CHAPTER 17

Marigold mencapai tahapan terburuk atas hidupnya sendiri.

Kolam dengan kombinasi kemarahan seperti yang diberikan oleh Ortiz sama sekali tidak pernah terbayangkan oleh Marigold. Dia berpikir tentang kesalahan apa yang telah dia torehkan pada Ortiz. Polemik soal Rosemary Cecilia sama sekali bukan hal yang setara jika Ortiz ingin balas dendam. Itu tidak sebanding, menurutnya. Marigold bahkan tidak pernah melakukan hal yang merujuk pada titel percobaan intimidasi brutal seperti ini. Faktanya, dia lebih banyak menguntungkan Ortiz hingga rela menurunkan harga dirinya. Yah, terkecuali Rosemary mengadu domba keduanya.

Marigold Anneliese ingin mati.

Setelah bersikap tenang di balik dinding kaca yang menjadi sekat antara ruangan dalam dan luar, Ortiz Romano langsung bergegas mengeluarkan Marigold dari kolam. Agaknya pria itu tidak ingin Marigold mati. Meski nahasnya bagi Marigold, kesengsaraannyw tidak selesai sampai di situ. Setelah melakukan itu, nyaris membuat Marigold mati, Ortiz Romano menyeretnya ke kamar, menyetubuhi seolah sangat lapar.

Marigold terlihat pucat dengan temperatur tubuh yang meningkat drastis sebab hipotermia. Tubuhnya gemetar parah. Dia seperti mayat hidup. "Ortiz, sudah." Marigold bergumam seadanya.

"Diam, Anneliese."

Semakin lirih, nyaris merengek, Marigold balas, "Aku tidak kuat, Ortiz."

Ortiz memukul pinggul Marigold. Tidak langsung memberikan respon dengan lisan, Ortiz mendorong tubuhmu lebih keras pada Marigold hingga perempuan tersebut refleks menengadah dengan impresi nyeri beserta napas yang keluar sangat eksesif seolah terkena serangan pernapasan. "Kau suka jika aku barbar dan kasar, bukan?"

Marigold menggeleng, tak sanggup membalas dengan lisan.

Sungguh, Marigold menyerah. Dia tidak percaya dunia, dirinya sendiri, dan harapan-harapan tololnya.

Marigold menunduk atau menengadah secara konstan. Dia sempat berakhir telungkup, tetapi Ortiz mengangkatnya lagi hanya untuk memainkan buah dadanya. Napas Marigold semakin tak stabil, hingga dia berpikir akan terserang asma kapanpun itu. Ortiz bahkan melihat Marigold Anneliese yang terserang panik setelah keluar kolam, tetapi alih-alih menyembuhkan, Ortiz malah menambah kegilaan tambahan di dalam diri perempuan tersebut. Dadanya benar-benar bergerak naik turun dengan cepat sebab impak ketidakstabilan peparu di dalam; di sisi lain, dadanya begitu karena pergerakan Ortiz yang terburu-buru. Rasanya tidak nyaman, padahal biasa dia menyukai ini.

Marigold benar-benar terjerat. Sejauh yang dia rasakan, dia murni kacau. Opsi esensial, dia pasrah pada hal yang tengah menyerangnya. Atau, bukan sepenuhnya pasrah, melainkan sudah seratus persen kalap. Dia mungkin berpikir bahwa dia menyesal karena kembali ke Saint Hallway dan membuka jalan untuk penjahat ini lagi. Lebih daripada itu, dia menyesal karena bisa memilih Ortiz sebagai opsi yang dia pikir akan berguna baginya. Oh, atau, menyesal karena memilih untuk bertahan sejak awal, di saat bunuh diri adalah opsi paling menarik sejak lama.

Marigold tidak bisa berpikir sehat.

