ACT I: CHAPTER 08

[be wise: fight.]

Fragmen baru terkonstruksi apik. Atma dan raga mesti bebas. Itu konklusinya.

Profil sisi wajah Taehyung tervisualisasi indah di netra Jiya. Romannya serius lantaran serebrum berkonvergen pada satu aksis, yakni menjalankan fungsi radas transportasi. Pergi malam hari membuat Taehyung mesti dobel fokus. Resistensi konsentrasi melambung tinggi. Bagi Jiya, sesuatu yang sangat langka, Taehyung diam dengan guratan iras serius itu sangat ekstraordinari.

Jiya memang eksesif sekali kalau soal Taehyung.

Kini, Jiya dan Taehyung memiliki intensi menuju Saint Hallway. Menyusup. Itu absolut gagasan dari Taehyung dan Jiya sangat tidak keberatan untuk menyetujui. Bukan ingin melakukan aksi kriminal seperti mengambil perabotan Saint Hallway yang mutlak kebanyakan berharga fantastis, lantas menjualnya demi mendapatkan uang, tetapi Taehyung hanya ingin mencari suar fragmen lampau. Bukan ingin bertemu friksi, tetapi konkret mencari harsa dengan cara dan metode yang sedikit eksentrik.

Untungnya, momen ini Tuhan dengan sangat palamarta memberikan cuplikan predestinasi yang terstruktur dan mudah. Seperti biasa. Di jihat Taehyung, ia sudah tahu siklusnya. Kurang lebih telah memerhatikan ketololan sekuriti Saint Hallway sejak satu bulan ini. Tidak ada yang pernah memproteksi gerbang utama universiti. Lebih tepatnya, orang-orang tolol itu tertidur seperti babi dan mereka konkret selalu memakan upah buta.

Jadi, tatkala sudah sampai di depan gedung Saint Hallway, Taehyung dan Jiya mutlak menerima sirkumstansi sepi Saint Hallway.

"Tidak akan ada polemik selama sekuriti tidak ada yang sadar." Taehyung memberi preambul. Pria itu menelisik netra Jiya dengan pinar dolerit yang super intens. Sedang sangat-sangat serius dan persistens. Sisi lain si pecandu medikamen ilegal yang kapabel membuat Jiya ruai. "Seharusnya ada dua penjaga di ruang kendali. Tetapi hanya ada Mister John yang eksis, mesti orang tolol itu malah tertidur."

"Ya. Aku harap kau benar."

Taehyung mengernyit. "Apa?"

"Probabilitas pengubahan deklinasi proteksi cukup tinggi sebab ada kartu akses sekuriti yang hilang. Hari ini deklinasi khusus Mister John, tetapi bisa saja berubah," kata Jiya.

Paragon perfek itu menguar tawa hingga bahu bervibrasi. Sekuens perkembangan kelikat dan aksi Jiya cukup bagus. Jiya memang memiliki intelegensi tinggi. Evidensnya seperti ia yang disebut sebagai mahasiswi jenius. Namun, Jiya pribadi selalu menganggap dirinya tolol. Iras inosennya juga mendukung sekali. Dia juga bilang tidak memiliki konfidens tinggi. Melihat Jiya menggiring persepsi baru itu membuat Taehyung bersemarak.

"I told you that you're great, Mi Corazon." Ia menjeda demi menikmati kurva elok Jiya. "Setidaknya kita memakai seragam serupa. Mister John atau bukan tidak masalah, kan?"

Selain sebab Taehyung, Professor Schiller juga berkontribusi dalam hal ini. Sudah dibilang jika ia ingin kasus ini berujung. Dosen tersebut memberikan uniform sekuriti pada Jiya dan Taehyung supaya lebih memudahkan ketika menyusup kampus. Entah dari mana ia bisa mendapatkan uniform dominan warna aswad ini. Tapi gagasan itu memang membantu.

"Iya. Jika kemungkinan terburuk netra salah satu dari kita direkognisi mereka, kita habis, Taehyung," balas Jiya. "Sugesti melakukan konvergensi sepertinya tidak cukup bagus. Berpisahㅡitu yang aku pikirkan, terdengar bagus untuk mengecoh."

