CHAPTER 23

"Kenapa aku dibawa ke sini?"

Sesungguhnya, Marigold sudah bertanya itu ribuan kali. Marigold dengan begitu kukuh selalu menanyakan hal tersebut. Javier Romano sendiri telah memberikan jawabannya, kendati jawaban yang dia berikan bukanlah jawaban yang pastiㅡmasih sebatas hipotesis. Alhasil, alih-alih menjawab dengan jawaban yang berhubungan dengan pertanyaan repetitif, Javier membelokkan konversasi ke arah lain. "Ceritakan padaku, apa yang kaurasakan akhir-akhir ini?"

Marigold sendiri duduk dengan kondisi yang sebenarnya seolah minim semangat, tetapi dia masih cukup mampu untuk membuat reaksi-reaksi yang menunjukkan impresi sensitif hingga bersikap gelisah. Berbeda dengan agresi berlebihan yang terjadi di rumah Ortiz, Marigold kini lebih banyak berdiam diri tanpa ada keinginan untuk banyak-banyak berkonversasi. Marigold Anneliese seolah ditahan untuk diam.

Marigold menjawab singkat, "Baik."

Jauh dari pemahaman Marigold sendiri, sadar ataupun tidak sadar, kelemahannya tatkala dia berhadapan dengan Ortiz, yang jelas membuatnya sulit menunjukkan ekspresi dan perasaan pribadi, berimpak sesuai di kemudian hari. Dia harus terlihat baik-baik saja, alih-alih harus berterus terang tentang seberapa tertekannya dia. Walau Marigold bersikukuh untuk rutin menangis atau merasa sangat ketakutan akan suatu hal tak nyata, atau masih rutin tertidur dengan habit tidur berjalannya, atau bahkan mulai terpikirkan untuk membunuh dirinya sendiri, Marigold akan tetap menjawab bahwa dia baik-baik saja. Dia banyak menipu dirinya sendiri dan orang lain.

Namun, ekspresi Marigold sama sekali tidak bisa menunjukkan kebohongan. Eksis banyak warna hitam di sana. Hitam adalah warna yang terpancar dari pandangan dan kalbunya. Marigold menahan banyak sakit sehingga membuat dirinya sendiri terkesan menahan siksaan. Barangkali apa yang berada di pikiran Marigold adalah eksistensi Ortiz Romano yang telak memaksanya untuk menjadi gadis baik.

Javier menegaskan. "Marigold, percaya padaku. Aku bisa membantumu."

Tanpa memberi jeda, Marigold menggeleng penuh urgensi, menandakan bahwa dia tidak akan pernah percaya pada siapapun. Terlalu banyak patah hati atas gagalnya kepercayaan yang dia taruh pada orang membuatnya merasa terancam. Sampai akhirnya, Marigold menunduk dengan ekspresi kosong, bersuara begitu pelan, seolah ingin membela diri, "Maka, kau harus percaya jika aku baik-baik saja." Begitu kiranya hingga Marigold kembali bersitatap dengan orang di depan, netra masih kosong tetapi ada beberapa tetes air mata yang keluar dari matanyaㅡkontras sekali dengan pengakuannya.

Pun untuk beberapa saat, Javier menahan diri untuk tidak memberi tanggapan. Javier konstan mengobservasi perempuan di hadapannya, yang tahu-tahu semakin rapuh, hingga loyal menggumam diktum yang menyatakan bahwa dia baik-baik saja. Atau, konstelasi semakin rumit lantaran Marigold Anneliese malah berubah dramatis perlahan-lahan hingga menuju tahapan yang kacau. Marigold berdiri barbarik, sampai-sampai kursi yang dia duduki terdorong ke belakang, nyaris tumbang. Satu-dua tetes air mata pula berubah berganda-ganda. Dan dalam tahapan yang tak tertahankan, Marigold tak terkontrol, "Aku baik-baik saja. Aku bahagia. Aku seperti itu asalkan aku bersama Ortiz. Bawa aku kembali ke Ortiz, Sialan!"

Sekon demi sekon, Marigold Anneliese lebih laik digambarkan seperti anak kecil yang kehilangan orangtuanya. Naturnya begitu solid dengan kaos. Presensi Marigold seolah menghilang begitu saja, bertransformasi menjadi kelap-kelip hitam yang begitu horor. Perempuan itu berulang-aling atau berkitar ofensif dalam beberapa spot kecil ruangan. Hal tersebut menarik atensi Javier untuk berdiri tanpa mendekati, menggaungkan asma perempuan itu berulang kali, mendoktrin untuk bisa berteman dengan ketenangan.

Bagi Javier Romano, jiwa Marigold Anneliese benar-benar hilang. Marigold Anneliese adalah gadis sederhana yang tak banyak menuntut dirinya sendiri atau bahkan dunia. Ada banyak citra positif pasal gadis itu. Sangat menyedihkan tatkala visual-visual kirana itu tergantikan dengan sesuatu yang buruk hingga Javier secara refleks memberikan tatapan simpatik dan patetis. Sangat menyayangkan serangkaian problematika yang jatuh pada orang yang salah.

Bertepatan dengan menit baru, Marigold diam sejenak, berdiri menatap Javier begitu dingin dan marah seolah ada agresi terpendam yang tersimpan seabad lamanya. Javier menduga banyak hal, seperti ketidakterimaan Marigold yang kembali dibawa ke tempat ini, sebab perempuan itu mengklaim bahwa dia baik-baik sajaㅡasalkan dia beraama Ortiz. Kalaupun dia mengaku jika sedih, itu adalah sesuatu yang biasa baginya. Hingga benar pula hipotesis Javier, sebab setelah lama terdiam, Marigold mulai mengumbar isi perasaannya, kendati tetap dengan aksen tangisannya. "Hei, dengarkan aku, aku bahagia, aku bahagia jika kau membawaku pulang. Ada pria bernama Ortiz, dia yang membuatku bahagia. Dia rumahku, satu-satunya orang yang melindungiku dan memberikan kebahagiaan kepadaku."

