ENAM

Di KK sudah up lebih cepat.

Happy reading!

"Bagaimana hubunganmu dengan Kirana?"

Kalandra tersentak mendengar pertanyaan dari Siera. Ia menatap lamat-lamat tatapan padanya penuh dengan keingintahuannya. Kalandra semakin mengeratkan dekapan mereka, lalu menghela napasnya pelan.

"Kenapa kamu menanyakan hal yang tak perlu di bahas, hm?"

"Aku hanya ingin tahu saja."

Mengulas senyum, Kalandra mengecup puncak Siera berkali-kali.
"Hanya ada kamu dan aku. Tak ada yang lain," ujar Kalandra yang tidak dimengerti Siera.

"Maksudnya?" Kalandra terkekeh, membuat Siera mencebik kesal.

"Kamu tak mengerti?" Dan mendapatkan gelengan dari Siera.

"Artinya yang kumiliki hanya kamu. Aku dan dia sudah tak memiliki hubungan lagi. Tak akan pernah!"

"Bilang saja kalau kalian sudah berakhir. Kenapa harus berputar-putar dulu untuk menjawab." Meski merasa kesal, tak urung Siera juga tersenyum mendengar Kalandra dan Kirana sudah tak berhubungan lagi.

"Kamu saja tak mengerti maksudku."

Dengan kesal Siera mencubit perut Kalandra yang keras. Kalandra memekik kesakitan saat dicubit seperti itu. Terasa sakit, tapi yang mencubit adalah Siera, Kalandra tak akan mengeluarkan keluhan.

"Sayang, terima kasih untuk hari ini." Siera sangat bahagia dengan kebersamaan mereka. Selain membawanya ke pantai, Kalandra juga hanya menjadikan dirinya sebagai satu-satunya perempuan di dalam hidupnya.

"Apa pun untukmu," sahut Kalandra seraya tersenyum.

Entah siapa yang memulai duluan, bibir mereka saling bertemu. Tak peduli jika aktivitas mereka dilihat oleh orang lain. Seolah di dunia ini hanya ada mereka berdua saja.

Sesudah berkencan di pantai, Kalandra mengajak Siera ke rumahnya. Adelia yang melihat Kalandra pulang bersama Siera, tak dapat mengendalikan rasa bahagianya.

Hati Adelia menghangat melihat kedekatan mereka. Mereka berdua sangat serasi di mata Adelia. Semoga hubungan mereka selalu baik-baik saja, itu adalah do'a seorang ibu.

"Astaga kalian ini, kalau tahu kau mengajak Siera ke sini, Mama akan memasak untuk calon menantu Mama." Adelia antusias menggandeng Siera, sebelumnya ia menatap sinis putranya. Mereka memang sangat dekat, sudah seperti ibu dan anak. Adelia benar-benar menyayangi putri mendiang temannya.

"Kalian habis dari mana?" tanya Adelia pada Siera. Siera tampak tersenyum malu-malu dan itu terlihat jelas di mata Adelia.

"Kalan mengajakku ke pantai, Ma. Rasanya Siera sangat senang," jawab Siera antusias. Sejak pertunangannya dengan Kalandra, Siera memanggil Adelia dengan panggilan Mama.

"Oh, ya?" Adelia ikut antusias. Adelia mendengarkan Siera bercerita tentang kencannya dengan Kalandra hari ini.

"Mama tak menyangka kalian bisa sedekat ini. Mama senang sekali, Siera."

"Siera juga, Ma. Semua ini terasa seperti mimpi."

Adelia menggenggam tangan Siera dan mengusapnya lembut.
"Mama pikir, tak lama lagi kalian akan membahas tentang pernikahan. Kalandra mengatakan pada Mama jika dia ingin mengenalmu lebih dalam lagi. Mendengarnya Mama senang."

Tak lama senyuman cerah Adelia menghilang, digantikan senyum kecut, membuat Siera bertanya-tanya tentang perubahan mimik wajah calon mertuanya.

"Kenapa, Ma?"

"Hanya saja, Mama berharap Kalandra segera mengakhiri hubungannya dengan wanita itu. Mama ingin kalian bersama tanpa harus ada orang ketiga."

"Mama tenang saja, karena Kalandra mengatakan padaku kalau hubungan mereka sudah berakhir."

"Ah, Mama senang sekali mendengarnya."

Dua orang berjenis kelamin sama namun beda usia itu melupakan sosok Kalandra. Kalandra hanya menggeleng melihat dua orang itu menjauhinya. Tak ingin mengganggu apa yang dibicarakan Mama dan Siera, Kalandra memilih pergi ke kamarnya untuk membersihkan tubuhnya.