Tak aneh jika dia tidak mampu mencegah lebih banyak hal lagi. Termasuk bagaimana Ortiz Romano memberikan erupsi lebih banyak dan dalam tanpa perizinan apapun seperti biasanya. Bukan hanya menjadi sampah, tetapi Marigold Anneliese layaknya tempat pembuatan kotoran tersebut. Terlalu banyak aturan yang dilanggar Ortiz. Tidakkah Ortiz berpikir jika impak dari pelanggaran itu akan memperumit situasi? Kendati mirisnya Ortiz Romano lebih memilih menggeram puas bercampur bangga sebab pilihan itu. Pria tersebut mendorong tubuhnya lebih dalam seolah menolak untuk membuat likuid haram itu keluar secara bebas, lagi-lagi lebih banyak menginvestasikan kesalahan.

Namun, sial, pria hiperseksual ini belum puas. Anehnya, di saat tubuh Marigold sudah tak kuat, Tuhan tak berniat membunuh atau membuat Marigold pingsan.

Marigold memang benar-benar tidak berharga, ya?

Setahu Marigold, kemudian, lagi dan lagi, tatkala akhirnya Marigold sudah benar-benar di angka minus dan tidak kompatibel untuk sekadar membuka mata dengan konstan, Ortiz berniat untuk kembali membuka sesi baru, pria tersebut sudah siap untuk menjejalkan zakar gila itu pada bagian bawah Marigold yang sudah berdenyut panas tak karuan, tetapi beruntung ada distraksi dari bel rumah yang secara otomatis menyelamatkan Marigold Anneliese. Sebab untungnya, Ortiz tidak benar-benar mengensel hadirnya dokter, melainkan hanya mengubah jadwal.

Tubuh Marigold masih cukup basah karena air kolam dan keringat dingin. Surainya sudah tentu sangat basah hingga tetesannya masih terasa menyentuh kulit jika jatuh. Kini pula, tubuhnya bau keringat dan sperma. Rasanya sangat memalukan.

Adapun selanjutnya tidak ada usaha apapun dari Ortiz untuk membuat Marigold terlihat normal, melainkan hanya berusaha memberikan satu gaun tidur dan satu jaket hangat dengan bagian kepala digunakan untuk menutupi surai Marigold yang basah kuyup. Meski begitu, itu sama sekali tak mengubah keadaan. Bahkan tatkala Ortiz membawanya ke dalam selimut, Marigold bersumpah, ketimbang hangat dan nyaman, dia masih menganggap bahwa dingin dan kematian seolah menyerapnya perlahan-lahan. Kecuali bagian bawahnya yang panas, seluruh tubuhnya merasa sangat kedinginan.

Kemudian, Marigold melihat perbedaan selanjutnya. Saat dokter itu datang, Ortiz duduk begitu romantis di samping Marigold seraya mengusap-usap kepalanya. Dia berlakon dengan baik.

Dokter itu bernama Billian Murphy, sejauh yang bisa Marigold lihat melalui tanda namanya. Mata perempuan itu selanjutnya murni kelap-kelip layaknya lampu yang hendak mati total. Harusnya terlihat tenang, tetapi Marigold Anneliese rupanya sulit lepas dari komplikasi pernapasan yang membuatnya seolah dikejar-kejar penjahat. Dan dia bersumpah, bagian bawahnya masih berkedut, itu membuatnya terlihat aneh.

Sungguh, Marigold tidak bisa konsentrasi. Rasa-rasanya ingin tertidur, pingsan, koma, atau mati. Namun, entah kenapa Tuhan tidak mau memberikan opsi-opsi tersebut. Kendati ada satu tuturan nyentrik yang tertangkap oleh pendengaran Marigold tatkala dia kelesah. "Marigold Anneliese? Terakhir kali kita bertemu, aku menegaskanmu untuk jangan sakit lagi." Dia tersenyum, membuat Marigold yang semaput tersenyum kecil. "You're a very strong girl, Anneliese."

