia maya. Dia bahkan tidak memberikan rasa iba selain mengubah fakta kondisi depresi Marigold menjadi gila.

Pria tersebut jelas dibuat naik pitam. Walakin sesungguhnya tidak ada waktu baginya untuk mengurusi biang polemik. Toh, sebenarnya untuk pertama kalinya Ajax merasa puas akan kontribusi Ortiz, sebab pria itu menghentikan rumor dan memberikan hukuman pada Ruho.

Namun, persetan dengan konflik picisan dengan titel pengkhiatan pertemanan itu, Ajax ditemani dengan Esme ingin mendatangi Marigold dengan kondisi tenang.

Sesungguhnya Ajax bisa saja datang sendiri. Hanya saja, lantaran sangat dikhawatirkan jika kegilaan Ajax muncul saat masih diperjalanan, yang mana sangat membahayakan, alhasil Esme ikut. Harusnya Alaska bisa meluangkan diri, tetapi perempuan itu sedang kelabakan.

Ini akhir pekan, kesempatannya.

Ini pertama kalinya dia datang, sehingga dia tidak komprehensibel atas kondisinya. Membawa diri ke tempat Javier Ortiz adalah hal utama. Ajax juga sebenarnya tahu-tahu penuh keraguan. Barangkali sebab penurunan vitalitas dan daya pikir, atau karena tiba-tiba dia mempertimbangkan konflik soal perselingkuhan yang sangat dia benci, akhirnya dia lebih banyak tidak stabil.

"Kau belum memberikan informasi."

"Ada progresivitas." Javier memulai. "Tidak ada maksud untuk melakukan desersi di sini, tetapi progresivitas itu dibantu sebab eksistensi adikku. Program untuk Marigold berjalan baik."

Sebenarnya itu kondisi yang sungguh rumit bercampur eksentrik tatkala biang polemik seperti Ortiz Romano pada akhirnya bisa membuka pikiran Marigold. Entah sebab adanya rasa khawatir, terancam, atau takut, pada hakikatnya Marigold berakhir membuka diri.

Tapi Ajax Scheiffer yang sebenarnya penuh insekuritas sulit untuk mempercayai itu. Ortiz Romano adalah pemain drama terhebat di kehidupan Marigold. "Kau memercayai Ortiz? Dia alasan kesakitan Marigold, bukan?"

"Sebentar ... Ortiz?" Esme menginterupsi, tetapi untuk sejenak, perempuan ini seolah invisibel. Baik Ajax atau pria psikiater di depan tidak menanggapinya selain hanya memandangi. Meski sebenarnya tahu-tahu dia bisa memberikan asumsi final yang begitu mencengangkan setelah melihat tag nama Javier di hadapan.

Javier pula terkekeh. "Aku juga cukup khawatir. Tetapi itulah yang terjadi. Di sisi lain, Marigold telah menyatakan secara jujur jika dia takut pada Ortiz, tetapi dia juga mengatakan pernyataan yang kontras. Bukan hanya butuh, Marigold mencintainya. Tapi, aku tidak menyimpulkan jika cara ini seratus persen efektif, segalanya tergantung kejiwaan Marigold. Mungkin, di masa depan, dia tidak ingin bertemu dengan Ortiz. Kami mengontrolnya dengan baik."

Kini Ajax paham. Dia hanya berperan sebagai batu loncatam saja.

Javier menambahkan, "Ortiz juga kini membantu memecahkan masalah bisnis keluarga mereka. Jika memang ada niat baik di sana, Ortiz tidak akan mengancam Marigold. Terlebih, barangkali dia menyadari kesalahannya. Orang lain mungkin akan pergi dan menyerah. Ortiz Romano tidak akan melakukan itu, dia mengklaim kecintaannya pada Marigold sebagai sesuatu yang asli, dan semua orang tahu bahwa Ortiz itu sangat egois. Dia tidak akan mundur begitu saja. Terlebih soal pregnansi, secara tidak sadar, Marigold membutuhkan tangan-tangan Ortiz. Ortiz juga ingin bertanggungjawab atas kehamilan itu. Selagi tidak ada tanda merah atau bahkan hitam, aku tidak bisa membuat mereka terpisahkan."

Skakmat. Ajax merasa sangat kalah.

"Boleh jika aku menemuinya?"

"Hanya jika kau tidak keberatan atas eksistensi adikku," katanya.

Lagi. Skakmat.

"Tidak masalah."

Ada banyak penyakit hati. Ajax Scheiffer bisa dengan bebas meloloskan lebih banyak agresi atas ketidaksukaannya pasal relasi Marigold dengan Ortiz. Ortiz membahayakan perempuan tersebut, itulah fakta yang Ajax ketahui sebelumnya.

Ajax pribadi sesungguhnya tidak cukup siap untuk melihat situasi di ruangan Marigold tatkala ada orang gila tersebut. Kalaupun tidak ada bentuk intimasi selain hanya gambaran kesedihan Marigold seperti biasanya, itu tetap akan menyakitinya. Antara Ajax Scheiffer dan Marigold Anneliese, hanya Ajax yang menaruh afeksi lebih, sehingga porsi sakitnya lebih terasa.