Bisa dibilang Jiya dan Taehyung sudah melakukan begandering minim tadi sore. Tetapi memang pemikiran baru selalu muncul ketika berada di mintakat eksperimen. Jiya mendadak memikirkan probabilitas lain yang sebetulnya cukup menguntungkan. Demi mengecoh.

"Oh, Tuhan! Jangan membuatku gila, Jiya," ucap Taehyung.

Jiya mengernyit. "Kenapa? Itu bagus."

"Divergensi membuatku gila. Tetap di sisiku."

Jiya akui, sisi posesif Taehyung terkadang mengerikan dan super menjengkelkan. Hak asasi manusia Jiya terkadang seolah tercabut murni dari basis akar hingga kenya kirana itu hanya kapabel menguar napas pasrah dan netra yang memutar kesal. Memang bagaimanapun situasinya Jiya tetap harus berada di samping Taehyung. Itu sebuah keharusan bagi Taehyung.

Gila tidak, sih? Padahal setidaknya Jiya dan Taehyung masih berada dalam satu gedung meski tidak berdampingan. Tetapi person ini teramat tidak suka dengan gagasan itu: divergensi membuatnya gila.

"Seperti awal atau tidak sama sekali? Menunda dan tersiksa lebih lama." Taehyung memberi ultimatum. Dominansi gila yang membuat Jiya mendesah sumarah.

Jiya menguar napas pelan-pelan dan memejam. Daksa absolut tersandar. "Iya, terserah. Beruntung aku menyayangi kamu." Lantas, Taehyung mengedip tatkala Jiya melirik Taehyung.

Jiya ingin sekali mencakar iras perfek person ini.

Nyenyat sejemang. Jiya mengambil sebuah topi hitam milik Taehyung di bangku belakang. Yah, milik Taehyung. Seorang feminin seperti Jiya mustahil memiliki benda yang menguarkan imej tomboy, apalagi benda itu berwarna selegam obsidian. Jiya gunakan itu untuk menutupi eksistensi surainya yang lantas ia diikat. Saint Hallway tidak pernah memiliki petugas keamanan dengan gender perempuan. Akan aneh jika ia membuka jati diri sebagai perempuan. Menutupi eksistensi rambut sangat diperlukan.

Untungnya, surai pendek Jiya sangat membantu. Meskipun dengan bantuan topi, surai panjang Jiya dulu tidak akan pernah membantu untuk penyamaran tolol seperti ini. Kelakuan bejad Prim ada gunanya juga.

Taehyung bersiul pelan setelahnya tatkala melihat imej Jiya. "Nice view. Preciosa."

"Apa?"

"Perbuatanku semalam," balas Taehyung, mengedip.

Jiya membuat manuver gesit. Mengambil sebuah kain yang terkadang digunakan oleh Taehyung sebagai bandana atau masker. Jiya membutuhkan kaver kecil itu untuk menutupi bagian epidermis leher yang semalam dikotori oleh paragon perfek di hadapannya ini.

Menciumi Jiya sudah menjadi kultur dan tradisi Taehyung. Bukan hanya di labium, tetapi di epidermis leher juga. Taehyung memang selalu merenggut kebebasan dan ketenangan atma dan raga Jiya. Walaupun secara harfiah orang ini masih tahu limitasi. Untungnya.

Sialnya, Jiya tidak bisa menghentikan kultur itu. Taehyung punya dominansi kuat. Dan Jiya menyukainya, lucunya.

Taehyung is a predator and Jiya is his prey.

Pada hakikatnya, Taehyung itu masalah besar dan Jiya bukanlah apa-apa.

"Epidermis manis, raksi wangi chamomile, vokal cantik, pergerakan gelisah. Fuck, penyiksaan yang menyenangkan, Mi Corazon."

Sentens itu menjadi ultimatum mengerikan bagi Jiya. Taehyung gila, itu konklusinya.

Penyiksaan yang menyenangkan, katanya. Taehyung acapkali menguarkan diktum yang sangat mengerikan untuk diartikan.

"Bisa diam, Taehyung? Akuㅡaku malu."