Marigold paham. Barangkali dia akan mendapatkan sedikit pembelaan.

r e c o v e r y

Bagaimana reaksi orang-orang jika mengetahui fakta bahwa Ortiz Romano tidak benar-benar berniat untuk menyelakai dan mengasari Marigold? Tidak percaya. Ortiz Romano bahkan dengan santainya meminum wiski seraya menonton perempuan yang nyaris tenggelam itu, dan justru kelewat menikmati sesi persetubuhannya dengan Marigold.

Ortiz bisa membunuh orang-orang yang sekiranya bisa mengganggu jalannya, tetapi tidak dengan Marigold. Gadis itu memiliki peran penting baginya, untuk menjadi Rosemary Cecilia yang mungkin dia cintai, atau menjadi Marigold Anneliese sendiri yang cukup dia cintai juga. Namun, sayang sekali bahwa dia bukan orang yang mudah mengontrol diri. Tensi amarah mudah meroket.

Setidaknya, tidak terlambat.

Bagaimana alam semesta selalu menyelamatkan Marigold Anneliese sebenarnya membuat konspirasi tersendiri di pikiran Ortiz. Pertama, barangkali Tuhan terlalu muak dengan kesalahan Marigold sehingga dia tidak mau menerima Marigold sebelum gadis itu mendapatkan pengadilan tersendiri di dunia. Kedua, sangat kontras, barangkali Marigold Anneliese selalu selamat dan terlihat kuat karena Tuhan tahu perjuangan Marigold tatkala ketidakadilan terlalu kuat menyerang, dan Dia memberikan kesempatan untuk Marigold bahagia di lain waktu.

Kadangkala Ortiz ingin memercayai Marigold, tetapi batinnya tertutup oleh konspirasi masa lampau. Namun, apa mungkin Ortiz Romano ini sudak terdoktrin?

Kenyataannya, itu sungguh sulit dipahami

Bagaimana dia melihat Marigold terjelampah sakit saat ini benar-benar membuat pikirannya kacau. Ortiz akui, dia melihatnya kini sebagai Marigold Anneliese, dan dia tidak mau His Anneliese-nya kesakitan begitu parah. Tolol, memang. Tolol sekali jika dia berpikir bahwa dia tidak iba. Dia mengakui betapa berlebihannya dia. Sayangnya, dia tidak pernah sadar tentang kenapa tiba-tiba dia membawa Marigold ke dalam kolam setelah menampar dan mencekiknya secara bengis. Ortiz tidak pernah melakukan hal yang berlebihan semacam itu pada Marigold walaupun kadangkala dia ingin menghabisi gadis itu.

Goblok.

"Bagaimana?"

"Hipotermia ringan, serangan panik, dan stres." Dokter Murphy memberi jawaban ringkas sesuai hasil eksaminasi yang dia asumsikan sesuai gejala. "Aku tidak akan mempertanyakan alasan itu semua. Namun, untuk melewati itu, Marigold hanya perlu menghindari tekanan dan selalu berada dalam kondisi yang tidak membuatnya merasa terancam. Seandainya serangan paniknya muncul lagi, bantu kendalikan pernapasannya. Pun, jangan lupa untuk mengontrol suhu tubuh agar kembali normal."

Di sisi lain, Ortiz seolah tidak memedulikan itu. Ketimbang memberikan respon terkait konteks tersebut, Ortiz dibuat untuk penasaran dengan hal lain. "Bagaimana kau mengenalnya?"

Dokter Murphy tertawa kecil. Memang, pada awalnya dia pikir dia datang untuk Ortiz. Mengingat Ortiz itu ambisius, sehingga tak aneh jika kadangkala pria itu terserang penyakit ringan. Namun, bukan, rupanya jasanya diberikan untuk orang yang jauh dari ekspektasinya, tetapi dia kenal Marigold Anneliese. Dokter Murphy sendiri memiliki jam terbang yang sangat luas. Di luar dari praktik personal sebagai sewaan, dia tetap melakukan praktek umum. Memang, mustahil jika seorang dokter akan mengingat salah satu pasiennya, terlebih yang sudah lama tidak berhubungan, tetapi berbeda dengan Marigold Anneliese sebab perempuan itu punya kisah unik tertentu yang membuat Dokter Murphy refleks mengingat.

