CHAPTER 01: Gasolina

"Tidakkah kau memikirkan setitik resiko?"

Ebony Reidd mengerling, lagaknya begitu santai. Dia menunda aktivitasnya saat dia sedang merias bibirnya dengan warna nude gelap. Dia menoleh ke belakang pada gadis surai emas yang tengah bersandar seraya memainkan ponsel. "Setidaknya bukan aku yang meminum heroin, Lady Petrova." Kembali menatap cermin dengan hiasan lampu permanen putih cerah, Ebony kembali fokus pada bibirnya. "Resiko menghancurkan keluarga Ebony Reidd."

Soal penyihir muda itu, tentu saja. Penyihir tua itu merupakan kekasih gelap ayahnya semenjak tiga bulan lalu, Tyra Rodriguez, seorang sugar baby sinting yang tiga tahun lebih tua dari umur Ebony Reidd. Bukanlah sepenuhnya salah Tyra, ayahnya juga berengsek karena memilih selingkuh saat ibu Ebony tengah terbaring koma di rumah sakit dan tidak menyadari jika perempuan itu hanya menginginkan kartu hitam ayahnya. Namun, meski demikian, Ebony tetap akan berusaha menyingkirkan perempuan itu, bahkan jika dia harus melakukan trik kotor. Setidaknya, kakaknya yang berprofesi sebagai polisi siap menutup mulut karena dia juga membenci kerusakan keluarganya.

"Jika kau tidak melarang, aku akan ikut campur."

Ebony terkekeh. "Atau ayahku akan tertarik padamu, itu opsi buruknya. Aku tidak sudi menjadi anak tirimu." Bagaimana tidak? Dengan gaya klasiknya, bahkan kakek-kakek veteran yang telah berjasa di perang dunia pun akan tertarik pada Marigold Sara. Pertama, Marigold memberikan kesan nostalgia yang begitu kentara, kendati perempuan itu tetap menambah kesan-kesan modern. Kedua, Marigold Sara terlalu atraktif.

"Tidak sudi juga, omong-omong."

Kemudian, perempuan mulato dengan surai hitam kepang afro braids cantiknya itu memutar bola mata. Namun, persetan lagi soal isu penyihir muda, Ebony justru mulai tertarik dengan kesibukan Marigold dengan ponselnya. Itu jarang terjadi karena perempuan itu tidak begitu terikat dengan ponsel. Bahkan saat Marigold punya lebih dari satu juta pengikut di akun sosial media, dia tidak banyak menghabiskan masa dengan itu. Marigold dan ponsel tidak benar-benar intim. "Ada yang menarik?"

"Tidak juga." Dia melakukan kontak mata dengan Ebony melalui cermin. Ada ekspresi yang cukup mengganggu di sana. "Sedikit tidak percaya dengan Annie."

Ebony tertawa. Annie Malonne adalah gosip panas. "Sekali saat aku melihat akunnya, dan melihat puluhan foto dan video telanjang, aku nyaris tidak percaya karena aku adalah temannyaㅡwell, kita. Aku berhubungan seks, tetapi hanya sebatas itu. Dia melakukannya untuk atraksi pria, pusat atensi, dan uang; itu lebih dari kata gila. Itu ... sinting, jahanam, dan sebagainya."

Annie Malonne, orang-orang menyebutnya sebagai Marigold Sara versi bebas dan tak sopan, dia satu lingkup pertemanan dengan Marigold dan Ebony. Dia memang orang yang sangat kontroversial. Gosip soal akun Onlyfans Annie tersebar selayaknya virus, dan sejujurnya itu cukup mencoreng nama baik Marigold dan Ebony. Sungguh, sebab Annie, keduanya terseret-seret hingga ada banyak komentar yang merujuk pada pelecehan seksual.

"Ada alasan mengapa orangtuanya ingin dirimu yang menjadi anaknya," tambah Ebony.

Ingat satu hal: Marigold Sara dicintai banyak orang.

