CHAPTER 03: The Next Episode of Him

Sedikit saran untuk para gadis: jangan pernah memacari Ajax Scheiffer.

Ajax Scheiffer merupakan pria dengan simbol bendera merah dan hitam yang sangat kentara. Siapapun sesungguhnya tahu itu, tetapi Marigold Sara seolah tertutup dengan informasi itu semenjak dia menjadi mahasiswi transfer permanen satu bulan sebelum bertemu Ajax. Barangkali Ajax memiliki sekelompok pengikut yang diinstruksikan untuk membuat doktrin baik soalnya. Orang-orang hanya meloloskan ilusi palsu bahwa Ajax merupakan pria baik dan ramah. Namun, setelah Marigold lepas dari hubungan itu, tahu-tahu segala informasi keburukannya terbuka dengan lebar dan bebas. Oh, lebih dari itu, tidak hanya dari informasi, Ajax sendirilah yang memberikan gambaran mengenai betapa sintingnya dia.

Ah, lagipula mengapa Marigold Sara Selalu mendapatkan pria bendera merah?

Kemarin malam, ibu dari perempuan itu benar-benar meluapkan segala kekhawatirannya melalui panggilan telepon, dan dia benar-benar emosional. Marigold adalah satu-satunya putri dari keluarga itu. Mereka memang membebaskan kehidupan perempuan tersebut sebagai figur yang telah memasuki tahapan dewasa, tetapi mereka merasa begitu gagal. Dari seluruh mantan kekasih Marigold, Ajax adalah kasus yang sangat mengkhawatirkan, orangtua Marigold benar-benar merasa takut.

Saat Marigold berkata pada Ortiz bahwa ketakutan adalah hal bodoh, sesungguhnya Marigold juga tidak begitu yakin, atau memang belum merasakannya. Seandainya dicerna dengan baik, lebih bodoh lagi jika Marigold menutupi rasa takutnya. Tidak ekspresif bisa menjadi polemik besar. Lambat laun, Marigold seperti orangtuanya, bahkan adik laki-lakinya, bukan hanya khawatir, terganggu, dan merasa tidak nyaman, tetapi ketakutan juga.

Obsesi memang sangat tidak sehat.

Tiga jam lalu, Ebony dan Scott yang baik hati mengantarkan Marigold ke rumah orangtuanya, dari Naples ke Miami. Sehubungan ini akhir pekan, dia memutuskan untuk menginap di rumah orangtuanya. Sedikit riskan sebab Ajax bisa saja datang sebagai bentuk teror lainnya, tetapi setidaknya Marigold tidak sendirian. Misalnya, Caleb Arthuro Petrov, adik laki-laki Marigold, kendati begitu menyebalkan, dia menentang habis-habisan atas sikap Ajax; kata Caleb, dia rela mati demi kakaknya. Rumahnya tidak menjamin keamanan maksimal seperti di Caribbean, tetapi rumahnya adalah surga terbaik.

Marigold merasa baikan, sungguh.

Terlihat Marigold tengah setengah berbaring di kamarnya seraya menonton tontonan aksi. Daksa yang terbalut oleh gaun tidur floral pendek itu diselimuti oleh selimut putih tebal, kepalanya menumpu pada kepala tempat tidur sekaligus tumpukan bantal, dan tangannya memeluk guling yang senada dengan tema tilam. Dari segala jenis kegiatan saat Marigold menapakkan kaki di rumah, ini memang adalah salah satu aktivitas utama. Bukan bermalas-malasan, Marigold memang jarang menghibur dirinya sendiri di apartemen. Selain tugas akhirnya yang banyak dan kesibukan menata karir, dia merasa tidak tenang karena pengaruh kegilaan Ajax memang cukup fatal.

Namun, kemudian Marigold harus menjeda tontonan film aksinya. Ibunya, namanya Elena Zarah Petrova, datang mendistraksi kecil hingga direk duduk di pinggiran kasur anak gadisnya. Wanita dengan angka empat puluh tujuh itu baru saja pulang dari pekerjaannya sebagai edukator sekolah menengah atas. Ini pertama kalinya mereka bersua kembali semenjak Marigold pulang dua minggu lalu, berhubung minggu lalu wanodya itu dicegat projek kampus. "Tidak boleh ada Ajax Scheiffer sebagai topik pembahasan jika di rumah. Namun, mama khawatir. Ada sesuatu yang ingin diceritakan lagi, Sara?"

