SEMBILAN

Siera menatap Kalandra dengan penuh senyuman. Semalam, mereka tidur bersama dan saling mendekap. Pria yang statusnya sebagai tunangannya pun tak pulang ke rumah, dan memilih tinggal bersamanya.

"Pagi," sapa Siera terdengar ceria kala melihat Kalandra membuka mata.

"Pagi juga," sahut Kalandra, membalas senyuman Siera yang tampak cantik di mata Kalandra.

"Sebenarnya aku ingin sekali tidur saling berpelukan, tapi aku tahu hari ini kamu pasti pergi ke kantor." Siera berucap dengan nada manja, bahkan bibirnya kini mengerut.

Kalandra melirik jam di meja nakas. Waktu menunjukkan hampir pukul 7 pagi. Kalandra tak menyangka tidur bersama Siera terasa sangat nyaman, sehingga ia bangun kesiangan.

"Setelah menikah, kamu bisa memelukku sepuas hatimu." Kalandra memberi lampu hijau untuk Siera, membuat perempuan itu tak sabar untuk menikah dengan Kalandra.

Mereka juga sudah pantas untuk menikah, mereka sama-sama dewasa dan tak masalah memikirkan tentang pernikahan.

"Aku merancang gaun pernikahan untuk pemberkataan kita nanti. Gaun itu hampir selesai, aku pasti sangat cantik memakainya," kata Siera memberitahu pada Kalandra jika ia sudah membuat gaun pernikahannya sendiri.

"Benarkah?" Tentu Kalandra terkejut. Ia tahu jika calon istrinya adalah perancang, tapi yang tak Kalandra duga adalah Siera membuat gaun pernikahannya dengan tangannya sendiri.

Kalandra jadi teringat pada masa lalu, di mana ia dan Siera menikah. Memang, gaun pernikahan yang dipakai Siera sangat menawan dan indah, tak berlebihan yang penuh dengan pernak-pernik berkilauan. Sayangnya, Kalandra tak begitu teliti memperhatikan gaun yang dipakai Siera tampak cocok dikenakan Siera.

Andai saja Kalandra memperhatikan Siera di masa lalu, pasti pria itu terpukau dengan kecantikan Siera. Kini, Kalandra tak sabar melihat Siera memakai gaun pengantin, apakah sama atau berbeda dengan yang dulu.

"Aku ingin di hari istimewaku, memakai gaun rancanganku sendiri. Harus berbeda dengan lain."

"Kamu pasti cantik saat memakainya." Ucapan Kalandra membuat Siera tersipu malu.

"Ayo kita bangun, apalagi kamu harus bekerja." Akhirnya mereka bangun dari ranjang dan bergantian membersihkan diri.

Siera tampak cantik memakai dress berwarna merah, kontras dengan kulit putihnya, menambah kesan elegan dalam dirinya. Rambutnya ia kuncir kuda sehingga memperlihatkan leher jenjangnya.

"Sempurna," ujar Siera menatap dirinya di dalam pantulan cermin. Tak lupa Siera membubuhkan lipstick di bibir seksinya.

Wajahnya adalah aset yang paling berharga bagi Siera. Apalagi tubuhnya juga tergolong seksi. Siera juga pernah menjadi model untuk pakaian yang ia rancang sendiri.

"Sudah selesai?" Kalandra yang mengamati Siera sedari tadi mengagumi kelincahan Siera dalam berdandan. Bagi Kalandra, tanpa berdandan pun Siera sangat cantik di matanya.

Bila seperti ini, Kalandra tak rela kecantikan Siera dinikmati oleh pria-pria di luar sana. Rasa posesif Kalandra mulai tumbuh. Padahal dulu bersama mantan kekasihnya itu, ia tak pernah merasakan rasa seperti ini meski wanita itu didekati pria lain.

"Sudah. Bagaimana? Apa aku cantik?" tanya Siera dengan senyum mengembang. Ia mendekati prianya dan menunggu untuk dipuji.

Kalandra menarik Siera dan jatuh ke pangkuannya. Satu tangan melingkar di pinggang Siera. "Kamu sangat cantik. Bagaimana ini? Aku sepertinya tak ingin ada yang melihat dirimu yang secantik ini. Terutama jika dia adalah pria-pria di luar sana menikmati keindahan milikku ini."

Siera tertawa, tak menduga Kalandra akan mengatakan hal yang menyenangkan hati. Siera suka dengan sikap posesif Kalandra, seolah dirinya perempuan yang paling berharga.

"Jangan khawatir, kamu tahu 'kan kalau aku hanya milikmu saja. Di hatiku hanya dirimu seorang."

"Ya, sedari dulu kamu hanya milikku." Kalandra memeluk Siera. Dikehidupan pertama dan kedua, Siera tetap menjadi miliknya.