Marigold hanya tersenyum minim. Itu seperti lulabi primer. Sejak dia kecil, ada banyak orangtua yang mengharapkan Marigold Sara menjadi anak-anak mereka, bukan hanya ibu dari Annie saja. Cukup eksentrik dan kontroversial, tetapi itu fakta umum. Bagi mereka, Marigold itu sempurna. Dia cantik, pintar, bermartabat, dan segalanya.

Kemudian, Ebony berdiri, selesai dengan aktivitas pribadinya. Gadis bergaya kasual itu mengambil tas lengan berukuran sedang yang berisi alat tulis dan alat rias, dan lanjut memasang kaca mata hitam bergaya modis. "Shall we?"

Marigold Sara menggerutu seraya turun dari tempat tidur dan merapikan penampilannya. "Ingatkan aku bahwa aku pasti akan bertemu Ajax Scheifer."

"Ngomong-ngomong soal Ajax, sudah tahu tentang siapa yang memukulinya satu bulan lalu dan beberapa minggu belakangan ini?"

Sesungguhnya perempuan itu tidak peduli. Namun, itu adalah kasus yang unik. Tiga hari setelah Ajax dipukuli oleh orang-orang misterius yang Marigold kira adalah berandalan biasa, pria itu mengklaim bahwa bukan berandal biasa yang melakukannya, tetapi orang-orang seperti sekuriti kasino. Marigold pikir, itu wajar karena Ajax memang memicu kericuhan di Caribbean yang benar-benar dibenci oleh Ortiz Salvatore. Ortiz memang hanya menunjuk pada ayat ketigaㅡmembiusnyaㅡ, tetapi tidak ada yang tahu soal makna mendalam dari ayat itu. Marigold akui, memang tindakan itu cukup berlebihan, terlebih Ajax berakhir pincang selama sekitar seminggu lamanya; sayang sekali Marigold benar-benar merasa tidak peduli.

Orang-orang seperti Ortiz Salvatore itu tidak bisa ditebak. Dengan mendengar istilah kasino saja, Marigold sudah membayangkan seribu hal gelap. Sudah pasti, ada banyak hal yang sama sekali tidak bisa dibayangkan atau disangka oleh pemikiran Marigold.

"Tidak tahu, tapi mungkin orang-orang Caribbean, berhubung Ajax membuat kerusuhan di sana," gumam Marigold, memasuki mobilnya.

Di samping, Ebony tersenyum seraya mengedip. "Ah, pemilik kasino yang heroik."

Marigold menceritakannya. Dia hanya berkata secara jujur bahwa Ebony tidak perlu khawatir karena perempuan mabuk ini mendapatkan penginapan semi permanen dadakan yang diberikan oleh Ortiz. Pada awalnya, Ebony merasa geli karena perempuan itu mengira jika Ortiz Salvatore adalah pria kaya tua berumur enam puluh tahunan. Namun, saat dia diberikan foto formal Ortiz yang tersebar di internet, Ebony berpikir lain. Bagi Ebony, Marigold Sara bukan hanya dicintai seluruh dunia, tetapi memang memiliki takdir mujur dengan seratus persen keberuntunganㅡkecuali soal pembenci tak berdasar dan Ajax Scheiffer. Ebony merasa lega sekaligus tergelitik.

Jika boleh bercerita, memang mujur sekali. Kapan lagi seorang perempuan mabuk tidak dimanfaatkan oleh pria, terlebih seorang pria dewasa yang nampak sangat normal? Jika itu terjadi, Marigold Sara tidak akan pernah kembali ke Caribbean. Saat itu, seluruh pakaiannya masih sangat normal, terkecuali sepatu dan topi koktailnya yang terpaksa harus dilepas. Itupun bukan Ortiz yang melakukannya, melainkan pelayan lantai pribadi kasino. Adapun itu valid, bukan opini semata, karena jika Ortiz macam-macam dan bermain cantik, setidaknya akan tetap ada noda merah di sprei. Marigold masih perawan, dan pagi itu menjawab seberapa besar martabat dan kesopanan Ortiz.