Taehyung hanya menguar tawa kecil. Pria itu mengambil sigaret stroberinya. Untuk pertama kalinya lagi, Jiya melihat Taehyung kembali merokok setelah sekian lama tidak melihat orang itu sibuk dengan kegiatan tersebut. Otomatis kepulan asap mengudara hingga Jiya mendesah sesak.

Taehyung memiliki gaya hidup tidak afiat dan orang ini ingin mengajak Jiya untuk mati sama-sama. Gila. Well, menjadi perokok pasif bukanlah mimpi Jiya.

Sejemang, Taehyung mengacak surai sendiri dengan tangan kirinya. Ia membuka pintu radas transportasi, diikuti oleh Jiya juga. Tanpa ada bahana vokal komando, keduanya langsung berjalan memasuki Saint Hallway. Pelan-pelan seolah sedang menjadi mahasiswa biasa, tetapi tetap berkeledar. Jaga-jaga jika babi-babi itu terbangun.

Ruangan kendali ada di pusat Saint Hallway. Similar seperti posisi mintakat khusus dan eksklusif teruntuk para pengajar, dan ruangan prominen lainnya. Jiya pribadi nyaris sering mendatangi senter Saint Hallway itu. Makanya bisa dibilang Jiya familier dengan isi gedungnya.

Well, sebelum eksis kasus ini, Jiya itu absolut sibuk bercengkrama dengan banyak pengajar di gedung pusat ini sebab memang Jiya punya koneksi baik dengan para pengajar, bahkan itu berlaku pada pengajar di luar dari major kedokteran. Contohnya seperti Sir Santiago, dosen major Bahasa Spanyol; dosen yang dahulu sempat mengejar-ngejar Jiya yang kini sudah kembali menetap di Spanyol. Jadi, senter Saint Hallway sangat dikenali oleh Jiya.

"Taehyung, kau tahu kalau kita akan memasuki elevator, kan?"

Taehyung mengumbang kecil, "Hm. Of course."

"Jadiㅡ"

Belum sempat mengeluarkan inti sari sentens, Jiya lebih dulu dihentikan oleh bahana Taehyung. "Buang sigaretnya, kan," kata Taehyung. Diadisi dengan gerakan fantastis Taehyung yang membuang sigaretnya secara random.

"Bisakah kau berhenti merokok?"

"Sedang mencoba." Taehyung mengusap labium sendiri dan setelahnya kembali memakai masker untuk menutupi setengah wajah. Kontinyu dengan menekan tombol elevator hingga finalnya kedua orang ini berada di dalam elevator. Sementata Jiya tergugah untuk membuat kurva simetris dari labium. Sepertinya memang Taehyung sudah memiliki inisiatif sendiri untuk berhenti bergantung pada rasa sigaret stroberi yang absolut bisa merusak daksa Taehyung.

Oh, lagipula kurang gila apa lagi seorang Jung Taehyung? Selalu menggunakan banyak wanita yang diferen, mengotori labium dengan sigaret, juga habitnya sebagai pengguna medikamen ilegal. Person ini ingin cepat mati atau bagaimana? Kombinasi penyakit HIV dan penyakit atas influensi merokok juga narkotika bisa saja membuat Taehyung mati mendadak. Jiya hanya tidak ingin Taehyung mati karena hal tolol. Gila saja.

"I have a new supplier. Don't worry."

"Pengganti sigaret?" tanya Jiya.

"Ya." Pria dengan netra bagai dolerit ini melirik Jiya dengan afsun yang mendetonasi. Tergila-gila dengan imej si kenya inosen yang hanya terdiam inosen menatapi pintu elevator. Hingga tanpa sinyal konkret, vokal Taehyung membahana kuat hingga Jiya tersentak. Apalagi tatkala Taehyung ada intuisi untuk membuat posisi Jiya makin terpojokkan.

"Sial, labium kamu, Jiya."

Jiya memang meyakini hal-hal seperti ini akan terjadi. Yakin jika Taehyung akan membuka maskernya, berikut milik Jiya, lantas kontinyu mencumbui. Tetapi Jiya enggan melakukan ini di saat keduanya mesti serius.

