CHAPTER 02
"Kabur dari kastil, ya?"
Lima belas menit berlalu, urgensi masih terasa berlebihan. Apalagi Ajax Scheiffer kukuh membahas topik soal kastilㅡmetafor dari rumah keluarga Francise. Alih-alih memberikan ketenangan, pria itu terus menciptakan degup bencana. Watak Ajax memang cukup menyebalkan kendati Marigold sudah terlalu terbiasa dengan itu.
Mau bagaimanapun juga, Marigold Anneliese seratus persen terikat dengan keluarga Francise, keluarga dari pihak ayahnya. Hari ini, harusnya dia melakukan makan malam klasik seperti biasanya dengan orang-orang itu, kebetulan mereka memang memiliki rumah gedongan besar di Massachussetts. Namun, Marigold memilih untuk kabur.
Siapa yang tahan berada di lingkup keluarga layaknya royal itu? Tidak, bagi Marigold, kendati tak bisa dimungkiri bahwa apa yang Marigold terima adalah konsekuensi mengenai perbuatan Marigold di masa lampau. Dulu, Marigold tidak dipermasalahkan apakah dia harus ikut atau tidak dalam acara seperti itu, sementara sekarang Marigold harus ikut karena dia harus menjadi Rosemary. Namun, Marigold berhak untuk membuat pemberontakan, kan? Agaknya, penanaman doktrin selama setahun di Kanada tidak benar-benar membuat Marigold melupakan mengenai kebebasan dan hak-haknya sendiri. Yah, beruntung karena anak buah Javier Romano membantunya untuk tetap waras.
Kabur menuju sarang utama Ajax Scheiffer adalah intensi utama Marigold. Pada dasarnya, Marigold juga mendapatkan undangan eksklusif untuk mendatangi pesta mini di bangunan Dungeon Bar. Itu rutinitas utama para mahasiswa pecinta pesta setelah memulai semester baru. Bagi Marigold, ini lebih menyenangkan ketimbang makan malam seperti makan malam kerajaan yang terkesan kaku dan super non ekspresif itu. Plus, Marigold ingin kembali masuk pada alam semesta spesial Ajax.
Marigold merespon manja dengan kilatan sebal di netranya. Tapi, ketimbang langsung menjawab pertanyaan simpel dari pria tersebut, Marigold memilih untuk membuat koneksi saliva beberapa sekon dengannya sebagai awalan. Baru setelahnya dia mutlak menjawab. "Bisa kau bayangkan bagaimana rasanya tidak mendatangi kelab selama setahun?"
"Tidak."
Di samping, Ruho menyahut dengan sindiran guyon. "Ini sarangnya Scheiffer. Mana bisa dia membayangkan mimpi buruk seperti itu. Dungeon Bar adalah rumah terindah Ajax Scheiffer."
Marigold menyeruput beberapa teguk wiski pekat, persis dua detik setelah dia mengambil secara random dari salah satu pria acak. Dia terkekeh singkat setelahnya. Memang benar, dia telah memberikan imajinasi yang terkesan mustahil untuk terbayangkan di pikiran Ajax Scheiffer. Dungeon Bar memang bukan milik Ajax, melainkan dimiliki oleh Papi Chulo hispanik yang menjadi bos Ajax. Namun, pada hakikatnya, Ajax memang sering berada di sini, untuk sekedar bersenang-senang, melakukan interaksi ilegal, atau menumpang melakukan kegiatan seksual dadakan dengan gadis-gadis prostitusi.
"Tidak juga. Ada rumah lain yang lebih sempurna dan menyenangkan ketimbang Dungeon Bar."
"Apa?" tanya Esme.
Ruho menyela, "Tentu saja Nona Marigold Anneliese, tolol."
Ajax hanya sekedar menarik satu sisi sudut labium.
Sementara di sisi lain, Marigold yang menjadi objek malah mendistraksi dengan konteks lain. "Ngomong-ngomong, Alaska tidak datang?"
Ruho menggeleng, merespon cepat. "Tuan Jamie Hayes Yang Terhormat menculiknya."
Esme mengumbang minim, memberikan tanggapan tambahan. "Bilangnya, sih, ingin membantu Alaska membuat projek individu arsitekturnya. Tapi siapa yang tahu kalau ujungnya malah membuat bayi lagi?"
"Lagi?" heran Marigold. "Membuat bayi dalam artian bercinta saja atau bayi sungguhan?"
"Sungguhan."
