CHAPTER 19
Marigold telah mempelajari cara untuk melakukan defensi.
Menjadi orang independen sudah pasti harus menyiapkan jaminan untuk keselamatan diri. Sejauh yang telah dia lakukan, biasanya memang berhasil. Marigold bisa menunjukan kapabilitas untuk mengontrol banyak hal yang bergejolak di dalam dirinya sehingga dia tidak akan terlihat rapuh. Hanya saja akhir-akhir ini dia tidak bisa mempertahankan dirinya sendiri. Kekuatannya hilang.
Dia tidak peduli lagi soal apa yang akan terjadi di masa depan, berbeda dengan sebelumnya tatkala dia masih punya tujuan tertentu. Pandangannya soal dunia sudah total hitam. Seandainya orang-orang sebelum dilahirkan bisa memilih karakter tersendiri saat hidup di dunia nanti, sebenarnya figur Marigold Anneliese tidak akan dipilih oleh siapapun. Terlalu sengsara. Marigold pula sudah kembali mempertanyakan identitas pribadi. Katakanlah, bukan hanya membenci keluarga Francise, Ortiz, Rosemary, melainkan dirinya sendiri juga.
Biasanya dia menerima pandangan orang-orang soal Marigold Anneliese yang buruk dengan pandangan biasa saja. Sungguh, dia masih tetap bisa membanggakan dirinya sendiri. Namun, kini Marigold melakukan insubordinasi. Pandangan buruk yang biasanya dia terima hingga kadang-kadang disetujui olehnya sendiri, berakhir berubah. Marigold merasa bahwa terma buruk itu sebenarnya lebih-lebih buruk dan menjijikan.
Keburukan itu bertransformasi menjadi virus tersendiri yang membuat Marigold sakit. Ada banyak pertanyaan, seperti, kenapa sebelumnya dia mempertahankan eksistensi Marigold Anneliese, kenapa tidak ada orang yang mau menghargainya, kenapa Marigold Anneliese dipilih untuk disakiti, atau bahkan cara terbaik apa yang harus dilakukan Marigold Anneliese untuk seratus persen hilang dari bumi.
Kesimpulannya, kenapa hidupnya sekacau ini?
Sesungguhnya Marigold tidak usah menyesal atau menyalahkan diri atas segala preferensi yang telah dia ambil. Dari mulai problematika soal preferensi pribadi, konflik dingin dengan seluruh keluarga Francise, perang saudara dengan Rosemary Cecilia, sampai dengan intrik relasi asmara yang melibatkan Ortiz Romano. Orang-orang waras yang memperhatikan baris-baris fragmen itu mungkin tidak akan menunjuk Marigold sebagai penjahat utama. Faktanya, Marigold Anneliese merupakan korban nelangsa yang terlanjur memiliki citra sebagai penjahat hanya karena cara kerja defensi yang terkesan jahat dan karena lawannya tak waras.
Biru hingga hitam, malah Marigold mulai kembali menyalahkan diri atas segala kekacauan yang ada. Dia menyesal karena harus rela-rela melakukan defensi tapi pada akhirnya tetap tidak dapat apresiasi. Jika Marigold Anneliese bisa berceloteh sejagat raya, dia akan mempertontonkam kesengsaran pribadi dan menyuruh orang-orang untuk melakukan trik-trik pembunuhan kepadanya supaya dia benar-benar bisa finis dengan kondisi paling menyedihkan. Dia sudah memikirkan kematian hingga membuat orang-orang yang menyakitinya menyesal.
Tapi memangnya orang lain akan merasa sedih jika Marigold mati?
Ortiz, salah satu perwakilannya. Pria itu merasa sangat kehilangan seusai Rosemary Cecilia dinyatakan berakhir, kendati orang tersebut gagal menunjukkan eksistensinya di saat-saat terakhir Rosemary hanya karena kecintaannya pada bisnis. Namun, itu lebih baik. Sebaliknya, seandainya Marigold-lah yang berakhir, Marigold jamin bahwa kematiannya merupakan hadiah terbaik Ortiz, persetan soal rasa cintanya yang tak kasat mata itu.
Di masa depan, jika Marigold benar-benar berakhir, Marigold sudah bisa memprediksikan itu. Barangkali Ortiz akan melakukan selebrasi besar-besaran. Marigold bahkan sudah mulai merasa ragu apakah Ajax Scheiffer, Alaska Haze, Ruho Kim, dan Esme Primrose akan berpihak pada figur rendahan layaknya Marigold. Mengingat orang lebih banyak membencinya, Marigold menjadi lebih percaya bahwa sebenarnya tidak ada satu orang pun yang menghargainya. Dia sulit percaya lagi.