Lebih mujur lagi, saat itu, Marigold justru dibuat kehilangan akal karena pagi harinya Ortiz membawa sebaris pelayan yang membawa beberapa set pakaian dan aksesoris yang senada dengan gaya Marigold, diadisi dengan sarapan dan suplemen pereda pusingㅡmeski sedikit ragu pada bagian ini pada awalnya. Sungguh, kecuali pasal Ajax, Marigold memang sangat dicintai kemujuran.

"Dia pasti tidak sekasar dan sekeras citra kasino," tambah Ebony, terus menggoda.

"Aku tidak terlalu mengenalnya, Nona Ebony."

Kurun waktu lebih dari satu bulan apa yang diharapkan? Marigold Sara tidak terlalu sering menginvasi Caribbean, paling tidak dua kali satu minggu, atau lebih jika tekanan Ajax semakin meningkat. Ortiz Salvatore memang tidak menimbulkan kesan keras dan kasar sebagaimana orang-orang yang hidup dalam lingkup kasino. Dia adalah pria terlembut yang pernah Marigold temui selain ayah dan adiknya, sungguh. Namun, satu bulan pertemuan tidak merangkum banyak hal.

Satu sudut bibir terangkat. "Dari sedikit ceritamu ... he seems like a nice man."

"Apa artinya?"

"Jadi kekasihnya," balas Ebony.

Tidak pernah terpikirkan, pikirnya.

Beruntung, telepon genggam Marigold berbunyi menandakan ada pesan masuk, memblokir kegiatan Ebony yang memang seringkali menggoda Marigold. Kendati Marigold tidak terlalu dekat dengan ponsel pribadinya, tetapi dia tidak pernah melewatkan notifikasi seperti ituㅡbarangkali penting. Sedikit melirik tasnya, dia menginstruksikan Ebony untuk melihat notifikasi itu. Bukan ibunya atau adiknya yang protektif, orang yang memberi pesan teks itu justru mendukung Ebony untuk terus menggoda. "Caribbean, Baby?"

Perempuan gila. "Jangan macam-macam. Aku bisa mencekikmu dengan skarfku atau menghantam mobil barumu ini ke besi."

"Eh, jangan macam-macam, Nona Model. Kau memiliki imej yang harus dijaga. Jika tidak, kau tidak akan bisa berjalan sekitar satu langkah lagi untuk menjadi supermodel."

"Iya, terserah."

Ebony tertawa. Tentu, dia melebih-lebihkan, sebab tidak ada panggilan sayang dalam pesan teks yang dikirim oleh Ortiz. Pria seperti Ortiz Salvatore tidak akan mungkin bertransformasi semurahan itu hanya untuk menarik atensi perempuan, itupun jika memang dia tertarik pada Marigold. Ebony hanya terlalu senang jika posisi Ajax benar-benar tergantikan dengan seseorang yang lebih waras dari berandalan sinting itu. Terlalu banyak melihat Marigold kesusahan dan kepayahan atas mantan kekasihnya membuat Ebony berpikir bahwa Marigold harus mendapatkan pria yang bisa melindunginya dari virus kotor seperti Ajax. Ortiz Salvatore, pria kaya raya yang bisa membawakan satu juta sekuriti dan pengamanan untuk perempuannya, mungkin bisa membantu Marigold melarikan diri.

"Oh, ada satu pesan lagi." Bersamaan dengan itu, kedua gadis itu telah memasuki area kampus, persis pada parkiran transportasi. Marigold melirik wajah Ebony, bukan lagi ekspresi gilanya yang cukup mengganggu, melainkan adanya kerutan-kerutan tak suka setelah dia kembali membuka ponsel Marigold. "Ajax Scheiffer, katanyaㅡ" Dia menjeda, melirik ke arah kiri, menuju objek utama yang baru saja mengirim pesan, tengah berdiri di samping mobilnya dengan netra elang coklatnya. "He's a living hell."

e s c a p i s m

Marigold nyaris gila jika bukan karena petugas suruhan Ortiz yang datang menjemputnya. Ajax, yang menurut pengakuannya masih mencintai Marigold, tidak berhenti menjadi bayangan Marigold. Pria gila itu telah menanti di parkiran bawah tanah apartemennya untuk memastikan bahwa dia bisa mengkonfrontasi Marigold lagi atau sekadar membuntutinya. Bahkan sudah dipastikan jika pria itu akan menanti di depan pintu apartemen seperti biasanya. Jangan aneh jika besok lusa Marigold tinggal di rumah sakit jiwa.