"Gila. Anak kecil itu mencari mati," sahut Marigold.
"Kecelakaan. Tapi, dia melakukan aborsi."
"Aku ketinggalan banyak gosip, ya."
Ruho menaikkan satu alis. Selayang pandang dia menuntun Marigold dengan pandangan dan jemarinya untuk melihat ke arah jam dua. Di sana eksis salah satu pria prominen di Saint Hallway, Trevor Cole. "Trevor pernah mengajak Esme berkencan. Empat belas kali. Dan Esme menolaknya. Jahat sekali." Sedetik dia berpindah ke arah lain. "Chloe Hunter, primadona prodi bisnis yang semula introvert, ramah tamah, dan bermoral, sekarang mengubah impresi menjadi makanan utama bosnya Ajax dengan bayaran eksklusif. Oh, tambahan, ternyata dia memiliki akun Onlyfans dan akun-akun porno lainnya, dan isinya sangat tidak warasㅡdia mampu bermain dengan tiga penis sekaligus."
Esensi kehidupan Marigold Anneliese memang seperti ini, penuh gosip. Harusnya jeda kuliah tidak benar-benar membuat Marigold kehilangan kehidupan utamanya. Tapi, sudah dibilang, bukan? Russel Francise dan Jovovich Ivanov membawa Marigold ke Kanada, dan keluarga itu memang sangat-sangat tertutup, gayanya seperti elit global.
Realitasnya, kehidupan keluarga Francise jauh dari terminologi toksik dan nyentrik, tidak mendekati seinci pun. Jangankan pergi ke kelab, sekedar mendengarkan lagu-lagu dengan kata-kata kotor di rumah saja tidak diperbolehkan. Mereka bersih-sebersihnyaㅡtidak dengan hatinya yang sekotor kotoran.
Sebenarnya, keluarga Francise tidak mempermasalahkan preferensi anak-anaknya, atau setidaknya Marigold. Mereka bahkan tidak mempermasalahkan pilihan-pilihan toksik Marigold karena memang mereka tidak peduli dengan Marigold. Namun, itu adalah fakta beberapa tahun lalu. Semuanya berubah tatkala Rosemary menemui ajalnya. Setelah saudari kembarnya meninggal, Marigold harus menjadi Rosemary, dan artinya kehidupannya harus berubah. Setidaknya, walaupun Marigold tidak bisa dikurung sepenuhnya seperti yang Rosemary rasakan, Marigold jangan pernah lagi berteman dengan orang-orang gila.
Namun, persetan, memangnya Marigold peduli?
Ah, tapi sial, mengingat-ingat soal keluarga Francise membuat Marigold pening hebat. Lebih sialnya, berdansa di kelab tidak cukup membuatnya melayang hingga melupakan rasa peningnya. Alhasil, dia menyuruh kedua temannya untuk pergi sementara dia menetap dengan Ajax. "Scheiffer, fuck, marry, or kill. Pilih." Sambil berbicara, dia menarik pria itu untuk duduk di salah satu kursi, sementara dia sendiri beralih duduk di atas pria yang sedang merokok itu.
Marigold mengambil sigaret Ajax, menyesapnya sekali, lantas dengan cepat segera mematikan apinya di sebuah asbak. Dalam hitungan beberapa sekon, telapak tangannya menjalar pada torso Ajax, dan telapak tangan lainnya membuat godaan lain di pusat daksa pria tersebut. Sekali lagi, wanodya itu merepetisi penawaran sintingnya. "Fuck, marry, or kill."
Berbeda dengan sebelumnya saat pria itu diam memerhatikan seraya tersenyum, kini Ajax memberi tanggapan. Sebagai awalan, dia memainkan surai emas Marigold. Sementara setelahnya, dia mencumbui perempuan itu. "Fuck," katanya. "I miss you so bad, Elle."
"Elle. Aku rindu kau memanggilku seperti itu. The only person who call me Elle."
Ajax tersenyum manis.
"Paris Abelia tidak berpacaran dengan pria itu dan Daniella Lowry bukan penyuka sesama jenis. Mereka anak-anak teman ayah yang bahkan tidak aku kenali dengan baik. Lagipula, walaupun kita jarang berkomunikasi, kita masih berpacaran, bukan? Kau pikir aku mau dengan sukarela memberikan priaku pada perempuan lain?"
"Aku gila karena orangtuamu membawamu tiba-tiba dan karena keterbatasan platform untuk melakukan kontak. Aku muak dengan surel, Elle," katanya. "Maunya masih berpacaran atau sudah selesai? Banyak perempuan yang meminta dipacari olehku, lho."
