DUA BELAS

Fajar menyising namun tak membuat pasangan baru itu terganggu. Waktu sudah menunjukkan pukul 8 pagi, sayangnya keduanya tak kunjung untuk bangun dari tidur nyentaknya. Posisi mereka yang saling mendekap dan saling menghangatkan, tak terganggu sedikitpun.

Hingga tak lama kemudian salah satu dari mereka terbangun. Dia adalah Kalandra, pria itu terbangun karena merasa haus. Didekapannya ada istrinya yang memeluknya erat seolah tak ingin melepaskan.

Apa yang terjadi semalam, Kalandra tak dapat menghentikan senyumannya. Ia membubuhkan kecupan di kening Siera tanpa bermaksud untuk membangunkan istrinya. Kalandra tahu bahwa Siera kelelahan dengan apa yang semalam mereka lakukan. Maka dari itulah Kalandra membiarkan Siera tidur dengan nyenyak dan tak mau menganggunya.

Melepas dekapan mereka dengan hati-hati, Kalandra akhirnya dapat turun dari ranjang. Ia minum air putih melepas dahaganya, lalu berjalan menuju ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Beberapa menit kemudian ia keluar dari kamar mandi, rambutnya yang basah membuatnya berkali-kali terlihat tampan. Kalandra yang masih melihat Siera yang tidur nyenyak sedikit merasa bersalah. Karena membuat sang istri kelelahan akibat ulahnya.

Kalandra memesan sarapan dan secangkir kopi untuknya, ia menikmati kopi tersebut sembari menunggu Siera bangun dari tidurnya. Dan benar saja, tak lama kemudian Siera terbangun saat tak merasakan keberadaan suaminya di sampingnya.

"Sayang," panggil Siera dengan suara serak. Tak mendapati jawaban, Siera duduk dan meringis kecil saat merasakan tubuhnya remuk redam. Semalam ia benar-benar bekerja keras.

Siera melilitkan selimut pada tubuhnya lalu mengedarkan pandangannya untuk mencari keberadaan Kalandra. Siluet seseorang di balkon hotel membuatnya ia yakin bahwa itu adalah suaminya. Siera bernapas lega, karena dipikirannya Kalandra meninggalkannya seorang diri.

Perlahan Siera turun dari ranjang walau sesekali meringis kecil. Wajah Siera juga merona seraya mengeratkan selimutnya. Bayangan semalam yang mereka lakukan membuatnya malu setengah mati. Pengalaman pertama yang menakjubkan untuknya.

Akhirnya Siera berhasil berjalan menuju ke kamar mandi. Ia mengisi bak mandi dengan air hangat untuk merilekskan diri. Katanya, air hangat dapat mengurangi rasa nyeri dan pegal-pegal, dan memang itulah yang Siera rasakan saat ini.

Siera memejamkan matanya sejenak, menikmati air hangat pada tubuhnya. Bagi Siera, ini semua masih terasa mimpi.

Aku membencimu!

Siera kembali tersentak. Suara itu lagi-lagi terdengar, tapi ia tak tahu pemilik suara itu. Kenapa? Kenapa suara itu tampak terdengar penuh kebencian?

"Sepertinya aku kelelahan," gumam Siera, tak mau memikirkan lebih dalam lagi. Ia pikir karena ia sedang lelah sehingga suara aneh itu kembali ia dengar.

"Siera?" Karena Kalandra tak melihat keberadaan Siera di ranjang, pria itu mencarinya ke kamar mandi.

"Kenapa tak memanggilku?" tanya Kalandra lalu mendekat. "Airnya mulai dingin. Ayo aku bantu." Kalandra menarik Siera dari bak mandi dan membersihkan Siera tanpa malu. Padahal, wajah Siera terlihat seperti kepiting rebus. Suaminya benar-benar membuatnya malu

"Aku bisa mandi sendiri," ringis Siera.

"Apa salahnya aku membantumu?"

"Bukan seperti itu, hanya saja..."