"Dia orang yang rapuh tapi berusaha kuat."

Ortiz berdeham, bermaksud meminta penjelasan lebih.

"Dia pernah menjadi pasienku."

Ortiz terdiam, di sisi lain belingsatan, rasanya gila, mengingat belum lama ini Marigold terus terang mengenai sisi rapuhnya.

Dokter Murphy membalas lagi, "Alasannya bersifat konfidensial."

Ortiz menggeleng. "Aku ingin tahu."

Sekali tanpa berpikir, Dokter Murphy hendak menolak lagi. Namun, mengingat dia tahu watak Ortiz yang bisa dikatakan sangat berbahaya, dia melakukan hal yang oponen. Biasanya dia menolak dengan segan atas sesuatu hal yang konfidensial, tetapi dia harus melanggar sekali saja alih-alih harus kehilangan profesi secara sia-sia.

Maka, Dokter Murphy menambahkan lagi, "Marigold beberapa kali melakukan transfusi kepada saudarinya. Saudarinya mengalami banyak kecelakaan yang mengakibatkan dia kehilangan banyak darah. Tapi, kadang-kadang, sebenarnya transfusi itu tidak diperlukan, hanya ... saudarinya ingin menyiksanya. Terakhir kalinya Marigold melakukan itu sekitar kurun waktu tujuh atau delapan minggu setelah transfusi terakhir, dengan alasan yang sama, yang mana sebenarnya itu terlarang. Saat itu, sebenarnya saudarinya tidak memerlukannya, tetapi saudari dan keluarganya memaksa dan bersikukuh hingga membuat kegaduhan dan mengintimidasi semua orang. Marigold mendapatkan impak yang cukup serius sehingga harus melakukan perawatan. Dia rawat inap sekitar nyaris satu bulan, selebihnya rawat jalan," katanya dengan protasis panjang. "Aku menyayangkan kondisi semacam itu," katanya. "Namun, selain itu, dia memang banyak mendatangiku. Dia mudah sakit."

"Saudarinya sadar dan meminta itu?"

"Ya. Cukup kritis, tetapi dia masih bisa sadar," balasnya lagi. "Aku mengingatnya ... dan sepanjang hidupku, aku tidak pernah melihat sikap sebengis itu. Namun, mengingat saudarinya masih sedikit terpengaruh alkohol dan narkoba, begitulah adanya. She was very abusive when she asked that."

Sial. Sial. Sial. Marigold Anneliese tidak mengarang cerita?

"Dan Marigold menerimanya?"

"Ya. Dia sudah biasa melakukan transfusi kepada saudarinya, jadi dia terkesan tidak mempermasalahkannya. Dia rela mati. Namun, karena kadang-kadang saudarinya tidak benar-benar butuh darah, Marigold melakukan transfusi balik."

Ortiz terdiam. Pikirannya yang statis melakukan perubahan yang signifikan di mana dia mencoba mengolah semua data yang diterima, baik dari protasis Dokter Murphy ataupun eksplikasi Marigold saat dia mencoba membela diri. Memaksa bukanlah natur Rosemary Cecilia. Rosemary Cecilia adalah gadis paling sempurna dan elegan yang dia ketahui. Itu terasa tidak mungkin. Namun, sosok Dokter Murphy merupakan orang yang kredibel. Meskipun bersifat konfidensial, dia tidak akan mengarang ceritanya dengan penceritaan semenyakinkan itu.

"Ulang, bagaimana?"

"Marigold membantu saudarinya secara sukarela dan menerima resikonya. Dia bersikukuh mengklaim dirinya sebagai pribadi yang bisa mengontrol dan memberi defensi diri," tanggapannya. "Marigold bilang, jika itu membawanya mati pun tidak masalah."