"Taehyung. Berhenti!" Jiya beri ultimatum tatkala Taehyung benar-benar nyaris ingin membuat koneksi saliva. Kenya kirana itu jatuhkan jemari pada labium Taehyung. "Ingan rancangannya, Taehyung. Apa kita akan bercumbana di elevator hingga Mister John mengira kita penyuka sesama jenis dan otomatis menggagalkan hasil begandering kita?"

Taehyung mundur beberapa langkah dengan vokal tawa menguar. "Ya. Lagipula secara harfiah konteks penyuka sesama jenis di sini bukan hal yang tabu. Saint Hallway sangat jauh dengan budaya dan kultur asli negara ini. Mister John tidak akan mempermasalahkan itu."

Jiya merotasi netra, kontinyu membenarkan maskernya dan masker Taehyung. Tidak ingin membalas.

Sejemang sampai pada tujuan. Jiya keluar terlebih dahulu. Mengamati sirkumstansi horor sebab lorong universiti bagian ini tidak diberi penerangan, entah sengaja sebab habit atau penjaga gedung lupa menyalakannya. Refleks menyejajarkan diri di samping daksa Taehyung sebab Jiya memang tidak memiliki adrenalin lebih.

Segelintir was-was melindap pada atma. Jiya hanya mengkhawatir satu probabilitas kusut tatkala keduanya tertangkap menyusup dan berpura-pura menjadi sekuriti. Pemilik universiti diwartakan sangat arogan dan pemarah. Tidak masalah sebetulnya jika Jiya dikeluarkan kampus jika memang Jiya dapat kemungkinan terburuk atas pilihan ini. Yang membuat Jiya gusar adalah asumsi buruk perkara Jiya yang akan makin menjadi-jadi. Mutlak Prim nanti akan lebih banyak memiliki simpanan konten isu pembulian Jiya.

Untungnya, tatkala Taehyung gunakan kartu akses hasil curian untuk masuk ruang kendali, di dalamnya mutlak tidak ada orang yang menjaga. Saint Hallwat absolut mempekerjakan bajingan-bajingan tolol yang memakan upah tanpa berkontribusi mengamankan bangunan dengan betul. Sebuah keuntungan yang super miris sebetulnya.

"Flashdisk?"

Vokal Taehyung keluar lagi. Jiya mengambil benda mini itu langsung dari kantung pakaiannya dan memberikannya pada paragon perfek itu. Well, mengambil data seperti ini lebih efektif. Sebenarnya data-data seperti ini bisa diretas. Namun memang Saint Hallway memiliki sekuritas penyimpanan yang tinggi; mustahil bisa diretas. Mungkin, kecuali ada anak ajaib dengan abiliti menggunakan kapasitas serebrum sebanyak seratus persen, seluruh informasi dan penyimpanan Saint Hallway bisa bocor.

Sementara person perfek itu memilih untuk berkonvergen pada satu satu fokus, yakni kegiatan dengan data-data itu, Jiya mutlak menatapi seluruh imej dari kamera pengintai. Hanya sebagai usaha untuk berjaga-jaga.

"Berapa persen?" tanya Jiya.

"14 persen. Akan sangat banyak memakan waktu untuk mencari folder yang tepat. Maka dari itu, aku memindahkan semuanya. Untung kecepatan pemindahan datanya tinggi. Lebih efisien, bukan?"

Jiya mengumbang. "Hm."

Kenya itu kontinyu melirik sisi pojok kiri. Mengamati satu persatu televisi kecil yang memancarkan imej visual kamera pengintai itu dari pojok kiri bawah hingga ke atas. Sampai pada momen Jiya mendadak merasakan panas menghajar sistem saraf. "Oh, ya tuhan, Taehyung, seseorang menuju ke sini."

"Sekuriti?" tanya Taehyung dengan tololnya.

"Siapa lagi memangnya? Davy Jones?"

Ultimatum tersebut membuat Taehyung sedikit similar seperti siklon. "31 persen. Setelah mencapai final, langsung cabut koneksinya. Aku akanㅡsialan!"