Biasanya, apartemennya mampu menjamin keamanan Marigold selaku orang yang tinggal di sana. Namun, barangkali Ajax menyuap salah satu atau beberapa pegawai agar bisa mendapatkan izin resmi untuk memasuki gedung. Memang, beberapa kali pihak bangunan kecolongan karena Ajax bisa berhasil masuk ke unit, dan Marigold mulai percaya jika pihak apartemen disuap. Tandai ini sebagai nota utama, Ajax Scheiffer lebih sudi mengejar Marigold Sara alih-alih mengejar nilai kampusnya yang sangat anjlok.

Selama perjalanan di mobil, dia tidak melakukan atau memerhatikan apapun selain memikirkan hal-hal unik. Sesungguhnya, mempercayai Ortiz juga bukan pilihan yang tepat. Sebulan penuh dengan keramahtamahan Ortiz bukan menandai bahwa pria itu baik. Marigold pula bukan tipikal perempuan yang mudah terpengaruh mabuk atas keramahtamahan atau kekayaan. Namun, bukannya mengambil kesempatan, Marigold memilih jalur aman untuk saat ini. Setidaknya, dia tetap berhati-hati.

Lagipula, Marigold Sara sangat membutuhkan Caribbean, omong-omong. Saat Marigold berkata menginginkan tempat pelarian, itu bukan guyonan semata.

Di Caribbean, Marigold Sara tidak melakukan gim-gim kasino. Ini adalah pertama kalinya dia memilih kasino sebagai tempat hiburan utamanya dari masa-masa pelarian itu. Dia tidak memahami siklus dan sistem kasino. Jangankan bermain rulet atau blekjek yang dianggap sebagai permainan termudah di kasino, memainkan mesin slot saja tidak paham. Paling tidak dia hanya berkunjung menuju bar-bar yang tersedia di sana, bermain biliar sendirian atau bersama pemiliknya, atau menempati restorannya. Ortiz pula tidak merekomendasikan Marigold untuk melakukan permainan kasino jika memang Marigold membutuhkan hiburan pelepas tekanan. Lebih dari itu, sesungguhnya mengobrol dengan Ortiz pun sudah cukup.

Kini, Ortiz Salvatore kembali mengundangnya untuk pergi ke Caribbean bukan hanya untuk berkonversasi atau bermain biliar bersama-sama. Dia memberi invitasi acara makan malam secara eksklusif di lantai pribadinya. Jika ditotal, ini lebih dari kunjungan kelimanya menuju lantai pribadi Ortiz dan kedua kalinya dia makan malam bersama dengan pemiliknya. Sejauh ini, Marigold tidak menolak karena dia memang benar-benar merasa tidak keberatan.

Lantai pribadi ini sangat luas. Minggu lalu, Marigold melakukan tur dengan Ortiz di lantai pribadi ini, dan harus Marigold akui, keterlaluan rasanya jika tempat seluas ini hanya ditempati oleh Ortiz saja. Seandainya bukan karena ditemani Ortiz, Marigold bisa tersesat di sini.

Ruang perjamuan yang Marigold datangi berada di dekat kolam renang. Ruangan ini didesain sebagai ruangan indoor, tetapi atap dan dindingnya dibuat dengan kaca. Di bagian utara, ada pintu geser yang kali ini sengaja dibuka. Katanya, di sinilah Ortiz menghabiskan makan pagi, siang, dan malam sendirian jika dia tengah berada di Caribbean.