"Aku hanya berharap dia tidak membuntutiku kemari." Dia terkekeh kecil dengan mata kosong seolah tidak punya harapan baik. Perempuan itu beralih ikut duduk; dia memangku salah satu bantal dengan sarung bantal berbulu lembut. "Aku ingin transfer ke kampus lain, tapi di samping kekuasaan keluarganya di sana yang membuat segala proses sia-sia, aku juga hanya perlu berjalan beberapa bulan sebelum akhir perkuliahan. Bagaimana menurutmu, Ma?"

"Kau sangat tidak nyaman dengan dia, itu masalahnya."

Sulit untuk memberi opini, jujur saja. Elena Zarah menjadikan Marigold sebagai anak yang paling dia khawatirkan. Meski gadisnya terlampau independen dan pandai, Marigold tetaplah perempuan. Kaitannya dengan Ajax, putrinya benar-benar terlilit katastrofe horor, di mana ibu mana pun yang waras akan begitu ketakutan. Sayangnya, situasi semakin menghimpit. 

Elena menambahkan, "Papa sedang berusaha mengamankan posisimu di kampus. Dia berkolaborasi dengan salah satu investor supaya bisa menurunkan tahta keluarga Ajax di Saint Hallway secara drastis. Jika itu berhasil, opsinya hanya dua: kau yang pindah, atau Ajax yang dikeluarkan atau dipindahkan. Lagipula, dengan catatan nilai yang sangat buruk dan kelakuannya yang di luar nalar, dia pantas didepak."

"Semudah itu?" Marigold mengernyit.

"Networking is the key. Itu kekuatan papa." Elena menggaungkan tawa kecilㅡsedikit meringankan suasana. What a precious, useful thing; abilitas Anders Elias memang tidak perlu diragukan. Kendati fokus utamanya ada pada sesuatu yang berkaitan dengan properti rumah dan kondominium, dia juga memiliki banyak jejaring kolega dari pelbagai bidang. Anders memang pandai memanfaatkan jaringan kehidupan sosial. 

Marigold terbawa dengan sedikit suasana cair itu, suara tawa kecilnya kembali lolos. "Perusahaan apa, omong-omong?"

"Salvatore's Investments. Kolega terdekat papa dekat dengan pejabat utama perusahaan tersebut, Giuseppe Salvatore, pemegang perusahaan sebelumnya sebelum anaknya memegang kendali. Papa juga dekat dengannya pada akhirnya. Itu sudah berbulan-bulan lalu," katanya. "Caribbean, berkorelasi, bukan?"

Ini lebih dari sekadar kebetulan. 

Marigold dan Ortiz genap bertemu semenjak tujuh minggu lalu, sementara ayah mereka sudah menjadi karib semenjak bulan-bulan sebelumnya, mungkin hendak satu tahun. Sudah tentu jika Anders dan Giuseppe tidak benar-benar mencampuri urusan keluarga atau pribadi masing-masing sehingga tidak ada yang tahu soal kedekatan mereka. Namun, mengapa dunia itu sempit? Marigold bersumpah, dia tidak pernah memikirkan skenario seperti yang tertuang pada skrip-skrip drama, atau seperti yang selalu Ebony cantumkan dalam tulisan romansanya. 

Giuseppe Salvatore, sama seperti anak laki-lakinya, yakni tidak memiliki banyak informasi. Namun, sepanjang Marigold melakukan penelitiannya soal Caribbean, Salvatore's Investments, dan Ortiz Salvatore sendiri, Marigold memang menjumpai profil singkat dari pria ber-angka enam puluh satu tahun itu. Satu-satunya yang berkaitan dengan ayah dari figur Ortiz Salvatore adalah peran pentingnya dalam membuat bisnis investasi keluarga menjadi sangat berjaya; dalam artian bahwa Salvatore Investments meraih puncak tertingginya saat Giuseppe memegang kendali. 

Lantas, Marigold berdehem, "Ya. Aku bertemu dengan putranya."

"Kuharap semuanya akan berjalan dengan mudah." Elena tersenyum, sangat percaya.

"Kau memercayai mereka?"

Satu alis terangkat, Elena bersikap santai. Tahu-tahu itu memberikan vibrasi horor pada perasaan Marigold. "Dunia tak luput dari hitam dan putih. Satu orang memegang keduanya. Percaya adalah sebuah opsi yang menjebak. Namun, kita tidak boleh munafik dan naif, itulah visi yang paling tepat. Setidaknya berjaga-jaga adalah kesimpulan lainnya, bukan? Lagipula Giuseppe dikenal dengan citra yang sangat baik, bahkan di lingkup bisnis."