Tidak ada waktu untuk melakukan defensi lagi. Itulah esensinya.
Ini sudah nyaris empat jam setelah Ortiz pergi meninggalkannya. Di hari menuju akhir pekan jadwalnya sedikit. Ortiz hanya mengajar satu kelas dan sisanya dia lakukan untuk mengontrol kondisi korporasi. Kemungkinan besar dia akan sampai ke rumah sebentar lagi, kembali merangkuli gadis kepemilikan yang berhasil dia klaim secara total. Tapi persetan soal itu, Marigold tidak peduli, atau, terlalu tidak punya banyak fokus untuk memikirkan gagasan sulit soal fragmen-fragmen ini.
Kamar masih menjadi ruang favorit. Jika dilihat dari sisi fisik, Marigold sudah sehat. Hipotermianya sudah mutlak hilang. Hanya saja Marigold masih tetap mengklaim dirinya sakit sehingga lebih betah bertahan di kamar.
Jauh dari kata ramai, semenjak Ortiz pergi hingga sekon ini, atmosfer aktual itu sangatlah sunyi. Kalaupun ada suara pun sebenarnya Marigold sendiri tidak mendengarkannya sebab abilitasnya untuk berkonsentrasi masih belum kembali. Sekali Ortiz memberi panggilan pun Marigold Anneliese tidak meladeninya. Dia seolah dipaksa untuk tuli sebab kondisinya sendiri. Entah sebab terlalu terbiasa dipaksa untuk menjadi Rosemary Cecilia, murni kehilangan konsentrasi, atau terlampau terhanyut oleh segala penghakiman yang sedang terjadi di dalam diri Marigold. Sehingga tidak aneh jika satu detik selanjutnya, satu jam selanjutnya, atau kapanpun itu, Marigold menjadi tidak peka terhadap lingkungannya sendiri.
Bahkan realitasnya Marigold tidak cukup sadar jika ada orang lain yang baru menginvasi ruangan ini. Harusnya suara pintu atau langkah kaki akan terdengar jelas dan murni menarik atensi Marigold, tetapi tidak. Marigold tahu-tahu diperlihatkan sosok familier begitu saja hingga dia mendongak. Meski demikian, selanjutnya abilitas telinga Marigold kembali berfungsi, hanya saja tidak ada yang tahu apakah Marigold mengolah informasi yang masuk ke dalam dirinya atau tidak.
Itu Javier, Javier Romano, yang tahu-tahu menginvasi secara bebas rumah milik adiknya sendiri. "Mari pergi selagi Ortiz tidak ada. Pulang ke rumah."
Tanpa preambul apapun, Javier melontarkan ajakan tersebut. Mungkin terkesan bunuh diri sebab dia memiliki adik jahanam, tetapi mau bagaimanapun juga, dia akan tetap menentang keputusan Ortiz yang dianggap merugikan orang-orang, seperti Marigold Anneliese. Tidakkah Ortiz sadar bahwa salah satu dasar penurunan kesehatan Marigold tempo lalu adalah Ortiz sendiri? Tidakkah Ortiz sadar jika dia nyaris membunuh orang yang katanya dia cintai?
"Aku tidak punya rumah." Marigold balas demikian. "Hanya ini. Ortiz memberikan rumah untukku."
Hanya ini. Javier yakin bahwa Ortiz mencuci otak Marigold.
"Ortiz yang berkata begitu padamu, ya?"
"Ortiz berkata apa padaku?" Marigold balas demikian, abu-abu.
Javier mengernyit. "Marigold, ini bukan rumahmu. Kita bisa menceritakan banyak hal di rumah lain, rumahmu yang sesungguhnya."
"Bukan. Ini rumahku," balas Marigold.
"Marigold, mari pulang." Javier mengulang. Jika dia adalah Ortiz, sudah pasti dia akan memilih opsi paksaan tanpa peduli soal keinginan dan reaksi Marigold yang sebenarnya. Javier memiliki banyak pertimbangan sehingga memilih untuk relaks. Marigold sedang tersesat dan Javier tidak ingin membuatnya semakin panik.
"Pulang ke mana?"