****

Adelia dan Siera memasak bersama. Dua wanita memiliki hobi yang sama, sangat klop sekali.

"Masakanmu memang selalu enak, Siera." Adelia memuji kemampuan memasak Siera.

"Semua karena Mama yang mengajari." Siera merendah, namun ia juga senang dipuji oleh Adelia.

Adelia langsung menggeleng. "Pada dasarnya kau pandai memasak. Jangan memuji Mama, karena Mama hanya mengajarimu sedikit. Bahkan Mama merasa masakan Mama tak seenak masakanmu."

Siera tersipu malu. "Seperti kata Mama. Selain pintar berdandan, kita juga harus pintar memasak untuk menyenangkan suami. Makanya Siera ingin membuat suami Siera tak berpaling pada wanita lain."

Karena masakan sudah matang, mereka membawa makanan itu ke meja makan. Menu makan malam banyak tersaji di meja.

"Mama mau mandi dulu, begitu juga denganmu. Mandilah di kamar Kalan, sekalian mengajaknya untuk makan malam bersama."

Siera mengangguk antusias, ia pun melangkah menuju ke kamar Kalandra di lantai atas. Siera membuka pintu kamar tak dikunci itu dan perlahan masuk.

Suasana kamar Kalandra tampak sepi. Siera mencari keberadaan Kalandra namun tak segera menemukannya. Semakin melanglah, tatapan Siera berhenti di balkon kamar dan melihat siluet orang di sana.

Siera yakin dia adalah Kalandra.

Ia pun mendekat dan sosok Kalandra mulai terlihat. Pria itu berdiri dengan ponsel di tangannya. Kalandra tampak tersenyum melihat layar ponselnya. Hal itu membuat Siera bertanya-tanya, apa yang membuat Kalandra bahagia.

Ia urungkan memanggil Kalandra dan memelankan langkahnya agar tak terdengar. Siera mengintip dari belakang, takut jika Kalandra masih berhubungan dengan Kirana.

Namun, yang dilihat bukan kirim pesan seperti pikirannya. Yang dilihat Kalandra adalah fotonya. Iya! Fotonya! Foto entah kapan pria itu ambil, Siera sama sekali tak menyadarinya.

Hingga ia terjatuh di depan, menubruk Kalandra karena berjinjit sehingga tak bisa mengendalikan tubuhnya.

"Sayang?" panggil Siera dengan gugup, takut ketahuan mengintip. Karena ia pintar, Siera refleks memeluk Kalandra saat terjatuh, seolah ia memang berniat memeluk Kalandra dari belakang.

"Siera?" Kalandra terkejut Siera masuk ke kamarnya. Pasalnya, Kalandra sama sekali tak mendengar seseorang memasuki kamarnya. Mungkin tengah asyik bermain ponsel, sehingga Kalandra tak menyadarinya.

"Kamu, harum sekali," ucap Siera mengendus aroma sabun Kalandra.

Kalandra terkekeh geli melihat tingkah tunangannya. Menggemaskan sekali.
"Karena aku sudah mandi."

"Aku belum mandi," sedih Siera. Pasti bau tubuhnya tak wangi, selain itu ia juga baru saja memasak.

"Maka dari itu kamu segera mandi. Atau ingin aku memandikanmu?" Senyum Kalandra seperti pria penggoda, membuat Siera memerah.

"Aku bisa mandi sendiri." Siera melepaskan pelukannya dan berlari menuju ke kamar mandi.

Kalandra hanya tertawa geli melihat salah tingkah Siera. Semakin mengenal Siera, sisi negatif yang pernah bersarang di otak di masa lalu seakan tak masuk akal.

Melihat Siera masih mandi, Kalandra keluar dari kamar dan menuju ke kamar orang tuanya. Mengetuk pintu, pintu perlahan di buka dan sosok Mama keluar dari sana.

"Ada apa?" tanya Adelia.

"Mama punya pakaian wanita untuk Siera? Siera tak membawa baju ganti." Jika memakai pakaian Kalandra, sudah pasti sangat kebesaran.

Adelia mengulum senyumnya. Putranya benar-benar perhatian. Ia sudah tak ragu pada Kalandra kalau dia serius dengan Siera. Hal sekecil ini saja, Kalandra memikirkannya.

"Sebentar, Mama punya baju seukuran Siera. Masih baru juga." Tak hanya pakaian saja, Adelia juga memberikan pakaian dalam yang masih baru untuk Siera.

"Makasih, Ma," ucap Kalandra menerima pakaian itu dan membawanya ke kamar.

Sesampai di kamar, Kalandra tertegun melihat Siera berdiri dengan rambut setengah basah dan memakai pakaian kebesaran. Pakaian itu adalah miliknya, namun tampak seksi dipakai oleh perempuan itu.