"Asal mama tahu, Ortiz memotong harga sewa kamar hotelku jatuh begitu drastis. Aku hanya membayar $10,000 untuk harga $196,000. Yah, walaupun itu karena dia juga yang menghendakiku memakai presidential suite."

"Tidak apa-apa," balasnya. "You know what to do."

Memang, memercayai adalah tugas yang cukup sulit. Bagi Marigold, pandangannya selalu indah dan positif, bahkan saat dia dikhianati dan ditipu berkali-kali. Dia kerapkali tak melupakan hal-hal baik hingga kadangkala melupakan risiko. Dia adalah tipe orang yang mirip seperti anak kecil yang tertarik dengan kebaikan orang asing yang memberinya permen.

Kemudian, keduanya menoleh pada pintu kamar, Caleb datang menghampiri dengan tampilan rumahannya yang begitu sederhana. Pria dengan visual tegas ala pria Eropa datang dengan raut tak terbaca, tetapi dipastikan ada situasi kompleks yang ada pada perasaannya. Dia tidak langsung meloloskan tuturannya, melainkan pergi ke arah jendela kamar untuk mengintip bagian bawah rumah,tepat di seberang jalan rumah. Barulah setelahnya hajatnya terpenuhi, bahana baritonnya menguar pelan, "Bahaya. Anjing sinting itu datang memantau."

e s c a p i s m

Fiore Salvatore tak habis pikir pasal Ortiz Salvatore.

Sejauh yang Fiore perkirakan sebelumnya, Ortiz akan menghilangkan tensi dinginnya yang terasa tak mengenakkan pada Fiore. Fiore tidak tahu masalahnya, biasanya Ortiz bersikap santai. Namun, jika bukan karena dia datang bersama Vera Vergara, ibunda mereka, Fiore tidak akan bisa memasuki lantai privat Caribbean lantaran Ortiz mempersulit akses Fiore untuk menginvasi tempat tersebut. 

Ortiz tidak sehangat biasanya, itulah kesimpulan yang Fiore tangkap akhir-akhir ini.

Sampai di lantai pribadi bersama ibu, Fiore tidak menemukan figur Ortiz dengan tampilan resmi mewahnya seperti biasanya. Ortiz terlihat tengah menghibur dirinya sendiri di dalam kolam pribadinya, menikmati malamnya dengan berendam di bawah langit yang indah. Dia berdiri di pinggiran kolam seraya memainkan ponsel dan sesekali meneguk minuman anggur. Badan dan surai pria itu sudah total basah, sepertinya dia tidak berniat mengelapnya. Menyadari kehadiran ibunya dan adiknya, Ortiz hanya melirik sejenak. Detik itu, Fiore disambut ucapan dingin, "No esperaba que trajeras a esta perra aquí."

"Apa katamu, Hermano?" Fiore mencebik dengan suara yang dibuat manis. Alih-alih membuat Ortiz merasa bersalah setelah melihat ekspresi gemas itu, Ortiz justru mengernyit aneh dan berdecak dingin.

"Jalang ini sedang tidak punya pelanggan."

"Aku harap ini terakhir kalinya kau kemari."

Tapi agaknya Fiore tidak merasa terancam.

Sementara Vera langsung duduk di kursi lounge panjang di belakang Ortiz, Fiore secara luwes berdiri di belakang posterior Ortiz hanya untuk memata-matai aktivitas Ortiz. "I told you, Mamá, he got a new girl." Fiore mengomentari dengan nada yang semakin terdengar tak sopan setelah dia berhasil mengintip.

Ortiz hendak marah karena dia memang tidak suka jika ranah pribadinya diintervensi, tapi dia tidak ingin buang-buang energi. Beruntung, Vera mewakili perasaannya dengan baik. "Bukan masalah. He can date every girl he wants," katanya memulai. "Mama bahkan berharap dia segera mendapatkan pasangan lagi, syukur-syukur dia mendapatkan pasangan yang sesuai hingga dia bisa segera menikah dan memberikanku cucu." Tiba-tiba dia tertawa. "I have everything, except grandchildren."