"Bagaimana reaksi dan perlakuan keluarganya?" Ortiz menambah lebih banyak pertanyaan.

Dokter Murphy sebenarnya penuh keraguan. Pertama kali melanggar peraturan membuatnya agak tidak tenang. Namun, barangkali Ortiz hanya ingin mengetahui kondisi gadisnyaㅡberhubung dia berpikir jika Marigold adalah kekasih Ortizㅡ, alhasil dia mesti terus memberikan protasis. "Aku tidak komprehensibel. Namun, selepas saudarinya sudah bisa pulang, keluarganya tidak ada yang menemaninya. Ibunya hanya menyuruhku untuk merawatnya."

"Keluarganya tahu mengenai seberapa gilanya saudarinya?"

"Ibunya mengaku jika Rosemary seperti itu, tapi tidak ada keluarga lain yang tahu."

Sial, sebenarnya siapa di sini yang dibodohi?

"Ah, dia bukan orang yang konsumtif, bukan?" Sekon adisional kemudian, Dokter Murphy segera membelokkan topik.

Ortiz mengangguk. Dokter Murphy rupanya sangat mengenal Marigold.

"Aku sarankan jangan memaksanya terlalu keras jika dia tidak mau. Riskan semakin sulit menyembuhkannya. Gunakan cara yang membuatnya merasa nyaman." Tidak, Dokter Murphy tidak pernah tahu konflik antara Ortiz dan Marigold. Namun, hanya itulah saran kecil yang bisa dia berikan mengingat Ortiz Romano memang pria pemaksa. Pada intinya, Ortiz memang harus diingatkan.

Ortiz berdeham acak. Dia meragukan apakah dia bisa melakukan sugesti tersebut sehingga hanya bisa berdeham seadanya. Sudah dikatakan bahwa kemampuan Ortiz dalam mengontrol diri sangatlah tipis. Dia bisa memberikan agresi kapanpun seperti yang dia lakukan sebelumnya, bahkan jika alasannya hanyalah masalah kecil.

"Terima kasih."

"Sama-sama. Aku kembali besok untuk mengontrol."

Lagi, Ortiz hanya berdeham.

Maka kemudian, Ortiz kembali ke kamar. Di sana, dia pikir Marigold tidak sepenuhnya fokus, masih sulit berkonsentrasi sehingga seolah tidak menyadari presensi Ortiz. Marigold memiliki warna kulit yang pucat, tetapi kini lebih dari itu. Tak aneh pula jika bibir merah yang cantik yang biasa Ortiz kagumi berubah memucat seolah tidak ada nyawa di sana. Pun ada sahutan napas cepat juga yang masih sedikit terdengar oleh Ortiz, diadisi oleh suara karena menggigil.

Fakta soal kebaikan Marigold pada Rosemary sejujurnya membuat Ortiz merasa sedikit lebih banyak menghargai Marigold. Mungkin, porsi cinta yang bernilai dua puluh lima itu sudah meningkat. Alhasil Ortiz melangkah mendekati Ortiz. Dia berjongkok kecil di samping, menatap lebih dekat pada Marigold yang balas dengan netra kosong. "Bangun sebentar, ya."

Marigold diam. Netranya masih menunjukkan reaksi tidak stabil, kelap-kelip konstan.

"My Anneliese, bangun sebentar," ulangnya, mencoba membangun kesabaran.

Sementara itu, telapak tangan Ortiz jatuh pada permukaan dahi Marigold. Jelas, sangat dingin. Alhasil, tanpa mau menunggu respon Marigold, Ortiz sendiri yang membuat manuver untuk membuat Marigold duduk. Sekali atau dua kali Marigold ingin kembali jatuhㅡsangat kelelahan dan kurang koordinasi. Menyadari jika Marigold tidak bisa kokoh duduk tanpa supervisor, Ortiz kembali membiarkan Marigold terjelampah sebentar untuk mengambil pengering rambut terlebih dahulu dan setelan hangat yang baru. Finalnya, Ortiz duduk di spot di belakang perempuan itu.