Marigold terkekeh lucu. Marigold berbohong saat dia berkata jika dia memutuskan koneksi dengan orang-orang, setidaknya tidak dengan Ajax, pacarnya sendiri. Yah, walaupun cara berkomunikasi mereka agak nyentrik. Lucu sekali mengingat dia dan Ajax berkomunikasi melalui surel, itu pun jarang. "Tapi aku sudah kembali." Dia mencebik.
Ajax terkekeh. "Manis sekali."
Marigold memberikan reaksi yang sama, "Lebih lucu lagi karena aku menanggapi keinginanmu untuk meminta buah tangan dari Kanada untuk dipacari olehmu. Memangnya ada yang bisa melampaui Marigold Anneliese? Serius, Paris dan Daniella bukan apa-apa dibanding diriku. Mereka gadis-gadis membosankan yang sangat tidak cocok denganmu yang liar."
"Aku bercanda. Aku hanya ingin Elle, Marigold Anneliese."
Marigold menjilat bibirnya sendiri. "Oh, ya? Buktikan. Kau ini buaya darat, mana bisa aku percaya."
Pria itu tertawa seolah menyetujui. Bibir Marigold menjadi sasaran pria tersebut lagi. Tidak ada pergerakan masif, hanya cumbuan pelan-pelan yang manis sebab pada hakikatnya pria itu memang sangat romantis. Kesan berandalan gila tidak membuat pria itu kasar.
Tidak lama, Ajax kalang kabut. "Ah, sial, jangan di sini. Mari kita pulang."
Marigold tersenyum. "Tapi ingat Ajax, aku tidak berhubungan seks selama setahun. Jangan terlalu liar."
Cih, omong kosong yang goblok. Dia baru saja bercinta dengan Ortiz Romano begitu intens lima hari yang lalu.
"Hei, memangnya aku pernah bercinta denganmu secara kasar?"
"Kecuali aku yang meminta, jawabannya tidak."
r e c o v e r y
Rosemary Cecilia sepenuhnya lahir dengan kondisi normal. Secara fisikal, dia sama seperti Marigold Anneliese, tidak ada kecacatan. Namun, berbeda setelah ada tragedi besar saat Rosemary menginjak usia awal dewasa. Rosemary Sia akhirnya memiliki keterbatasan. Tatkala Marigold mampu mendengar, Rosemary tidak, melainkan hanya keheningan. Dan satu lagi, Rosemary tidak bisa berjalan lagi secara permanen.
Namun, ingin tahu apa yang buruk dari petikan pengenalan tersebut?
Marigold Anneliese.
Marigold Anneliese adalah orang terburuk di keluarga Francise. Alih-alih menjadi supervisor Rosemary mengingat keduanya adalah saudara kembar dan sudah seharusnya ada koneksi batin kuat antara keduanya, Marigold memilih untuk membenci Rosemary. Yah, siapa yang tidak benci? Marigold dipaksa untuk menjadi tukang suruh untuk menjaga orang cacat seperti Rosemary. Menyusahkan.
Bagi Marigold, Rosemary menghambat kehidupan Marigold.
Marigold tidak pernah iri tatkala keluarganya memberikan perhatian lebih banyak pada Rosemary dan abai pada Marigold. Persetan soal itu, setidaknya mereka masih menghidupi Marigold dan memberikan uang yang melimpah. Sebaliknya, dia suka menjadi bebas. Marigold hanya merasa jika dia seolah dilumuri oleh kotoran saat dia harus merawat orang cacat, terlebih orang sok dan jahat seperti gadis itu.
Rosemary menjijikkan, bahkan sebelum dia cacat.
Setiap saat, dia meloloskan kebenciannya pada Rosemary hingga dengan senang hati menuliskannya di kertas atau dengan bahasa isyarat, bahkan menghinanya habis-habisan. Kadang-kadang dia merundungnya secara fisik.
Karena hal itu, sesuatu hal yang terkesan normal dan pantas jika orang-orang menyayangi Rosemary. Termasuk soal Ortiz Romano, dia lebih peduli pada Rosemary ketimbang orang jahat seperti Marigold, sehingga itu menuntun pria itu untuk memberikan afeksinya pada Rosemary. Sebab siapa pula yang mau peduli dan memberikan afeksi pada orang tak punya hati seperti Marigold Anneliese? Ah, meski anehnya, pada kasus Ortiz, dia justru keasyikan bermain dengan perempuan yang dia benci.