Membuka pintu sedikit, Ajax mendapati gambaran nyata afeksi Marigold dan Ortiz. Dia tidak bisa memberikan kesimpulan apakah Ortiz tulus atau tidak, tetapi Marigold menerima kontak. Kalaupun pada kenyataannya Marigold Anneliese tengah menangis tersedu-sedu, tetapi eksistensi Ortiz tidak terkesan mengancamnya.

"Kuharap tidak ada keributan." Javier menegaskan.

Ajax yang ragu memilih untuk menutup pintu. "Mungkin menunggu Ortiz tidak ada. Marigold terlihat nyaman."

"Dia bisa terlihat nyaman dan histeris pada waktu yang tak terduga, menginginkan hidup atau mati pada waktu yang tak terduga, atau apapun itu yang oponen." Menjeda, Javier melihat banyak raut rapuh di wajah Ajax. Dia memahami relasi Ajax dengan Marigold, meski tidak mengetahui status pastinya.

Ah, sial.

Tatkala ada niat untuk menyembunyikan eksistensi diri, Ortiz secara mendadak keluar dari ruangan Marigold. Dengan memegang sebuah ponsel yang terindikasikan tengah terhubung atas panggilan tertentu, sudah pasti pria itu memiliki hajat tersendiri. Ortiz pribadi terkejut akan eksistensi orang lain di luar pintu kamar Marigold. Meski untuk sementara waktu dia menahan reaksi sebab urusan bisnis di panggilannya sebentar, sebelum akhirnya pria beradikuasa itu kembali menunjukkan kesombongan.

"Aku keluar untuk panggilan bisnis, tetapi ternyata ada kejutan."

"Mereka hanya ingin melihatnya," sahut Javier, menyejukkan situasi.

Ortiz mengangguk, tersenyum, "Sebagai teman, sudah seharusnya," katanya. "Silakan. Aku tidak keberatan. Aku juga memiliki urusan dadakan. Be my guest." Seperti biasa, sombong. "Pahami batasan. Marigold Anneliese adalah gadisku."

Sementara Ortiz Romano pergi ke luar untuk melakukan bisnis dadakannya, Ajax pribadi direk untuk memasuki ruangan Marigold bersama Esmeㅡdi mana perempuan tersebut tidak memahami kondisi yang tengah terjadi. Sebuah keberuntungan unik baginya. Bisnis dadakan Ortiz membuat situasi menjadi terasa longgar.

Mendekati dan mengobservasi setelah memasuki ruangan, Marigold Anneliese rupanya telah berubah terbaring seraya memeluk boneka yang barangkali dibawakan oleh Ortiz. Perempuan itu sudah terlihat rapih dengan selimutnya. Marigold paham jika Ortiz pergi meninggalkannya, kesepian mendorongnya untuk kembali terbaring semakin melodramatis.

Memanggil sekali setelah beberapa menit sunyi, Marigold menoleh ke belakang. Ekspresinya begitu absurd. Ajax pula direk berbicara, tersenyum begitu ceria, "Marigold, aku merindukanmu. Aku datang kemari bersama Esme untuk menyemangatimu."

Ajax mendekati Marigold sementara perempuan tersebut konstan terdiam, memandang aneh Ajax dan Esme secara bergantian. Ajax pula hendak memandangi figur tersebut, tetapi netra Ajax malah tertarik pada objek lain, yakni beberapa cetak foto di dinding yang menunjukan intimasi Marigold dan Ortiz. Adapun Javier berbisik saat itu, bahwa foto itu hadir karena permintaan Marigold. Sehubungan Marigold percaya bahwa Ortiz membuatnya aman, jadi dia menghendaki adanya eksistensi foto-foto itu. Jelas, kembali patah hati, Ajax refleks memberikan ekspresi tak suka yang sangat kentaraㅡmerasa sangat tidak adil. Dan agaknya Marigold menyadari itu hingga tahu-tahu ekspresinya kalang kabut seolah terkena impak tornado.

Perempuan itu menunjukkan kesedihan lebih masif secara mendadak, membentuk pertanyaan besar di benak pria Scheiffer tersebut. Ekspresinya meloloskan banyak hal kompleks yang akhirnya tidak bisa terpetakan. Hingga akhirnya, Marigold cepat-cepat mengambil foto-foto yang tertempel di dinding untuk segera disembunyikan di bawah bantalnya, termasuk segera memutus kontak dengan Esme dan Ajax sendiri. Tingkahnya sangat aneh dan berantakan. "Ajax, kau mempermalukanku dan membuatku takut. Tinggalkan aku sendiri."

"Hei, aku tidak mencoba mempermaluㅡ"

"Pergi! Kau tidak menghargaiku! Kau mempermalukanku! Kau membawa orang yang tidak tahu masalahku!"

Akhirnya, Ajax Scheiffer berpikir gila, hasil dari ketidakpuasannya sendiri. Terserah kalau begitu. Persetan dengan segala batasan Ajax, lagipula Ajax tidak ingin bersama dengan seorang yang berselingkuh darinya.

esme cuma bisa bengong di sini.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top