****

"Siera, Kakek lihat sedari tadi kau hanya tersenyum saja. Katakan pada Kakek, apa yang membuatmu bahagia?" Abercio sudah dua hari pulang dalam berbisnis. Meski sudah tua, Abercio masih terlihat bugar dan sehat. Pola hidupnya yang terjaga, pria tua itu juga sesekali berolahraga meski dalam katagori ringan, seperti jalan-jalan di pagi atau sore hari.

Siera mendekati Abercio dan memijat lengan sang kakek.
"Kakek, Siera dan Kalandra sudah membicarakan tentang pernikahan," ujar Siera dengan wajah tersipu malu.

"Benarkah?" Tentu Abercio terkejut. Pria tua itu jadi berpikir, kenapa tunangan Siera sudah membahas tentang pernikahan. Abercio tahu kalau Kalandra tak menerima tentang pertunangan mereka. Bahkan bertunangan dengan Siera, malah pria itu masih berhubungan dengan wanita lain.

Sibuk dalam berbisnis, Kakek Siera tak mengetahui perubahan Kalandra pada cucunya. Setelah mendengar Siera berucap, Abercio harus menyelidiknya. Pria tua itu takut jika Kalandra ada maksud tertentu dan akan menyakiti cucu tersayangnya.

"Apa Kakek tak percaya? Bahkan Kalandra juga melamar Siera." Meski melamarnya hanya di kamarnya, Siera tetap merasa senang.

Abercio mengelus kepala Siera penuh kasih dan sayang. Melihat sinar bahagia Siera, ia tak berdaya dan tak ingin melihat kebahagiaan Siera pudar. Jika kekasih Kalandra menghalangi kebahagiaan cucunya, Abercio tak akan segan-segan membuat wanita itu pergi jauh dari sumber kebahagiaan Siera.

"Kakek senang mendengarnya. Kakek berharap hanya ada kebahagiaan yang menyertaimu."

"Jadi Kakek, bila orang tua Kalandra membahas pernikahan dengan Kakek, Siera ingin pernikahan kami dipercepat. Aku tak ingin ada wanita lain merebut Kalandra dariku, Kek."

Selain manja, Siera juga keras kepala. Hal itulah dulunya Kalandra tak menyukai sifat Siera yang egois.

"Kau tenang saja, Kakek pasti akan mempercepat pernikahan kalian." Karena Abercio tak mau cucunya tak bahagia.

Berangkat ke kantor, Abercio meminta orang kepercayaan untuk menyelediki Kalandra. Pria tua itu masih tak percaya dengan Kalandra yang serius dengan cucunya. Abercio berharap Kalandra tak mempermainkan Siera, bila itu terjadi Abercio tak akan segan-segan memberikan pelajaran pada pria itu.

Butuh satu jam orang kepercayaan Abercio melaporkan semua yang dilakukan Kalandra beberapa terakhir. Kening Abercio bertambah mengerut dan mengetuk-ketukan jari telunjuknya di meja.

"Jadi, dua hari yang lalu sebelum aku kembali, pria itu menginap di rumah?"

"Benar, Tuan." Kepercayaan Abercio mengangguk.

"Coba kau selidiki hubungannya dengan wanita itu. Apakah mereka masih berhubungan atau tidak." Abercio memerintah kepercayaannya yang bernama Lion, untuk menyelidiki calon cucu menantunya.

"Baik, Tuan." Lion segera mengerjakan tugasnya, lalu keluar dari ruangan Abercio.

Ruangan kakek Siera tampak hening. Pemilik ruangan tampak sedang memikirkan sesuatu yang menganggunya. Abercio tak menyangka jika Siera dan Kalandra akan sedekat itu. Dari laporan yang ia baca, Kalandra benar-benar selalu ada waktu dengan Siera disela-sela kesibukannya.

Apa yang direncanakan Kalandra pada Siera? Pasalnya, meski Abercio merestui hubungan Siera dengan Kalandra, jauh dari lubuk hati yang paling dalam Abercio ingin cucunya mendapatkan pria yang jauh lebih baik dari Kalandra. Sayangnya Siera terlalu mencintai Kalandra, sehingga apa yang dikatakan tak pernah cucunya dengar.

Cinta benar-benar membuat buta. Akan tetapi Abercio sendiri tak berdaya untuk melarangnya.

Lion kembali lagi setelah beberapa jam. Kabar yang diberikan pada Abercio, membuat pria tua itu terkejut mendengarnya.

"Pria itu mengakhiri hubungannya dengan wanita itu?" Sungguh, Abercio sangat terkejut. Sebab selama ini ia lihat, Kalandra tak akan segan-segan menyakiti Siera demi wanita sial itu.