Visualisasi sekuriti nampak saat pintu terbuka. Iras seperti berandalan lebih terpancarkan ketimbang sekuriti berwibawa. Ia nampak terkejut akan eksistensi Jiya dan Taehyung. Dengan pandangan menyorotkan ketidaksukaan yang mendarah daging dan napas yang keluar keras dan intens, sekuriti dengan tag nama bertuliskan Park itu langsung memulai manuver kasar. Tanpa basa-basi.

Benar kata Jiya, ada perubahan susunan penjaga gedung. Ini jelas bukan Mister John. Taehyung meyakini betul bahwa ini orang baru. Orang baru selalu bekerja rajin, kan? Dia juga mungkin berjaga sendirian dan merasa aneh saat ada orang lain di ruang kendali.

Intinya friksi terjadi.

Sementara Taehyung, sepenglihatan Jiya, adam itu masih sempat-sempatnya membuka setelan sekuritinya dan memublikasikan daksa hanya terbalut kaus putih. Meski, sialnya, itu keren dan tampan, bagi Jiya.

Dengan pandangan khas anala inferno, Taehyung berliku-liku membuat gerakan pergelutan yang kasar pada sekuriti berwajah garang itu. Namun, itu sebuah kenestapaan bagi Taehyung lantaran lawannya itu mirip makhluk invisibel. Balunan tangan pada orang itu rasanya sia-sia. Yang ada adalah Taehyung yang mendadak kewalahan. Jung Taehyung mendadak similar seperti Jack Sparrow yang berlagak seperti pemabuk, mutlak seolah habis meneguk lima gentong rum. Hingga finalnya pria itu terjerembap ke lantai luar ruangan. Meringis nyeri.

"61 persenㅡAw! Jung!" Tanpa indikasi apapun, lengan Jiya dicengkeram oleh sekuriti itu. Jiya otomatis menutupi eksistensi flashdisk agar pria itu tidak mencabut koneksi secara tiba-tiba dan mengacaukan pemindahan data. Sialnya, pria itu malah menjelajahi daksa Jiya dengan jemarinya, membuat gentar Jiya hingga dahi mengernyit takut.

Demi Tuhan, Jiya muak disentuh sembarangan oleh banyak pria.

Pada hakikatnya penyamaran Jiya agar terlihat seperti gender pria itu gagal total meskipun Jiya sudah otomatis mengeluarkan suara seperti pria. Sekuriti itu mungkin sadar bahwa bagian depan Jiya memiliki format yang lebih atas dari ukuran standar kepemilikan perempuanㅡatau jika ia tidak sadar, mungkin ia penyuka sesama jenis.

"Aku tidak tahu kau siapa. Tapi matamu cantik."

Jiya terdiam. Takut sebab cengkeramannya kuat sekali sementara tangan lainnya super sinting, mencoba memegangi bagian tubuh Jiya.

"Matamu membuatku menginginkanmu."

Jiya membelalakkan matanya. Oke, ini sebetulnya bukan pertama kali orang menginginkan Jiya hanya karena mata. Tak terhitung. Sumpah. Apa yang salah dengan mata Jiya?

Jelas, itu menakutkan.

Beberapa saat Jiya menggigit labium. Takut dan resah. "Taehyung." Jiya mencicit. Memublikasi vokal khas perempuan lagi. Jiya memang payah sekali dalam hal memproteksi diri.

Lantas katakan sekuriti ini tolol sebab membiarkan Taehyung terjerembap, tetapi dibiarkan masih tersadar. Tapi itu keuntungan bagi Jiya. Tatkala Taehyung menyadari jika gadisnya di sentuh, Taehyung tidak lagi mirip seperi pemabuk jalanan. Pria itu menggeram hebat.

"Jangan sentuh gadisku, Bajingan!"

Kalakian, layaknya petarung ring tinju yang tengah mati-matian menyabet titel tinggi, Taehyung kembali bangkit dengan sejuta spirit dan amarah. Jiya adalah milik Taehyung; tidak ada yang boleh menyentuhnya. Pria itu dilingkupi oleh warna bagai dolerit yang mirip seperti mara akhir zaman. Membuat kekacauan yang lebih masif dan azmat.