"Apa yang kamu pikirkan? Bukankah semalam kita sudah melihat satu sama lain. Dan mulai hari ini kita akan sering seperti ini." Kalandra mengeringkan tubuh Siera dan memasang jubah mandi pada istrinya. Keluar dari kamar mandi, Kalandra menggendong Siera membawanya ke ranjang, yang Kalandra tahu wanita akan merasakan sakit setelah melakukan malam pertama.

"Dasar mesum!" Siera memukul dada Kalandra. Apa harus berbicara seperti itu padanya? Perempuan yang sudah menjadi wanita ini masih punya rasa malu bila mendengar hal tabu.

Kalandra terkekeh geli lalu mendekap Siera dengan gemas. Kalandra tak akan pernah melepas Siera sampai kapan pun.
"Bagaimana ini, kenapa aku malah semakin mencintaimu."

"Rayuanmu memang patut diapresiasikan," ucap Siera, namun tak menyembunyikan rasa senangnya.

"Apa aku terlihat merayu? Padahal aku mengatakan dengan jujur," gumam Kalandra tapi masih dapat didengar oleh Siera.

"Astaga suamiku ini, kenapa romantis sekali sih." Siera merasa gemas dengan suaminya. Kalau suaminya berbicara manis seperti ini, bisa-bisa Siera terkena diabetes.

"Ayo kita sarapan. Setelah ini kita pulang ke rumah." Siera mengangguk dan mereka pun sarapan bersama.

****

Selama diperjalanan Siera menyalakan musik dan ikut menyanyikan lagu yang ia dengar. Senyum terus merekah di bibirnya, menikmati lagu yang pas dengan perasaannya saat ini.

Memilikimu, hal yang pernah kuduga.
Semua terasa tak nyata.
Mungkinkah ini takdir kita, bersama, berdua 'tuk selamanya~~

Siera menatap Kalandra yang fokus menyetir, hingga keningnya mengerut saat melihat mobil Kalandra berhenti di rumah yang sama sekali tak ia tahu. Bukan rumah kakeknya ataupun orang tuanya.

Mungkinkah?

"Ini rumah kita," kata Kalandra, menatap Siera. "Hadiah pernikahan kita."

"Rumah kita?" Siera tak menyangka Kalandra akan memikirkan hal ini. Ia pikir mereka sementara tinggal di rumah orang tua Kalandra atau rumah kekeknya.

Kalandra menatap bangunan rumah dua lantai itu dengan perasaan senang. Merenovasi rumah dalam satu bulan cukup memuaskan. Rumah ini berbeda jauh dengan rumah mereka di masa lalu. Tentu di masa kini Kalandra tak mau tinggal di rumah yang mengingatkan akan sikap jahatnya pada sang istri.

"Terima kasih, suamiku." Siera mengecup pipi Kalandra sebagai ucapan terima kasih atas hadiah pernikahan mereka.

"Sama-sama, istriku. Ayo kita masuk untuk melihat. Kuharap kamu suka." Kalandra mengajak Siera masuk ke rumau mereka.

"Pasti aku suka." Apapun itu bila diberi hadiah oleh Kalandra, Siera pasti menyukainya. Bahkan dulu sering disakiti dengan sikap dingin Kalandra, Siera tetap mencintai suaminya.

Benar-benar devinisi wanita bodoh, dan Siera mengakui hal itu. Cinta benar-benar membutakan seorang Siera. Harusnya ia menyerah, namun ia tetap pada pendiriannya yang ingin bertahan. Merasa yakin suatu saat nanti Kalandra akan mencintainya. Dan semua telah terbukti sekarang, Kalandra mencintainya, mereka juga sudah saling memiliki satu sama lain. Ia tak akan ragu dengan cinta Kalandra padanya.

"Si rumah ini ada empat kamar. Satu kamar utama, dan itu kamar kita. Dua kamar untuk anak kita nanti dan satu kamar tamu untuk orang tua atau kakek menginap," terang Kalandra.

Membicarakan tentang anak, tiba-tiba Kalandra menatap perut Siera. Senyum Kalandra tiba-tiba sendu. Di masa lalu ada anak mereka yang bersemayam di sana. Sayangnya ia tak tahu keberadaan anaknya hingga Siera mengatakan semua padanya sebelum menjatuhkan diri di atas gedung.