Fiore berakhir duduk di seberang Vera, duduk laiknya tuan putri arogan dengan netra yang masih kukuh mengintip aktivitas kakaknya. "Aku sedikit melakukan penelitian. Marigold Sara Petrova, dua puluh dua tahun, asli Rusia, seorang mahasiswi akhir dari program studi Tata Busana Saint Hallway. Dia bekerja sebagai model di agensi Skyline dan pernah di Posh Model. Katanya, gadis klasik yang sangat bermartabat, tapi sepertinya dia tidak cocok bersanding denganㅡ" Fiore Salvatore mencari mati, titik.

"Kematianmu sangat dekat, Fiore." Vera kembali mengomentari. Sangat tahu kelikat dan natur dari Ortiz, respon itu sangat cocok untuk diberikan pada Fiore. 

Semua anggota keluarga tahu, sari seluruh nota sejarah Ortiz Salvatore, sesungguhnya tidak boleh ada siapapun yang meregulasi segala aspek kehidupannya, utamanya soal hubungan romansanya. Jangankan Fiore, Vera atau Giuseppe sendiri saja tidak pernah ingin atau berani mencampuri urusannya. Ortiz memiliki kehidupan pribadi yang tentunya hanya bisa dikontrol oleh dirinya sendiri. Kapan Ortiz meminta sugesti soal perempuan mana yang harus dia kencani? Tidak pernah. Bahkan jika ternyata Ortiz jatuh hati pada perempuan gelandangan pun, dia akan tetap mengejarnya tanpa harus meminta opini orang lain.

"Atau, membatalkan adopsi," sahut Ortiz.

Fiore menggerutu. Bahkan saat usianya terbilang sangat dewasa, sikapnya masih cukup kekanakan dan mengganggu. Semakin bertambah angka, Fiore tidak banyak mengevaluasi dirinya sendiri.

Vera melirik Fiore. "Ide bagus. Aku tidak butuh anak perempuan lagi sekarang." Vera sedang tidak berguyon, sumpah. Ortiz Salvatore bukan satu-satunya orang yang merasa kecewa atas perubahan sikap Fiore kendati Vera masih tetap menyebut Fiore sebagai putrinya. Bahkan, Giuseppe juga akan sangat menyetujui itu. "Ortiz akan membawa perempuan cepat atau lambat," katanya, "dan pilihan Ortiz tidak pernah mengecewakan."

Fiore tertawa terbahak-bahak, perempuan itu menyembuyikan rasa kesalnya dan bersikap begitu santai seolah singgungan itu tidak memberi rasa jengkel yang masif pada hatinya. "Hazel mengkhianati. Caitlyn miskin. Sofia gila. Delgado sangat matrealistik. Siapa lagi? Tidak ada yang baik. Hermano membutuhkan sugesti."

Ortiz mencengkeram ponselnya sendiri. Jika ada senapan di sampingnya, barangkali Fiore akan mati. Namun, beruntungnya bagi adik tak tahu diuntung itu, Ortiz sedang tidak ingin melakukan tindakan kriminal. Alhasil, dengan satu tatap bermakna pada salah satu penjaga di samping kolam, Fiore dibuat menjerit keras lantaran tindakan pengusiran yang semakin kasar dan dingin. Bagi Ortiz, seluruh bentuk komentar seperti yang Fiore loloskan lebih dari membatasi ambang. Fiore mencari mati, seperti kata ibu. 

"Sulit untuk membujukmu pulang, tetapi mamá paham. Fiore semakin membuat orang-orang merasa sangat tidak nyaman." 

Fiore masih tinggal di rumah keluarga utama. Itu membuat Ortiz enggan menapakkan kaki di sana. Seandainya Ortiz atau orangtuanya menginginkan pertemuan penuh intimasi seperti keluarga pada umumnya, Caribbean atau mansion pribadi Ortiz di Miami adalah satu-satunya pilihan. Bagi Ortiz, berhadapan dengan Fiore lebih menyebalkan daripada menghadapi beberapa bandar Red Dog yang tak becus.

Ortiz tidak menanggapi bagian itu. Pria itu menyimpan ponsel di pinggir gelas minumannya hingga item-item itu segera dipindahkan oleh pelayan menuju meja kecil dekat lounge. Sementara itu, pria tersebut segera menaiki undakan tangga menuju permukaan teratas kolam dan keluar dari sana. Surai super lembab nan basah itu diseka secara acak dengan telapak tangannya, sampai akhirnya dia mengambil satu buah handuk kecil dari pelayan.