Manuver Taehyung kali ini lebih apik dan terstruktur. Ia seperti sudah memperhitungkan seluruh manuver yang akan diproduksi. Hingga dalam sekejap, makhluk invisibel itu jadi visibel. Terutama tatkala Taehyung mengangkat badan sendiri, meringankan volume dan berat, dan menyerang pria Park itu seperti burung yang memangsa makanannya. Taehyung meninju hingga tepat tertuju pada hidung pria tersebut.

Taehyung is a poser.

Jiya otomatis berteriak terkejut hingga datang kombinasi mual serta nyeri. Hidung sekuriti itu mengeluarkan darah dan Jiya yakin kalau hidung sekuriti itu retak. Vokal jeritan mengudara dan pria itu juga mutlak tersungkur pada permukaan marmer. Tetapi Taehyung tidak membiarkan itu bertahan lama. Sebagai ending gem intens dan keras ini, Taehyung meninju sebanyak dua kali hingga kesadaran pria itu tercabut.

Taehyung kontinyu menghadap komputer. Punya intensi untuk menghapus catatan kamera pengintai di ruangan ini dan berkarsa mematikan fungsi kamera pengintai di salah satu lift. Taehyung meyakini jika orang ini tidak akan betul-betul mengingat wajah Taehyung dan Jiya sebab tertutup masker juga. Tetapi menghapus rekaman tetap amat sangat diperlukan supaya identitas keduanya tidak terdeteksi. Well, pelacakan identitas melalui pupil mata itu sangat mudah dilakukan.

"Sudah?"

Jiya tidak membalas. Wanodya kirana itu fokus memerhatikan angka-angka terakhir proses. Berpusat pada satu konsentrasi. Hingga mencapai finalnya, Jiya mencabut koneksi. Tanpa komando apapun, Jiya meninggalkan ruangan. Disusul dengan Taehyung setelah mengambil kembali setelannya yang tergeletak di kadera. Kontinyu dengan keduanya yang berlari terbirit-birit menuju elevator sebab sepenglihatan Taehyung, ada sekuriti lain yang hendak kemari.

Perkara aksi mirip siklon ini sudah berakhir. Taehyung tersandar pada dinding dingin elevator dengan netra memejam dan napas yang tidak stabil tatkala maskernya dilepas. Likuid asin eksis pada epidermis. Pada saat itu, Jiya mendekati Taehyung tanpa segan hendak mengabolisi eksistensi konsentrat keringat Taehyung.

Satu hal, untung Taehyung tidak berdarah, hanya memar-memar kecil. Tapi Jiya tahu, Taehyung mutlak tersiksa. Karena Jiya lagi.

"Kau terluka lagi, Taehyung."

Tanpa aba-aba, beberapa detik berlalu keduanya malah bertukar posisi. Jiya runtuh tatkala Taehyung melahap labium Jiya mendadak setelah melepas paksa masker wajah dan topi yang digunakan Jiya.

Gemuruh kembang api bersemarak pada jantung hati Jiya sebab Demi Tuhan manuver Taehyung sangat meliar dan berantakan. Selintas pikiran Jiya kacau hingga otomatis membiarkan pria perfek itu mengangkat satu tungkai Jiya. Hingga pada finalnya, Jiya otomatis ikut-ikutan bergerak liar, meski tidak sama seperti Taehyung.

Jiya mendesah subtil meskipun rungu rasanya merasa geli dengan bahana itu yang mutlak tercampur dengan vokal decapan yang super mengerikan dan menyiratkan kesenangan itu. Apalagi tatkala Taehyung berpindah fokus menuju epidermis leher Jiya, melepas eksistensi kainnya dan mencium barbarik. Momen itu, Jiya gila sebab kenya tersebut memejam menikmati dengan labium nyaris tersenyum dan terbuka minim hanya untuk memublikasi rasa eminen yang nikmat.

"Kamu milikku, Jiya." Taehyung bergumam intens. Tetapi ia kembali kontinyu mengecupi epidermis Jiya lagi.

Barangkali Taehyung marah karena aksi tadi tatkala ada pria lain yang menyentuh Jiya, hingga ia mendadak mengklaim Jiya lagi.