"Siera," seraknya dan perlahan mendekat. Perempuan itu seperti menggodanya, membuat jantung Kalandra berdentum hebat.

Menaruh pakaian pemberian Mamanya di ranjang, Kalandra langsung memeluk Siera dengan erat. Tak bisa Kalandra membayangkan jika Siera memakai pakaian seperti ini di depan pria lain. Ia tak akan rela pria itu melihat keseksian Siera.

"Kalan!" Seira memekik dan merasa geli saat bibir Kalandra menempel di lehernya. Astaga, mereka belum resmi menikah!

Kalandra menghela napasnya berat, dengan enggan melepas pelukannya. Pria itu juga tak mau bersikap seperti pria me-sum.

"Ganti pakaianmu dengan ini," tunjuk Kalandra pada pakaian di ranjang. Kalandra tak yakin ia akan menahannya jika Siera tak segera mengganti pakaiannya.

Siera segera mengambil pakaian dan memakainya di kamar mandi. Wajah Siera semakin memerah saat melihat pakaian itu lengkap dengan isinya.

"Pakaian dari mana ini?" tanya Siera setelah keluar dari kamar mandi.

"Dari Mama. Mama bilang itu masih baru, jadi kamu tak usah khawatir." Siera menghela napas dengan tenang.

Siera menatap jam dinding di kamar Kalandra, sebentar lagi waktunya makan malam. Siera pun mengajak Kalandra menuju ke ruang makan dan diiyakan oleh pria itu. Mereka keluar dari kamar, berjalan beiringan sampai ke tempat tujuan.

Di ruang makan ternyata Adelia dan Harry telah duduk dan tengah menunggu kedatangan dua sejoli yang dimabuk asmara. Siera meringis malu, merasa bahwa mereka terlalu lama di kamar.

"Ayo, duduklah," titah Adelia dengan senyum terus mengembang. Seraya menunggu kedatangan anak dan calon menantu, Adelia sangat antusias menceritakan perihal hubungannya Kalandra dan Siera pada suaminya.

Harry yang mendengarnya awalnya tak percaya. Bagaimanapun, selama ini ia melihat hubungan keduanya tampak tak harmonis. Kalandra enggan berdekatan dengan Siera, meski dari lubuk hati paling dalam Harry ingin putranya mulai menerima tunangannya.

Semua itu telah terpatahkan saat melihat Kalandra memperlakukan Siera dengan baik. Senyum Harry mengulas tipis, ia mengamati raut wajah Kalandra dan ia mendapatkan bahwa ada binar cinta di mata itu meski tak terlalu jelas memperlihatkannya.

"Sebagian yang memasak adalah Siera. Mama senang memasak bersama calon menantu." Adelia berucap riang. Adelia mengambil makanan untuk suaminya, tak lupa mengkode Siera untuk melakukan hal sama.

Siera tersenyum, mengambil makanan kesukaan Kalandra tanpa bertanya pada pria itu. Untunglah Kalandra tak protes dan memakan masakan Siera. Makan malam terasa menghangat dengan coletan Adelia dan Siera. Para pria hanya mengulas senyum melihat kesayangan mereka bahagia.

**

"Jadi, kau memutuskan untuk mempertahankan tunanganmu?"

Saat ini Kalandra duduk bersama Harry di halaman belakang. Harry mengajak putranya berbicara, sedangkan istrinya bersama dengan Siera.

"Aku ingin semakin mengenal Siera. Tak ada salahnya aku mempertahankan pertunangan kami. Siera... dia perempuan baik. Mencintaiku, tapi selama ini selalu aku abaikan. Semakin kita dekat, dia perempuan yang menyenangkan." Kalandra mendongak, menatap langit malam yang tampaknya mendung.

"Lalu hubunganmu dengan dia?" Adelia belum menceritakan perihal putusnya Kalandra dengan Kirana.

"Aku harus mengakhiri ketika aku menentukan untuk bersama Siera."

Harry menepuk pundak Kalandra dengan keras.
"Papa bangga denganmu. Sebagai pria sejati, hanya ada satu wanita yang ada di dalam hidupnya. Kau sangat benar, mengakhiri hubunganmu dengannya. Papa juga tak suka kau menjalin hubungan dengan wanita itu. Papa senang, kamu menerima Siera dengan sepenuh hati. Papa juga dapat melihat binar cinta di matamu."

Kalandra tersenyum kecut, Papanya tak tahu apa yang ia alami selama ini. Melihat Siera meninggal di depan matanya dan ia mati dalam penyesalan.

Siera, perempuan itu memang pantas mendapatkan balasan cintanya.

.....
04/12/23

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top