Di dalam ruangan perjamuan, Ortiz sudah hadir. Pria itu tengah duduk di salah satu kursi seraya memainkan ponselnya, tetapi ponselnya dia taruh ke kantung jas setelah dia menyadari kehadiran Marigold. Sementara Marigold berjalan pelan-pelan mendekati Ortiz hingga berada dua meter di depan pria itu, Ortiz loyal memandangiㅡsuka sekali dengan segala gestur misterius Marigold.

Konstelasi sunyi menjadi latar suara. Ortiz begitu loyal dengan keinginan pribadinya untuk memandangi Marigold Sara. Perempuan itu persisten dengan gaya klasiknya yang begitu menyegarkan, abai dengan segala perkembangan fashion. Set gaun A-Line klasik berwarna putih tulang menjadi pilihannya; sederhana sekali, tetapi terlihat bermartabat. Pakaiannya sangat tertutup dengan lengan panjang dan rok midi, jauh berbeda dengan imej perempuan masa kini yang lebih menyukai set bikini dengan celana atau rok mini. Aksesoris mutiara tetap menjadi pilihan utama yang menghiasi leher, telinga, dan pergelangan tangannya. Kuku-kuku pendek yang beberapa hari lalu berwarna merah muda itu berubah menjadi warna vanila lembut. Rambutnya tidak lagi digerai, melainkan digelung dengan adisi topi fascinator berwarna hitam. Sangat sempurna, pikir Ortiz. Kadangkala Ortiz lupa jika perempuan bergaya klasik ini sebelas tahun lebih muda darinya; bukan karena fisiknya, tapi gayanya.

Namun, kemudian Ortiz berakhir berdiri dan memapah daksa ke depan Marigold. Pria itu mengulurkan tangan, membuat gestur amit untuk membawa Marigold ke meja makan. Marigold menerima uluran itu sehingga kulit-kulit mereka bersinggungan karena memang perempuan itu tidak memakai sarung tangan seperti biasanya. Sebelum bergerak menuju meja makan, Ortiz lebih dulu berbicara, menyadari sesuatu yang terasa janggal baginya. "Apakah penjagaku memegang pergelangan tanganmu dengan kasar dan keras? Pergelangan tanganmu terlihat sedikit memar."

"Bukan. Ini berkat kau-tahu-siapa."

"Tidakkah kau melaporkannya pada polisi atau komite kekerasan kampus?" Mereka memulai langkah

"I know what I should do, Señor Ortiz." Marigold tersenyum.

Ortiz menarik kursi untuk diduduki Marigold. Saat pria itu berakhir duduk di kursi pribadinya, Marigold menambahkan tuturannya yang ternyata belum selesai. "Hal terakhir yang ingin kudengar adalah informasi penganiayaan seorang polisi atau anggota komite. Dia memiliki banyak koneksi. Satu juta kali ditangkap polisi, satu juta kali dia bebas dengan kuasa satu jentik jari," katanya. "Aku bisa menanganinya dengan baik. Memar ini adalah hal kecil yang kudapatkan darinya. Itu lebih baik daripada kematian orang lain."

Marigold mencari kemungkinan yang paling aman untuk semua orang. Jika orang-orang berpikir bahwa Ajax obsesif dalam taraf ekstrem, itu salah. Dia psikopat goblok, sangat goblok. Dia bisa mencelakai siapapun yang memblokirnya untuk mendekati Marigold. Namun, sejauh ini, Ajax tidak benar-benar mencelakai Marigold dalam tahapan membahayakan. Paling tidak hanya memar kecil di pergelangan tangan.

"Obsesif." Ortiz berkomentar demikian.

"Fear is stupid, at least I can handle him for now."

Ortiz menyukainya. Kilas balik pada pertemuan pertama satu bulan lalu, Marigold memang sama sekali tidak menunjukkan gestur ketakutan atas segala ancaman yang diberikan oleh Ajax. Marigold tidak mengkhianati ucapannya sendiri. Perempuan itu bisa mengatasinya dengan baik, Ortiz pikir. Dari seluruh gesturnya, Ortiz yakin bahwa Marigold hanya berada dalam situasi tak menyenangkan yang membuatnya terus ingin menghindari mantan kekasihnya. Bukan takut, tetapi menaklukan dirinya sendiri dengan kebebasan. Lagipula orang gila mana yang tak terganggu dengan hal-hal seperti hal yang Ajax tawarkan?