"Em, Taehyung." Jiya membalas dengan vokal desah. "Aku milik kamu. Tapi jika itu belum cukup, klaim aku."

Jiya gila sekarang.

Taehyung berhenti detik itu. Ia menatap Jiya lebih intens dengan netra dilingkupi buntara bhama yang mendetonasi. Pancarona anggara yang memesona tampil elok di iras perfek pria tersebut. Hingga tanpa indikasi apapun, wanodya itu semakin terpojok, mutlak seolah menyatu dengan dinding elevator yang dingin. Ketika itu, Jiya menggila sebab otomatis benda Taehyung menghantamnya sangat anggara. Untuk kedua kalinya Jiya merasa eksentrik dan runtuh pada pancarona firdaus. 

"Katakan sekali lagi, Mi Corazon."

"Klaim aku." Maka darinitu, bajingan ini malah menyentakkan daksa ke depan. Dan Jiya kapabel merasakan benda yang keras. Demi Tuhan, Taehyung tidak pernah begini. Namun, sekarang, Jiya merasa gila sebab ia menyukai ini.

Jiya gila sekarang.

Taehyung menggeram intens. "Fuck!"

Dalam satu gerakan, Taehyung mengulum labium wanodya itu lagi. Tak peduli dengan realitas penting perkara elevator yang sudah berhenti di lantai dasar sedari tadi. Pria tersebut memberikan gambaran eden nirmala pada Jiya hingga Jiya mendesah tertahan pada kerongkongan yang serak.

"Berikan penjelasan."

Jiya membuka netra tatkala Taehyung mengeluarkan vokalnya. "Hm?"

Pupil Taehyung menggelap dan membesar. Mendapatkan sentens menarik membuat Taehyung mencabut seluruh koneksi kewarasan serebrum. Taehyung mendadak tersenyum dan menatap Jiya dengan pinar nirmala yang tetap menyorotkan api sebagai simbol atma anggara. "Are you going to give me an invitation, Mi Corazon?"

Jiya gila sekarang.

"Katakanlah," rapal Taehyung dengan vokal memberat.

Jiya gila sekarang.

Itu bukan rahasia yang mesti ditutupi lagi. "First story" Jiya menjeda. Turbulensi sebab benda Taehyung yang menggangu kinerja serebrum. Itu jelas sekali terasa di senter daksa Jiya, apalagi memang pria ini masih setia merangkumi satu tungkai Jiya yang terangkat dan terus-menerus bergerak ke depan hingga Jiya merasa lemas dan lembap. "ㅡwhich was promised by you. I want it. Claim me, Papi."

Jiya gila sekarang. Berikut Taehyung yang ikut menggila.

Taehyung mengulum bibir personal. Menatap netra sayu dengan imej inosen yang masih terasa. Kontinyu membelai subtil kaki atas di balik kain seragam milik wanodya tersebut yang mutlak masih kapabel menyengat saraf. Finalnya, Taehyung beri vokal bariton subtil merendah yang kapabel membuat Jiya lebih gila. "Then I'll give what you want, Su Majestad."

[TBC]

vocabulari/frasa/sentens asing:
preciosa : gorgeous, precious, beautiful, pretty.
hostia : literally, host. but, it means bloody hell.
papi : daddy. or general term of affection for any man, friend or lover. it depends on the context.

well, fyi, vokabulari papi punya beberapa makna. bisa untuk memanggil ayah, like daddy or father. atau untuk urusan afeksi, my man or smth. atau yg paling sensitif bisa untuk urusan seksual seperti sugar daddy hshshs. ini jiya konteksnya karena taehyung kekasih jiya alias my man, bukan yang macem-macem. [tapi bagi taehyung, jiya emang kayak flirting gitu, sih]

you know exactly perkara bagian depan akan gimana. siap-siap aja buat ngehadepin taehyung, aksen spanish-englishnya, dan bendanya hiks. aku gantung selama seminggu, OK, lo siento, mi corazon. akan ada jawaban juga atas kasus itu anyway.

satu lagi. look at this.

hehe. inget bagian sebelumnya.

well, sampai jumpa jumat depan-!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top