"Ini Belum Berakhir!"

Sudah seminggu berlalu sejak kepulangan Nakamura Kazu ke sisi Yang Maha Kuasa. Dunia musik dan juga entertainment di seantero Jepang merasa berduka akan kepergiannya, begitu pula dengan para penggemar yang senantiasa memberinya dukungan. Namun, rasa duka dan sendu mereka tak sebanding dengan apa yang dirasakan oleh keluarganya.

Nakamura Shiori― adik sekaligus keluarga satu-satunya yang dimiliki oleh Kazu adalah orang yang paling terpukul akan kepergian tersebut.

Gadis itu sering menangis dalam tidurnya, menangis karena mimpi buruk tentang sang kakak setiap malam. Ia bahkan sering menghidangkan makanan di meja kakaknya biasa duduk tanpa sadar. Begitu sadar, Shiori langsung menangis tersedu-sedu― teringat akan sang saudara yang selalu memakan masakan buatannya dengan lahap tanpa sisa.

Masayoshi Oota yang tinggal seatap dengan sang gadis hanya bisa meringis melihat hal tersebut, iba akan keterpurukan saudari dari rekan kerjanya. Hal tersebut membuat hati pria itu tergerak untuk membantu.

Dengan segala pengetahuannya, ia pun mulai membuat hal-hal yang mendukung gagasan untuk tawarannya. Oota mengorbankan sebagian besar waktu dan uangnya untuk satu hal― untuk sebuah tawaran demi tercapainya mimpi Nakamura Shiori.

Shiori tentu tak menyadari hal ini. Ia hanya mendapati bahwa Oota tampak lebih sibuk dari biasanya. Laki-laki itu membeli alat musik, komputer, mikrofon dan segala hal yang berhubungan dengan perekaman. Gadis itu hanya mengira bahwa lelaki yang kini membantu kehidupannya sehari-hari tengah mengambil karir sampingan sebagai seorang YouTuber.

Hingga, hari ini tiba.

"Oota- san, ini...."

Oota mengangguk. "Benar. Ini tawaran yang ingin kuberikan padamu."

"Tapi, ini terlalu menguntungkan bagiku. Kau bahkan hampir tidak mendapatkan keuntungan sepeser pun, kau akan rugi--"

"Aku sama sekali tidak keberatan," jawab Oota tanpa ragu. "Aku melakukan ini murni karena keinginanku sendiri. Dari awal, aku memang tidak berniat untuk mengambil keuntungan dari tawaran ini."

Kedua netra biru Shiori mulai berkaca-kaca, kepalanya menunduk untuk menyembunyikan raut wajahnya yang menyedihkan. Kedua tangan meremas rok, bersamaan dengan isak yang lolos dari bibir. Gadis itu tak bisa menahan tangisnya lagi.

Kakak, di dunia ini ternyata masih ada orang baik, batin Shiori penuh haru sambil mengusap air mata yang mengalir dengan punggung tangannya.

Perempuan itu memberanikan diri mengangkat wajahnya, menatap sepasang netra zamrud berlapis kacamata itu dengan mata birunya. Pandangannya beralih sebentar ke uluran tangan milik pria di hadapan.

"Jadi, apakah kau akan menerima tawaranku, Nakamura Shiori?" tanya Oota dengan raut wajah serius, tatapannya setajam elang yang menguasai angkasa.

Shiori mengusap kedua matanya sekali lagi untuk terakhir kalinya, menghapus air mata yang tersisa. Tangan mungilnya menjabat telapak tangan Oota― yang notabene ukurannya jauh lebih besar darinya― mengenggamnya erat.

Lalu, dengan tatapan tajam dan penuh keyakinan, ia berkata, "Aku bersedia! Mohon kerja samanya, Pak Manajer v2.0!"

"Mohon kerja samanya juga, Shiori," jawab Oota dengan senyum simpul. Namun, ekspresi itu langsung berubah menjadi ekspresi bingung begitu mendengar nama panggilan yang diberikan. "Tunggu, apa maksudnya dengan v2.0?"

Shiori langsung mengalihkan pandangan dan memainkan kedua jari telunjuknya. "Habisnya, Oota-san menjadi manajerku dalam profesi yang berbeda. Maka dari itu, aku memutuskan untuk memberikanmu sebutan yang baru! Yah, karena aku tak punya ide nama panggilan baru apa yang cocok untukmu ... akhirnya, aku memutuskan hanya untuk menambahkan v2.0 di belakang nama panggilanmu yang biasanya!"

Oota yang mendengar penjelasan panjang lebar nan tak jelas dari Shiori hanya menghela napas. Pria itu menjentik dahi sang gadis― yang mana membuat si empunya meringis kesakitan. "Kau ini aneh-aneh saja," ucapnya dengan nada lelah.

Namun, senyuman tipis segera merekah di bibirnya beberapa saat setelahnya. Tak kusangka emosinya akan berubah secepat ini. Yah, walau aku yakin ia hanya menyembunyikannya. Tapi dengan ini, aku menjadi yakin Shiori dapat menghadapi segala hal yang akan terjadi pada karirnya ke depannya.

"Hehehe ... maaf," lirih sang puan berambut hitam sambil memainkan jemarinya.

Oota pun bangkit dari tempat duduknya. Ia meraih pegangan di belakang sandaran kursi roda Shiori, mendorongnya menuju ke sebuah ruangan yang familier.

"Tu-Tunggu, Pak Manajer v2.0! Mengapa kita pergi ke kamar Kakak?!" tanya Shiori dengan panik. "Maksudku, tidak baik jika kita mengobrak-abrik barang orang meninggal, kau tahu?"

"Begitu, ya?" tanya Oota, Shiori membalas dengan anggukan cepat.

Namun, bukannya berbalik, respon yang didapatkan oleh Shiori justru sebuah tawa renyah. Dengan memutar knop pintu, Oota membuka pintu dan menunjukkan ruangan Kazu yang kini berubah menjadi sebuah studio. Tanggapan Shiori? Oh, gadis itu tentu memekik dengan keras dan menanyai sang manajer tentang ke mana perginya barang-barang peninggalan saudaranya.

Oota hanya menjawab bahwa ia menyimpan semua barang Kazu di loteng, dan hal itu seketika membuat puan bermata biru itu kembali tenang.

Setelah mendapati bahwa Shiori tidak lagi histeris, pria berambut cokelat itu pun membawanya masuk ke dalam studio sederhana buatannya.

"Shiori, mulai sekarang, ini adalah tempatmu untuk mewujudkan mimpimu. Kau tidak perlu mengkhawatirkan soal musik, konsep video, maupun publikasi di internet― aku akan mengatur hal itu untukmu. Kau hanya perlu menyanyi, dan aku yang akan menjadi perantaramu agar suaramu dapat terdengar ke seluruh penjuru dunia seperti yang kau inginkan."

☆.。.:* .。.:*☆

Fin.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top