Kemudian, seluruh konversasi terjeda. Agenda ini sangat terstruktur. Satu pelayan memasuki ruangan lantaran memang di atas meja itu belum ada apa-apa selain air putih, anggur, dan roti. Marigold Sara tetap diberikan kebebasan selayaknya berada di restoran astro lima. Seolah pelayan itu tahu soal hal-hal apa saja yang biasa menjadi hidangan favorit figur Ortiz Salvatore, wanita itu total memusatkan atensi pada Marigold sebelum akhirnya dia pergiㅡdan kembali setiap sesi. "Heirloom Tomato Salad, Filet Mignon, Raspberry Tiramisu, dan French Martini. Berikan porsi yang sangat sedikit. Gracias."

Menurut pengakuan banyak orang, ketika seorang pria bisa membuat perempuan tertawa, dia benar-benar akan bisa menaklukannya. Ortiz Salvatore telah melakukan itu dengan baik sejak awal. Namun, ada satu tingkatan baru saat perempuan akhirnya bisa dibawa pada agenda makan, katanya itu lebih dari sekadar menaklukannya, dan ini adalah makan malam mereka yang berdua. Tidak berkata secara narsistik bahwa Marigold Sara tertarik padanya, itu opini bodoh yang tidak akan pernah tercipta dari pikiran Ortiz Salvatore yang selalu menginginkan fakta. Namun, katakanlah bahwa predestinasi berjalan dengan baik. Dia tertarik dengan Marigold, dan itu artinya dia ingin memastikan bahwa segala hal antara mereka terjalin baik.

Sialnya, persis saat Ortiz hendak membuka lebih banyak konversasi sebelum hidangan pembuka datang, ada distraksi lainnya yang memang terkesan begitu familiar. Bukan hanya Marigold, empat tahun lalu saat Ortiz masih berkencan dengan perempuan dingin materialistik, distraksi seperti ini seperti menjadi hidangan primer. Fiore Salvatore, adik tiri Ortiz Salvatore, datang melawat dengan segenap hati tanpa permisi dari tuan rumah, padahal perempuan itu tahu bahwa Ortiz memiliki peraturan unik bahkan untuk keluarganya sendiri.

"Fiore Salvatore, ¿olvidas mis reglas?"

Fiore Salvatore merupakan adik tiri dari Ortiz Salvatore. Perempuan itu telah hadir di keluarga Salvatore semenjak dia berumur lima belas tahun dengan alasan kecil lantaran ibu dari Ortiz menghendaki anak perempuan tatkala dia tidak dapat mengandung lagi. Itu terhitung dua belas tahun lamanya saudara-saudari ini terkoneksi. Dulu, perempuan Salvatore ini sangat beretika. Kini, Fiore membuat kesan berbeda yang seringkali membuat Ortiz mempertanyakan tentang mengapa orangtuanya memilih Fiore.

Di Caribbean, ada agenda tertentu di saat Ortiz Salvatore mengundang keluarga pribadinya untuk sekadar berbincang-bincang atau melakukan agenda makan. Mau bagaimanapun juga, ini adalah rumah Ortiz, dan dia tipe orang yang tidak suka jika rumahnya didatangi orang dengan tanpa meminta izin, bahkan orangtuanya sendiri. Terlebih soal kasus Fiore Salvatore, Ortiz semakin tak suka saat ada eksistensinya.

"Another new girl, Hermano?" Fiore mengangkat alis, dia mengabaikan diktum Ortiz. "Ini pertama kalinya setelah Regna Delgado pergi beberapa tahun lalu."

Fiore berdiri di sisi kiri meja bundar tersebut, di antara Ortiz dan Marigold, memandangi Marigold, meski kemudian perempuan tersebut pergi ke samping Ortiz dengan tatapan eksentrik pada Marigold hingga mulai menyentuh bahu Ortiz. Lagaknya seolah dia memiliki dan memimpin Ortiz.