"Ke rumahmu."
Marigold menggeleng berkali-kali. "Tapi aku tidak punya rumah." Dia batuk sejenak. "Aku sekarang di mana?"
"Di sini, di tempat asing, bukan rumahmu. Kamu punya rumah yang selamat," tambah Javier.
"Iya, ini, di sini rumahku. Aku selamat dan bahagia."
Kontras lagi.
"Marie, rumah ini bukan rumahmu. Kau tersesat." Bukan hanya merujuk pada rumah yang sebenarnya, Javier menyinggung hal lain. Entah sebab kurang konsentrasi hingga melantur aneh atau apalah itu, Marigold menunjukkan ketidakstabilan hebat. Ortiz merupakan firdaus sekaligus neraka baginya. Itu adalah hipotesis dari Javier.
Marigold diam selama beberapa sekon. Yang ada perempuan tersebut malah membalikkan daksanya, menghadap spot tempat tidur yang kosong. Marigold itu super kalap, dia tidak mengetahui mana yang benar dan salah. Dia selalu dibohongi dan direndahkan. Sudah dibilang, rasa cintanya pada dirinya sendiri sudah lenyap, sudah pasti jika kepercayaannya juga hilang, selain harus tunduk pada Ortiz. Alhasil, alih-alih mengindahkan ajakan Javier, Marigold berkata lain, "Kau penjahat yang ingin aku pergi dari rumahku sendiri. Kau ingin menculikku, bukan?"
Javier hendak beraksi lagi, memberi tawaran nyata pada perempuan tersebut. Baginya, Marigold yang berharga tidak layak mendapatkan situasi semacam ini. Javier melihat tekanan besar yang Marigold rasakan, itu artinya Ortiz ataupun rumah ini bukanlah tempat yang baik pada Marigold. Mana mungkin Javier mempertahankan situasi buruk tersebut.
Sayangnya, mana kala ada kesempatan, tetap ada rintangan tertentu. Belum sempat bagi Javier menawarkan ajakannya lagi dan lagi pada Marigold, suara familier menggemakan namanya begitu kencang seperti tengah memantik dimulainya peperangan akhir zaman. Detik itu juga Javier menyadari eksistensi kamera di sudut ruangan sehingga situasi dadakan ini terasa normal. Ortiz Romano menunjukkan kendalinya di rumah ini, menunjukkan ketidaksukannya soal Javier yang menginvasi rumahnya dan nyaris mencuri objek paling penting yang Ortiz miliki.
Bisa Javier lihat bahwa pada saat itu pula Marigold nampak refleks menutup telinganya dengan sedikit sahutan tangisan yang masih minim. Dia menghindari situasi runyam yang mungkin akan terjadi, kendati mungkin saja Marigold tidak memahami situasi yang tengah terjadi. Sehingga ketimbang meladeni Ortiz secara direk di dalam ruangan ini, dia keluar.
Romano bersaudara memanglah bukan saudara rumit yang penuh konflik selayaknya Marigold dan Rosemary, tapi bukan berarti mereka dekat juga. Mereka tidak sedekat dulu. Javier dan Ortiz sudah memiliki dunia masing-masing yang membuat mereka tidak ada waktu untuk berkonversasi mesra seperti kebanyakan saudara lainnya atau mengusik masing-masing. Mereka hanya punya opsi-opsi untuk saling membatasi wilayah masing-masing atau saling menghormati. Realitasnya, mereka jarang terlibat pertikaian. Lucunya, pertikaiannya yang terjadi di antara mereka jika bukan karena soal keluarga, yakni soal Marigold Anneliese.
Ortiz yang mudah terpancing kemarahan mencoba untuk tidak eksesif. Dia berlagak bengah, tetapi di sisi lain mencoba menghargai. "Kau melanggar batas."
"Kau bisa bilang seperti itu padaku, tetapi tidak memikirkan perbuatanmu pada Marigold. Kau melanggar ranah personalnya." Javier balas tenang.
Ortiz terkekeh, makin bengah dan superior pula telatahnya. Dia berdesis dengan netra elang yang begitu intimidatif. "Aku bahkan tidak mengurusi urusan romansamu." Pria itu memberi jeda, terlampau tidak suka karena Javier mencampuri urusannya. "Aku memberikannya rumah karena dia tidak memilikinya. Kau sendiri memahami kondisi keluarganya. Aku bebas melanggar ranah personalnya. Dia mencintaiku dan aku mencintainya."