Alih-alih mengatakan permintaan maaf, Ortiz berkata lain yang menurutnya lebih masuk akal. "Jangan mengulang kesalahan. Kau yang memaksaku untuk melakukan itu."

Ortiz melepas jaket hangat tadi dan melemparnya asal. Dalam beberapa kurun waktu, ruangan hanya penuh dengan suara mesin pengering rambut. Marigold terdiam konstan. Sementara Ortiz sialnya malah mendapati konflik personal dalam dirinya sendiri. Cukup menggangu.

Ortiz tidak ingin merasa goyah dan kacau hanya karena konflik tidak berguna perkara kebaikan Marigold pada Rosemary atau pasal keburukan pertama Rosemary. Benar kata Marigold, Rosemary sering mendapatkan kecelakaan, terlebih setelah Rosemary mengalami kecacatan, seolah Tuhan benar-benar ingin membunuh Rosemary. Juga, benar kata Marigold, Ortiz tidak pernah ada di sisi Rosemary saat Rosemary mengalami itu semua sehingga Ortiz tidak tahu apa-apa. Ortiz terpikirkan mengenai tujuan Marigold. Marigold membenci Rosemary, Marigold ingin memberikan intrik dan konspirasi untuk membuat nama pribadi menjadi harum. Tidak masuk akal jika Marigold ingin membantu saudarinya, apalagi bantuan sebesar dan sesering itu.

Ortiz mendesah kasar, berniat mengabaikan konflik batinnya. Dia ingin cepat-cepat menyelesaikan tanggungjawabnyaㅡmengeringkan surai Marigold dan memakaikan pakaian hangat lainnya. Dia tidak ingin memikirkan Marigold Anneliese lebih banyak lagi. Dia tidak mau terjerat pada satu kebaikan yang Marigold pernah lakukan.

Pria tersebut kembali membawa Marigold terbaring. Dia pergi ke ruangan pakaiannya dan kembali dengan sepasang kaus kaki dan sarung tangan, lantas memakaikannya pada Marigold. Dia memerhatikan perempuan tersebut selama beberapa saat setelah mengintruksikannya untuk tidur. Meski Marigold malah bebal karena masih tertarik untuk membiarkan netranya berkedip aneh seperti orang yang mengantuk berat bercampur linglung.

Tadinya, Ortiz ingin segera pergi ke luar kamar, tetapi dia tertarik untuk memerhatikan gerakan bibir Marigold yang seolah ingin berbicara. Apa yang dilakukan Ortiz mungkin benar-benar menghantui sistem tubuh Marigold sehingga dia tidak bisa mengkoordinasi dirinya. Tapi, setelahnya, Marigold berhasil berbicara pelan dan nyaris tak bersuara, sampai ada beberapa tetes air mata yang jatuh begitu emosional, katanya, "Akuㅡ" Marigold menjeda, kondisinya sangat tidak stabil, "ㅡsangat membencimu, Ortiz." Belum selesai, Marigold menarik napas berhubung pernapasannya sangat tidak stabil. "Bunuh aku jika kau tidak menerima eksistensiku. Bunuh aku seperti yang pernah nyaris dilakukan keluargaku, sebagai orang yang sama-sama tidak menerima eksistensiku." Sialan, Ortiz tidak suka ini. "Jika kau sudah menemukan jawaban yang kaucari dan jawaban itu adalah aku, jangan pernah mengharapkan kesempatan lagi. Aku memiliki lebih banyak alasan untuk mati alih-alih menerimamu."

Tanpa berintensi untuk membalas, Ortiz memilih pergi, final berpijak di teras dekat kolam demi bebas mengumpat keras-keras.

Marigold Anneliese harus tetap mencintai Ortiz dan harus tetap bertahan di sisi Ortiz.

cih, ingin dicintai tapi gamau mencintai.

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top