"Kau atur pertemuanku dengan Kalandra. Aku ingin membahas sesuatu yang penting dengannya." Perintah Abercio segera dilaksanakan.

**

Kalandra tak menyangka jika kakek dari tunangannya mengajak bertemu. Entah apa yang akan Abercio lakukan dengan pertemuan mereka, yang pasti Kalandra merasa gugup.

Masih terasa jelas diingatannya, tatapan kebencian dan penuh kekecewaan Abercio layangkan padanya. Kalandra sadar, ia memang pantas mendapatkan tatapan itu, dan pastinya akan terasa canggung atas pertemuan mereka hari ini.

Kalandra memasuki restoran, tempat di mana mereka mengadakan pertemuan. Sesekali Kalandra menghela napas agar hati tenang dari rasa gugup. Kalandra melihat orang kepercayaan Abercio yang datang padanya, membimbingnya untuk pergi ke ruang pertemuan.

Abercio memilih ruang VIP untuk pertemuan mereka. Setelah dipersilakan, Kalandra masuk dan melihat sosok pria tua yang masih bugar diusia senja.

"Kakek," sapa Kalandra, lalu bersalaman.

Kalandra langsung duduk saat Abercio mengkodenya. Ruangan yang hening terasa mencengkam, apalagi saat tatapan kakek tunangannya terlihat tajam dan mengintimidasi.

Pria tampan itu meneguk ludahnya kasar. Rasanya, dulu tak seperti ini saat melihat Abercio mengintimidasinya. Apakah ini efek dari ia tak mau kehilangan Siera, sehingga rasa hormatnya pada Abercio semakin bertambah?

"Aku dengar dari Siera, kau membicarakan tentang pernikahan kalian. Apa semua itu benar?" Abercio langsung pada intinya.

"Benar, Kek." Kalandra mengakuinya.

"Apa yang kau rencanakan?"

Kening Kalandra mengerut saat mendengar pertanyaan Abercio.
"Aku sama sekali tak merencanakan apa pun." Kalandra berucap tegas.

"Selama ini, aku melihat apa yang kau lakukan pada cucuku," kata Abercio, membuat Kalandra kembali menelan ludah susah payah. Jantung Kalandra kini berdebar, seolah ada badai yang menerpa.

"Untuk semua itu, aku minta maaf dan tak akan mengulanginya lagi."

"Apakah ucapanmu dapat dipercaya? Ataukah ada rencana lain yang bisa saja menyakiti Siera? Dengar Kalandra, aku tak akan segan-segan menyakitimu jika kau melukai cucuku lagi dan lagi. Aku memberinya kasih dan sayang, sama sekali tak ingin Siera terluka karena dialah satu-satunya cucuku."

"Kalau boleh jujur, aku ingin Siera mendapatkan pria yang jauh lebih baik darimu. Aku tak ingin Siera terus disakiti olehmu. Sebagai Kakeknya, aku tak terima bila Siera diperlakukan sedemikian rupa. Sayangnya, cinta Siera padamu lebih besar daripada dirinya sendiri sehingga pria tua ini tak berdaya jika tak mengabulkan keinginannya."

Abercio tampak menghela napas, dan Kalandra terdiam mendengar ucapan pria tua itu. Kalandra sadar betul kalau Siera adalah cucu kesayangan Abercio. Orang tua Siera meninggal karena kecelakaan diusia Siera masih 5 tahun. Tak perlu diragukan lagi jika Abercio meratukan Siera dan selalu mendapatkan apa yang perempuan itu inginkan. Termasuk menjodohkan Kalandra dengan Siera.

"Kudengar kau juga mengakhiri hubungan dengan wanita itu."

"Benar." Kalandra tak menyangkalnya. Karena memang hubungannya dengan Kirana telah berakhir.

"Aku tak tahu kenapa Siera begitu mencintaimu. Padahal di luar sana banyak pria tampan dan lebih kaya darimu. Kalandra, bila aku melihat kau kembali dengan wanita itu setelah kau menikah dengan Siera, aku pastikan akan menyingkirkannya dengan caraku." Abercio tak mengancam, tapi memperingati Kalandra jika pria itu mempermainkan Siera.

"Semua tak akan terjadi," yakin Kalandra.

"Kita lihat saja nanti." Abercio berdiri dari duduknya dan melangkah meninggalkan ruangan itu.

Kepergian Abercio, Kalandra menghela napas pelan dan menyandarkan punggungnya. Matanya melirik ke arah meja yang makanannya masih utuh, bahkan minumannya juga.

Mendengar apa yang Abercio ucapkan padanya barusan, Kalandra bertekat membuktikan keseriusannya pada Abercio, bahwa ia akan membuat Siera menjadi satu-satunya di dalam hidupnya.

....
21/12/23

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top