Karena itu, Ortiz mendecih. Fiore sangat mudah ditebak. Katakanlah dengan mudah, bukanlah citra menyenangkan dan lembut seperti yang diloloskan Ortiz, Fiore terkesan menjadikan Marigold sebagai bahan rundungan. Perempuan ini banyak tingkah.

"Dari wajahnya terlihat masih sangat muda, tetapi gayanya sangat kuno." Dia menjeda, satu sudut bibirnya terangkat. "How much money did papi give you, Baby Girl?"

Marigold tersenyum begitu manis. Perempuan itu bahkan tidak sempat memandangi wajah keras Ortiz melainkan direk menengadah kecil untuk menyeimbangi koneksi netra. "Cukup untuk membeli satu juta tas Hermes dan satu juta unit Rolls Royce. I love to accept all those mesmerizing brands."

Fiore mengangkat alisnya. "Oh, kau mengakuinya, Sayang. Apa timbalannya? Senos y vagina?"

Ada tawa kecil yang menguar di ruangan ini, meski demikian, tensinya begitu tegang hingga pelayan-pelayan yang membawa hidangan pembuka itu turut menunda kehadirannya. Marigold Sara Petrova menunjukkan citra yang begitu jelas yang mengatakan bahwa dia tidak terganggu dan tak tersentuh. Sedikit tudingan buruk Fiore Salvatore tidak menarik tensi emosi wanodya ituㅡterlalu biasa dengan pembenci semacam ini, dari mulai orang-orang iri hingga yang merembet pada sentimen anti-rusia. Kemudian, Marigold membalasnya, "Aku lupa jika aku hidup di masa ketika perempuan dengan mudahnya melecehkan dan merendahkan perempuan lainnya, tetapi memang di sinilah aku." Marigold menjeda, memiringkan wajahnya sedikit, tidak ada koneksi netra lagi dengan Fiore, dia justru mengambil gelas dan terkesan mendisrespek Fiore dengan cara lembut. "Biasanya karena lawannya terlihat lebih baik."

Fiore Salvatore bungkam.

"Tidak semua perempuan membayar dengan harga diri dan simbol kemartabatannya hanya untuk bisa bersosialisasi dengan pria, terlebih seorang pria kaya raya. Apakah jika aku dekat dengan Ortiz Salvatore yang sangat kaya raya ini, aku dianggap telah menjual harga diri dan martabatku kepadanya? Tidak, Nona. Ada banyak faktor dan perspektif untuk menilai itu semua." Barulah dia kembali menatap mata Fiore. "You seem like a very well-educated person. Do you feel insecure?"

Di sisi lain, Ortiz menyingkirkan tangan adiknya yang menyentuh bahunya, tersenyum asimetris karena ini adalah pemandangan yang unik. Ketahuilah, tidak pernah ada diantara perempuan yang dekat dengan Ortiz yang mampu membuat Fiore merasa kering kerontang dan tak berdaya. Sementara itu, Marigold Sara dalam pertemuan pertamanya dengan adiknya telah mampu membuat dia bungkam. "Tidak selamanya dunia berada di pihakmu, Fiore. Berpikirlah dengan pintar dan dewasa. Dan ketahuilah, kau baru saja melecehkan dan merendahkan kakak tirimu sendiri." Dia menjentikkan jari, niat hati memberi suar agar pelayan tadi segera masuk untuk menyajikan hidangan pembukanya. "Katakan apa tujuanmu kemari. Penjaga akan membiarkanmu masuk jika kau memiliki niat darurat."

Dalam beberapa sekon, Fiore masih terdiam bungkam, kendati wajah tak ramahnya masih kentaraㅡtertuju pada Marigold. Kemudian, perempuan itu menghadap Ortiz, mengabaikan eksistensi Marigold untuk sementara waktu. "Aku akan menginap diㅡ"

"Bukan sesuatu yang darurat. Pergilah."