Tapi, ah, pokoknya Ortiz sialan.
Keparat-berengsek-durjana-jahanam-sinting-goblok.
Ah, lagipula, kenapa Marigold tiba-tiba dia membiarkan dirinya sendiri mengingat orang-orang toksis itu?
"Tidak bisa tidur, Elle?"
Marigold melirik ke sebelah kiri. "Apa aku mengganggumu?"
Ajax Scheiffer sudah tidur semenjak satu jam lalu setelah klimaks hebat itu. Biasanya dia bukan tipikal orang yang tidur cepat, tetapi akhir-akhir ini Ajax Scheiffer sibuk bertransaksi sehingga dia kurang istirahat.
"Tidak," katanya, "ada apa?"
"Rosemary."
"Cecilia lagi?"
"Ya, tapiㅡah, aku sedang berusaha untuk tidak memikirkannya." Baca, memikirkan Ortiz, persetan soal Rosemary Sia. "Aku terpikirkan satu hal."
Ajax berdeham singkat. Tidak berniat membalas dengan satu vokabulari pun selain membiarkan tangan pribadinya merayap lindap pada pinggang Marigold yang polos. Tapi dia memang pendengar yang baik.
"Relasi kita. Tidak perlu ditutupi lagi, ya?"
Pada dasarnya, relasi antara Ajax dan Marigold adalah gim paling tolol yang pernah ada. Sebenarnya tidak ada alasan khusus mengenai alasan ketertutupan relasi mereka. Paling-paling, alasan yang masuk akal adalah sebab keduanya tidak saling menyukai sehingga tidak ingin memperumit keadaanㅡorang-orang selalu menginterogasi atas hal yang tidak penting seperti ini. Tapi, kendati tidak ada perasaan spesial antara satu sama lain, mereka saling melindungi, dan memublikasi relasi tolol mereka bukan suatu kesalahan besar. Siapa yang tahu bahwa keduanya diam-diam sudah menyimpan perasaan khusus, bukan?
Meski ada satu hal yang Marigold pikirkan tanpa konsiderasi. Persetan dengan Ortiz dan keegoisannya, Marigold ingin bebas dengan pilihannya sendiri. Toh, satu-satunya pria yang paling ahli membuatnya nyaman adalah Ajax Scheiffer sendiri. Dia ingin menyingkirkan Ortiz Romano.
"Ide bagus," balas Ajax.
"Hm?"
"I do whatever you want."
Marigold mengumbang minim. "Whatever I want. Jadi kau mau atau tidak? Dari sudut pandangmu sendiri."
Pria itu sontak terkekeh. Marigold selalu seperti ini. Detail. Dia ingin kalau setiap pihak menerima pertimbangan masing-masing. Marigold tidak akan nyaman jika hal sekecil itu pun hanya disetujui Marigold atau Ajax saja.
Harusnya Ajax lebih jelas. Sehingga sepersekian sekon, dia membalas lebih detail. "Aku akan dengan senang hati mengatakan pada orang-orang bahwa Marigold Anneliese adalah milikku dan aku ingin kau melakukan yang sebaliknya." Dia menjeda. "Aku suka kegemparan."
Arkian Marigold tersenyum. Lagi, persetan soal Ortiz, Ajax Scheiffer lebih kapabel membawa Marigold menangkap esensi kenyamanan yang dia butuhkan ketimbang situasi penuh penekanan dan penyesalan saat dia bersama Ortiz. Ini bukan soal Marigold yang memanfaatkan Ajax. Jika bagi Ortiz, sebelum Marigold hadir, ada Rosemary yang memperindah takdirnya lebih dulu. Maka, bagi Marigold, sebelum ada Ortiz, ada Ajax Scheiffer yang lebih dahulu memberikan dunia pada Marigold.
Sedetik kemudian, untuk lebih banyak mengalihkan gambaran kelam perkara Ortiz Romano, Marigold kembali menuturkan undangan sintingnya. "Ajax, lakukan lagi. Balas dendam."
ada pesan buat marigold dengan karakter buruknya?
anyway, cerita ini sama sekali tidak bermaksud menyinggung suatu komunitas tertentu. ingatkan aku jika diksi yang aku gunakan terlalu sarkas ketika menggambarkan rosemary yang memiliki keterbatasan.
marigold hanya terlampau benci sama rosemary.
sampai jumpa di bagian selanjutnya!
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top