Kali ini Javier yang terkekeh. Pembelaan Ortiz seolah menjadi pusat komedi yang menggelitik hati. "Sebagai Rosemary, bukan?" Sebab mungkin Ortiz masih berpikir jika Javier tidak mengetahui tipuan Ortiz.
"Sebagai Marigold," balas Ortiz dengan nada begitu meyakinkan.
"Jika begitu, kenapa Marigold tidak nampak baik-baik saja? Kau pernah berjanji bahwa jika kau mendapatkan kesempatan untuk menarik kepercayaan Marigold lagi, kau akan membahagiakannya. Namunㅡ"
Ortiz menyela. "Tidak usah mencampuri. Marigold bukan urusanmu."
Mendengus lucu, Javier tidak percaya dengan humor semacam itu.
"Dia tidak akan pergi kemana-mana," tambah Ortiz.
Sebab percaya atau tidak, Ortiz Romano yang super licik ini ada benarnya bahwa Marigold tidak akan pergi ke mana-mana. Ortiz sadar akan situasi hingga dia mutlak memanfaatkan kondisi. Harapan Marigold sudah pupus seolah dia tidak lagi memikirkan apakah dia akan bersama Ortiz atau Ajax atau keluarganya. Marigold tidak punya waktu untuk melarikan diri, membela diri, atau memproteksi diri selain memikirkan kesedihannya. Dalam kondisi rapuh seperti itu, mudah bagi Ortiz mempengaruhi pikiran Marigold. Jika sebelumnya Marigold tidak terima saat Ortiz berkata bahwa hanya Ortiz yang menerimanya, kini Marigold percaya bahwa Ortiz itu satu-satunya rumah. Walaupun kadang-kadang dia bisa memberontak lagi, tetapi Marigold tidak akan pergi.
"Kau ingin Marigold kembali seperti satu tahun lalu?"
"Marigold sehat fisik, mental, dan pikiran." Ortiz membalas santai.
Semakin tidak habis pikir, Javier menekankan diktumnya. "Kau ini gila, ya? Tindakanmu ini bisa memancingnya untuk kembali rapuh, atau bahkan benar-benar pergi. Kau ini benar-benar ingin membunuhnya, ya?"
Namun, Ortiz tidak peduli dengan inti dari konversasi ini. Satu tangannya dimasukkan ke dalam saku celananya, pun saat itu dia melirik ke sisi kiri, menunjuk jalur utama agar kakaknya ini keluar dari rumahnya. Baginya, dia bisa mengurangi rasa hormatnya pada Javier jika Javier melanggar batas wilayahnya. Itu adil. "Pergi," katanya.
Namun, lagi, Javier bukanlah Ortiz. Dia tidak ingin mengulur-ulur waktu lantaran pikirannya begitu negatif, tapi Javier harus menundanya. Tanpa tanggapan apapun lagi, dia pergi sesuai instruksi Ortiz, membenarkan segala hal yang Ortiz inginkan terlebih dahulu.
Sementara Ortiz Romano kembali menuju kamar, mendatangi Marigold. Marigold Anneliese pada saat itu kukuh menutup telinga seraya mengeluarkan beberapa isakanㅡkultur baru perempuan tersebut. Saat itu, Ortiz berakhir duduk di tempat kosong samping Marigold, Sejenak tangan-tangan Ortiz membelai pundak perempuan tersebut hingga dia terperanjat kecil.
Lebih daripada itu, Marigold terhipnotis untuk duduk melipat kaki dengan pandangan menghadap Ortiz. Sebagai permulaan, Ortiz dengan impresi halus sigap mengusap jejak air netra Marigold, secara tidak langsung menyuruhnya untuk diam. "You did so well, Anneliese."
Marigold tersenyum.
"Anneliese Sayang, ingat bahwa ini adalah rumahmu, tempatmu berbahagia. Jangan pergi jika ada yang mengajakmu keluar, mereka adalah penjahat yang ingin menyelakaimu. Percaya padaku, ya."
Semakin puas, saat itu Ortiz lihat bahwa Marigold Anneliese mengangguk, dan bahkan dia mulai meminta pelukan, semakin terperangkap pada tipuan. Dia mencicit manis. "Dunia luar tidak aman selain Ortiz Romano. Tolong jaga aku."
siapa yang gila di sini?
aku. 😭🔫
Sampai jumpa di bagian selanjutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top