"Marigold Sara Petrova? Is she really your new girl, Mijo?"

Pria tersebut menggeleng. Dia menempati lounge yang semula ditempati Fiore. "Bukan. Kami bertemu sekitar tujuh minggu lalu."

"Tertarik?"

"Sangat." Afirmatif. Sangat jujur.

"Apa dia seperti mantanㅡ?"

Lagi, kepala Ortiz menggeleng, menyanggah secara afirmatif. Pria itu sejenak memilih bersandar, kepalanya jatuh pada bantalan lembut sekaligus lengan-lengan berototnya. Matanya memejam. "Dia unik," katanya memulai. "Selebihnya, Sara hanya merasa tak nyaman dengan pria." 

"Kenapa? Apa dia seorang homoseksual?"

"Tidak, Sara normal. Dia hanya kebetulan memiliki kisah tak sempurna sebelumnya. Sara diteror."

Ortiz merupakan pemerhati yang baik.

"Oh, gadis malang. Kau melindunginya, bukan?"

Ortiz berdeham. "Selalu."

Persetan soal sifat dan sikap kerasnya dalam hal bisnis, kaitannya dengan Caribbean dan Red Dog, yang sejujurnya dapat menjamin siapapun bahwa Ortiz Salvatore merupakan predator mengerikan, pada hakikatnya, dia itu pria lembut jika harus dikaitkan dengan urusan pribadinya, termasuk keluarga dan urusan asmaranya. Seandainya Ortiz masih sempat melindungi mantan kekasihnya yang secara tidak direk dilibatkan pada urusan bisnisnya, maka dia akan melakukan hal lebih pada perempuan manapun yang menurut Ortiz menarik hatinya. Perlindungan yang dijamin pada perempuan itu akan sangat maksimal, bahkan saat Ortiz sendiri tidak meyakini hasil akhir apakah hubungan itu berhasil atau tidak. Ortiz rela membayar mahal demi jaminan keselamatan itu. Ortiz Salvatore handal menjadi benteng. 

"Berarti bukan hanya permainan, ya?"

Bibir itu kembali tertarik dengan adisi suara rendah hingga deretan gigi itu mengintip kecil. Opini Fiore laiknya komikal rendahan, meski di jihat lain rasanya super mengganggu. Fakta bahwa Fiore seringkali beropini asal-asalan tanpa mempertimbangkan reaksi Ortiz membuat Ortiz semakin memberikan nilai minus pada calon mantan adiknya tersebut. Fiore adalah bajingan goblok, pikir Ortiz.

Memang benar bahwa ada satu kali permainan asmara antara dirinya dengan salah satu mantan kekasihnya, sebutkanlah Sofia. Sofia Dion, perempuan yang satu tahun di bawah Ortiz, tidak sepenuhnya dicintai Ortiz, hanya merujuk pada hubungan demi keuntungan seusai Ortiz Salvatore sedikit patah hati atas kepergian Caitlyn. Namun, dalam catatan-catatan lainnya, Ortiz tidak mengimplementasikan permainan tolol atas cerita pribadinya. Pria itu bisa lebih mencintai perempuannya dibanding segunungan uangnya. Meski dia belum pernah memikirkan pasal kesungguhan hubungan super serius sebelumnya, Gentleman Salvatore dapat divalidasi dengan nilai positif.

"Aku bersungguh-sungguh, Má."

Sara menggairahkan, bagi Ortiz. Bukanlah merujuk pada konotasi jorok dan buruk. Seumur hidup Ortiz sebagai pria normal, sejujurnya dia sulit mengimajinasikan hal-hal nyentrik pasal Marigold Sara, dan itu untuk pertama kalinya. Seluruh citra baik-baik Marigold membuatnya sungkan untuk menjadi pria gila bajingan. Yang Ortiz maksudkan adalah keunikan Marigold yang menurut pandangan Ortiz sangat berbeda. Benar, Marigold Sara sangat cocok untuk dikejar, dan Ortiz menyukai bagian ini. Misalnya, Caitlyn adalah perempuan pertama yang Ortiz kejar, tetapi ada perbedaan antara Caitlyn dan Marigold. Marigold sangat-sangat-menghipnotis.

Percaya pada bagian itu, Vera tidak memberikan respon. Seluruh kendali ada pada Ortiz, Vera hanya perlu memercayakannya. Ortiz sangat tahu apa yang dia lakukan.