"Apakah kau benar-benar memperlakukan adikmu seperti itu, Hermano?"

Ortiz terdiam. Tidak perlu ada banyak baris konversasi. Jika Ortiz tetap berbicara, Fiore akan terus merayu dengan segala bentuk diktum. Diam adalah senjata utamanya untuk mengusir Fiore karena perempuan tersebut tidak akan tahan jika diabaikan. Lagipula, yang Ortiz anggap sebagai adik adalah Fiore Salvatore yang penuh sopan santun dan kehormatan tinggi, bukan figur yang kurang ajar dan rendahan seperti versi yang sekarang ini. Hingga kemudian waktu, Ortiz tepat sasaran, Fiore menggerutu sebal dan pergi meninggalkan ruangan. Ortiz sangat puas akan itu.

"Kupikir itu kekasih. She seems so possessive," komentar Marigold.

"Bahkan jika dia bukan adikku, aku tidak akan pernah tertarik padanya."

Ortiz menetapkan spesifikasi yang sangat tinggi. Fiore terbilang sangat cantik. Persetan soal natur buruknya, kecantikan tegasnya bisa memikat Ortiz, setidaknya sebanyak lima puluh persen. Namun, kecantikan tegas bukan pilihan Ortiz, belum lagi poin-poin spesifikasi lainnya yang sangat Ortiz nilai. Ortiz terbilang cukup pemilih.

"Be my guest, Sara." Ortiz berusaha melupakan hal pasal adiknya.

Dengan satu suar itu, Marigold Sara memulai aktivitasnyaㅡHeirloom Tomato adalah favoritnya. Untuk sementara waktu, kesunyian menginvasi. Marigold bukan tipikal orang yang berbicara tatkala mengunyah. Itu habitualnya, bukan bermaksud mengimpresi Ortiz dengan segala tindakan klasiknya. Ebony saja selalu mengomentari, karena bagi gadis itu, bergosip seraya makan itu mengasyikan, sementara Marigold tidak bisa melakukan itu. Beruntungnya, Ortiz Salvatore memiliki preferensi yang sama. Paling tidak keduanya hanya berbicara jika ada pergantian segmen, dari hidangan pembuka ke hidangan utama dan penutup, selebihnya tidak. Masih ada triliunan menit kosong untuk dihabiskan dengan cara berkonversasi, setidaknya tiga puluh menit sesuai skejul yang Marigold tetapkan karena akhir-akhir ini dia menetapkan jam malam.

Namun, saat Marigold hendak bersiap-bersiap meninggalkan Caribbean, dia kembali disadarkan oleh fakta jika hidupnya tidak lagi tenang. Semenjak Ajax menginvasi kawasan gedung apartemennya, Marigold semakin ketat hingga banyak mengatur kamera pengintai. Lantas, tebak apa yang terjadi? Ajax Scheiffer menginvasi unit apartemennya, berdiam diri begitu santai di ruang tengah, duduk bersandar seraya mengonsumsi sigaret dan memandangi foto Marigold Sara. Itu membuat Marigold bergidik ngeri. Sinting sekali.

Dengan begitu, Marigold membuat keputusan lain. Rumah orangtuanya sangat jauh sementara besok pagi perempuan itu harus mendatangi kelasnya, alhasil dia memilih opsi lainnya. Menyimpan ponselnya kembali ke dalam tas, Marigold kembali bersitatap dengan Ortiz yang loyal memberikan perhatian. "Orang-orang mudah disuap akhir-akhir ini. Rekomendasikan aku kamar hotel paling aman di Caribbean, Tuan Ortiz."

Dan Ortiz memahami isunya dengan baik.

Translationnya ada di komentar, ya. Ayo yang bisa Spanish, cmiiw.

Untuk saat ini Ajax belum munculnya, baru muncul di bagian depan. Yang pasti dia ini obses banget sama Marigold.

Bisa tebak kenapa Fiore posesif banget sama kakaknya?

Aku suka Marigold Sara yang mahal. 😩

Sampai jumpa di bagian selanjutnya!

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top