III. Miracle
*+:。.。 。.。:+*
[
Your name] menatap sebuah kotak berbungkus kertas kado berwarna hijau cemara yang diikat dengan pita merah. Kotak itu adalah pemberian dari sang ibu sebelum ia kembali ke kamarnya. Anggap saja hadiah natalnya tahun ini, katanya.
Tak bisa menahan rasa penasarannya lagi, gadis itu pun segera merobek kertas kado yang menjadi pembungkus― mendapati sebuah kotak karton. Ia menggoyang-goyangkannya, menebak-nebak apa yang terkandung di dalamnya.
Tidak dapat menebak, [Your name] pun mengendikan kedua bahu. Tangan lentiknya mengangkat tutup kotak itu, mendapati sesuatu yang membuat matanya berbinar. Sebuah boneka nutcracker berseragam prajurit, hadiah yang selama ini ia inginkan. Boneka tersebut memiliki surai berwarna perak, kedua mata birunya tampak jernih seakan benar-benar hidup.
"Indahnya," gumamnya kagum sembari mengangkat boneka tersebut dari kotak, mengelusnya pelan. "Ini bahkan lebih indah dari yang pernah kulihat di etalase toko saat ke Moskow."
"Yah, aku senang kau menyukai penampilanku."
[Your name] mengangkat sebelah alis, mengedarkan pandangan ke seluruh pelosok ruangan tatkala mendengar suara maskulin itu. Mendapati tak ada orang lain selain dirinya sendiri dalam kamar.
Dari mana asal suara tadi? batinnya bertanya-tanya.
"Hei! Aku di sini! Di atas telapak tanganmu!"
Kedua mata [e/c] milik sang puan pun beralih menatap boneka nutcracker di tangan, mendapatinya tengah tersenyum ramah. Terkejut akan hal yang dilihatnya, [Your name] spontan menjatuhkan boneka itu ke lantai. Ia segera mengambil lampu tidur yang ada di nakas, mengarahkannya ke benda yang terbuat dari kayu tersebut.
"Hei! Itu tadi sakit! berang boneka itu. Ia segera mengangkat tangan tatkala mendapati sang gadis yang tengah menyodorkan lampu tidur ke arahnya. "Tenanglah, tenanglah! Aku tidak bermaksud buruk!"
Sang gadis langsung menyipitkan mata. "Dan bagaimana aku bisa yakin soal itu?"
"Jika aku bermaksud buruk, aku pasti sudah mencekikmu sedari tadi," jawabnya sambil mengangkat bahu. "Sekarang kau percaya padaku?"
"Dan jika seandainya perkataanmu hanya kebohongan, kau tidak keberatan untuk kubanting hingga hancur, 'kan?"
Si boneka meneguk ludah tatkala mendengar kalimat yang dilontarkan oleh gadis di hadapan. "Y-Ya, tentu. Lagipula, apa yang kukatakan benar, kok."
"Hm, baiklah. Aku akan mencoba mempercayaimu," balas [Your name] sambil meletakan lampu tidurnya kembali ke nakas.
"Syukurlah," kata boneka itu sembari menghela napas lega. Kedua manik birunya menatap sang puan yang tengah duduk di kasur. Ia berdeham keras.
"Apa?" tanya [Your name] dengan raut wajah dingin.
Sang golek kayu kembali. "Bisa kah kau membantuku naik ke kasurmu, Nona?"
"Kau tidak bisa memanjat sendiri?" [Your name] kembali bertanya, kali ini dengan nada sedikit meledek. Walau demikian, ia segera turun dari kasurnya dan mengangkat si boneka.
"Tentu saja tidak," sungut si golek. "Dan, terima kasih telah mengangkatku."
Sang perempuan muda meletakannya ke atas kasur lalu membalas, "Sama-sama."
Boneka itu pun menepuk pakaiannya, seakan membersihkannya dari debu. [Your name] mengambil duduk di sebelah sang golek, menatapnya dengan pandangan menyelidik. Masih terheran-heran akan keanehan yang terjadi di hadapan.
Sang boneka pun menatap wajah [Your name], pandangannya lurus ke arah sepasang netra [e/c] itu. Ia berdeham lalu bersimpuh, meletakan tangan kanannya ke depan dada― yang mana membuat sang gadis semakin mengernyitkan dahi.
"Biar kuperkenalkan diriku. Namaku Lev," katanya dengan nada penuh hormat. "Bagaimana denganmu?"
[Your name] mengerjap. "Mengapa pula aku harus memberitahukan namamu padamu?"
Sang boneka menghela napas. "Jadi, kau belum mempercayaiku, ya?"
"Aku percaya padamu," jawab sang puan. "Tapi hanya sedikit."
Pernyataan tersebut membuat si boneka bermuram durja, merasa kecewa akan jawaban yang diberikan. Di sisi lain, [Your name] justru terkekeh. Menurutnya, ekspresi boneka kayunya saat ini terlihat sangat menggemaskan.
"Baiklah, aku akan memberitahu namaku," ujarnya― yang membuat mata sang boneka berbinar, bibir kakunya menoreh senyum. "Namaku [Your name]. Salam kenal, Lev."
"Salam kenal, [Your name]," balas si golek dengan nada ceria.
●●●
Sejak malam itu, [Your name] berteman baik dengan Lev― boneka kayunya. Gadis itu merasa sedikit janggal saat Lev memperkenalkan dirinya di pertemuan pertama mereka. Karena, nama boneka kayunya mempunyai nama yang sama dengan calon tunangannya.
Namun, [Your name] berusaha berpikir positif. Ia tak boleh berspekulasi aneh-aneh pada orang yang bahkan belum ditemuinya. Pada akhirnya, gadis itu mengabaikan dugaan-dugaan buruknya. Lagipula, nama Lev merupakan nama yang termasuk pasaran. Jadi, tak heran boneka dan calon tunangannya mempunyai nama serupa.
Kembali ke topik utama. [Your name] kini telah akrab satu sama lain. Mereka akan membaca buku bersama atau sekedar berbincang satu sama lain saat sang puan sendirian di kamar. Hari-hari [Your name] menjadi lebih menyenangkan dari biasanya sejak kemunculan boneka ajaib tersebut. Ia menjadi tak mudah bosan karena keberadaan Lev.
Walau demikian, [Your name] lupa akan suatu fakta. Bahwa keajaiban dapat berakhir, pertemuan akan selalu berakhir dengan perpisahan.
Perempuan muda itu benar-benar melupakan hal itu. Hingga, hal yang paling tidak diinginkannya terjadi.
"Selamat pagi, Lev," sapanya sembari melakukan peregangan setelah bangun tidur.
Namun, ada yang aneh. Tak ada jawaban dari boneka kayu itu. Ia lantas menatap sekeliling, mendapati golek ajaib miliknya tak ada di mana pun.
"L-Lev?"
*+:。.。 。.。:+*
Scroll to continue
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top