Kemudian, untuk sementara waktu, Ortiz pergi ke dalam bangunan, persis pada ruangan pribadi, sementara Vera diam pada posisi semula dengan aktivitas kecilnya. Ortiz memasuki kamar mandinya untuk membasuh tubuh, hingga beberapa menit kemudian dia berakhir di kloset pakaian dan mengambil signature tetapnya denga setelan waistcoat formalnya. Berdiri di depan reflektor seraya merapihkan tampilannya, pikiran yang selalu penuh dengan isu bisnis kini dikuasai oleh Marigold Sara. Tidak aneh jika dia mulai bergerak lambat.

Marigold Sara tidak pernah menuturkan kata-kata indah dan seduktif selain menceritakan hal-hal dasar yang non ekspresif. Terlihat-tidak-menarik. Ekspresi terbaiknya hanyalah senyum atau tawa kecil yang kadangkala masih terasa sedikit canggung. Marigold terlihat membuat batasan secara nyata, barangkali takut dengan latar belakang Ortiz, dengan kebaikan Ortiz, atau murni ada trauma kecil terhadap pria. Pada hakikatnya, Marigold tidak memberikan perjuangan untuk menarik kalbu Ortiz. Hanya saja, Ortiz bersumpah, dia-menginginkan-gadis-itu.

Dalam beberapa momen, Ortiz mengaku tidak pernah mengimajinasikan hal-hal yang tidak pasti. Untuk kesekian kalinya dia selalu terpaku pada fakta dan segala sesuatu yang realistis. Dia selalu mempertanyakannya: apakah akan mudah? Marigold Sara adalah tantangan sulit baginya. Jika perempuan kadang kala terkesan mudah jatuh atas segala hal, utamanya pada pria dan uang yang berlimpah, itu tidak berlaku pada Marigold. 

Ulang, Marigold Sara adalah keinginan terbesarnya.

Tiap saat dia melakukan aktivitasnya hanya untuk mempersiapkan diri atas kunjungan keluarganya, Marigold konstan meneror. Tapi sial sekali, dia tidak bisa berpikiran hal-hal tolol soal ekspektasi dan bayangan yang menyenangkan. Berpindah di depan cermin kamar seraya merapikan dasinya, dia seolah melihat visual Marigold di depan. Ini bukan obsesi, sungguh. Ortiz hanya mengalami sedikit gambaran reaksi asmara kecil-kecilan tatkala dia menyatakan favoritismenya pada seorang perempuan. 

Namun, entah beruntung atau tidak, Ortiz diinterupsi. Ada panggilan darurat dari salah satu anak buahnya. Ortiz menunduk dan segera menekan ikon pengeras suara, lantas kembali memperhatikan cermin. "Katakan."

"Nona Sara diikuti."

Tidak. Ortiz tidak menyuruh orang untuk memata-matai Marigold dan mengganggu kenyaman pribadinya. Sedikitnya dia hanya menyelundupkan pelacak pada kendaraan Ajax selaku rival Marigold. Tidak bodoh, pihak Ortiz melakukan banyak penelitian soal pria itu, dan mudah bagi Ortiz untuk bersikap curang demi hal positif. Caribbean sulit ditembus, tetapi Ajax kerap kali masih mencoba memperjuangkan obsesinya. Misalnya, di minggu ketiga, pria pengacau itu kembali mendapatkan ayat ketiga sementara tim Ortiz segera memasukkan transmisi pelacak di radas transportasi Ajax dan juga tubuhnya. 

Jangan salahkan Ortiz Salvatore. Terlihat obsesif, memang. Tapi dia hanya ingin melindungi. Sungguh. 

"Datangi posisi pria itu dan berikanlah ayat ketiga lainnya. Lakukanlah tanpa mengganggu kenyaman Sara."

"Hanya itu, Señor?"

Ortiz mengangkat satu alisnya, terlihat tengah berpikir. Beberapa detik kemudian setelah dia terlihat rapih sepenuhnya, nampaknya dia telah mendapatkan keputusan baru. "Bius dan suntikan narkoba ke tubuhnya dalam dosis yang besar. Jangan lupa untuk blokir tanda jejak." Dia menjeda, menguar napasnya. "Kabari saya jika Nona Sara sudah kembali ke hotel dan ke kamarnya."

microchip implant buat lacak manusia itu gada di real life, alias fiksi doang kayak di film Escape Plan. 👀


Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top