Seketika, Javier Ortiz mulai menggemakan kata-kata kotor di dalam kalbu. Ajax Scheiffer berkata jika memang seperti inilah Marigold ketika gadis itu berada di rumahnya, tapi Javier tidak menyangka jika impresinya sekacau ini.

Ortiz. Goblok.

Adapun Marigold menambahkan. Ada senyum dan air mata, tergabung menjadi citra yang sangat patetis. "Aku tidak membutuhkan ini. Aku tidak memerlukan terapi dan perawatan." Menjeda, Marigold menjentikkan jarinya beberapa kali di depan wajah Javier yang terdiam mengobservasi sekaligus menahan untuk tidak membuat perbuatan yang menyinggung. Marigold berparipolah seolah dia mengenal dirinya sendiri, padahal dia sendiri tidak komprehensibel. "Aku sehat. Aku tidak memiliki gangguan apapun."

"Marigold, lihatㅡ"

"AKU BAIK-BAIK SAJA, BRENGSEK!"

Saat Javier terkena syok kecil atas agresi semacam itu, kendati itu sudah biasa, Marigold bergegas keluar ruangan, kendati sekali bingung tidak menemukan pintu yang jelas-jelas nampak begitu besar. Belum sempat berhasil dengan niatnya, berniat pulang ke rumah demi mengejar kebahagian invisibelnya bersama Ortiz, Javier lebih dahulu menahan tangan-tangan Marigold dengan bantuan satu parawat. Marigold terkena anosognosia, menolak bantuan yang sebenarnya sangat dibutuhkan olehnya. Situasi ini berbeda dengan masa lampau saat Marigold sendiri yang datang. Kini, semuanya kontras.

Marigold mendedau nyaring, seolah memuntahkan suara hingga kotak suara pecah atau hilang. Pun agresi yang terpampang dengan visual tangisan berubah lebih masif dan eksesif. Tidak banyak yang Marigold katakan, hingga dia akhirnya mengungkapkan gangguannya secara tidak sadar, saat perempuan itu merasa bahwa genggaman tangannya terasa sangat kuat dan terasa menyakitkan baginya, "Kenapa kau memborgol tanganku?" Menjeda, sekilas menimbulkan pertanyaan besar, sebab Javier dan seorang perawatnya tidak memborgol Marigold, atau faktanya gengaman tangannya tidak terlalu kuat.

Memang, adakalanya pasien maniak akan mendapatkan perlakuan semacam itu, tetapi tidak bagi Marigold Anneliese. Marigold menyambangi dunia delusi yang invisibel.

Marigold pula menambahkan, dengan wajah menimbulkan rasa sensitif yang tinggi, tidak terima, meski begitu, tangisannya tidak hilang-hilang, "BAJINGAN, BERANI SEKALI KAU MENGKLAIM BAHWA AKU GILA?!"

Tepat.

"AKU TIDAK GILA!"

Hilang dengan abilitasnya untuk selalu diam, semakin lama Marigold semakin kaotis. Entah apa yang mengisi ruang-ruang imajinasinya, perempuan itu jelasnya malah memperumit situasi. Meledak dalam waktu yang singkat, menyatakan ketidaknyamanan yang hebat atas kondisi yang dia dapat. Dibawa ke gedung penyembuhan psike, sebuah hal yang tidak dibutuhkan Marigold. Rasa penolakan kuat itu otomatis mengkorversikan keadaan diam menjadi kaos.

Adapun di ruangan ini tidak ada satu manusia pun yang mengklaim bahwa Marigold Anneliese mengalami kondisi gila. Secara tidak langsung, Marigold Anneliese menunjukkan gangguan yang menginvasi sisi waras dan afiatnya. Perempuan itu dengan segan menjarah kesunyian dan mengubahnya menjadi atmosfer meledak-ledak, di mana Marigold merasa bahwa dia terpanggil untuk melakukan peperangan.

Psikosis mungkin menjadi titik paling berat yang diserap secara tidak sadar oleh Marigold Anneliese. Ada banyak kesulitan, traumatis, tekanan, ketidakbebasan, kesedihan, ketidakmampuan, kekecewaan, dan ketidakbergunaan diri sendiri yang arkian melahirkan kondisi kompleks. Ortiz Romano merombak manajemen terstruktur yang dibuat oleh Marigold menjadi kacau balau. Tidak mampu melakukan defensi alhasil membuat perempuan itu semakin tersesat. Sayang sekali Marigold Anneliese memerankan aksi anosognosianya dengan baik, mengklaim diri sendiri sebagai orang afiat, sehingga akan sulit untuk diajak kolaborasi.

Sedikit kesimpulan yang bisa Javier ambil atas situasi ini.

Ortiz sungguh bajingan.

BAJINGAN.

recopedia

anosognosia: kondisi saat seseorang yang sebenarnya membutuhkan bantuan mengklaim bahwa ia tidak membutuhkannya, misalnya saat orang terkena penyakit, kecacatan, atau kelainan lain
psikosis: kelainan jiwa ditandai disiintegrasi kepribadian dan ganguan kontak dengan kenyataanㅡsulit membedakan kenyataan dan imajinasi.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top