Bayangan masa lalu membuat Kalandra memegang kepala. Rasa pusing tiba-tiba melanda, dadanya terasa sesak sehingga memukulnya berkali-kali. Kejadian itu bagai mimpi buruknya, Kalandra mencoba melupakan tapi kenyataannya ia tak pernah lupa.

Siera melihat tingkah Kalandra yang aneh seketika merasa panik.
"Sayang! Hei, ada apa?!" Siera memegang Kalandra dan menariknya menuju ke ranjang kamar utama.

"Ambil napas pelan-pelan dan keluarkan," ucap Siera mencoba menenangkan suaminya. Siera bingung dengan apa yang terjadi, bahkan ia tak sadar jika ia menangis melihat kondisi Kalandra.

Kalandra yang mulai tenang, memeluk Siera dengan erat, tak mau kehilangan lagi. Siera sendiri hanya membiarkan saja, bahkan membalas pelukan sang suami. Siera tak mengerti kenapa suaminya bertingkah demikian, untuk saat ini ia ingin suaminya tenang.

"Sudah tenang?" tanya Siera.

"Ya." Kalandra menjawab singkat, namun tak melepas pelukan mereka.

"Sampai kapan kita berpelukan?"

"Kenapa? Apa kamu tak suka aku peluk?"

"Aku bahkan menyukainya, seolah kamu tak ingin kehilanganku," jawab Siera lalu terkekeh geli. Siera bermaksud bercanda, tapi mendengar jawaban Kalandra, Siera tak dapat menahan senyumannya.

"Benar, aku tak mau kehilangamu."

"Astaga, oke, kita akhiri drama ini. Bagaimana kalau kita mencoba ranjang baru?" Siera berucap, tapi Siera sendiri juga yang malu.

"Apa?" Kalandra melepas pelukannya, memicingkan matanya mendengar ajakan Siera. Senyum Kalandra kian melebar melihat wajah malu-malu kucing Siera dan seolah tak mau menatapnya.

"Lupakan apa yang aku katakan!" Siera berdiri dan berniat kabur dari Kalandra. Tapi tak lama ia memekik saat suaminya menariknya dan jatuh ke ranjang, lalu menindihnya.

"Kupikir ajakanmu ada bagusnya juga." Seringai Kalandra membuat Siera seketika bergidik ngeri.

Oh, no, sepertinya ia dimakan dengan lahap oleh pria di atasnya.

**

Hari ini adalah hari kedua sebagai seorang istri. Siera bersenandung sembari memasak makanan kesukaan suaminya. Kalandra masih libur jadi tak bekerja untuk seminggu ke depan. Mereka pasangan baru yang masih hangat-hangatnya. Orang tua Kalandra membiarkan mereka menikmati masa-masa indah sebagai pengantin baru.

"Kucari ke mana-mana ternyata di sini." Siera tersentak mendapat pelukan dari belakang. Aroma sabun memasuki indera penciumannya, aroma tubuh suaminya terasa wangi. Siera merasa heran, sabun mandi mereka sama, tetapi kenapa saat suaminya yang memakainya malah sangat-sangat wangi. Ini benar-benar tak adil.

"Kenapa? Apa merindukanku? Padahal hanya kutinggal sebentar," goda Siera.

"Kamu tahu itu." Siera terkikik geli saat Kalandra mengecup tengkuk lehernya berkali-kali. Leher adalah area titik sensitifnya.

"Sudah-sudah, aku merasa geli, Sayang!" Siera mendorong Kalandra agar menjauh darinya. Pagi-pagi sudah digoda seperti ini oleh sang suami. Bisa-bisa merasa bablas ke arah yang lain. Padahal Siera merasa lapar saat ini.

Kalandra menyudahi menggoda Siera. Ia ikut membantu istrinya menata piring di meja makan. Membawa hasil masakan Siera yang menggugah selera. Kalandra merasa bangga memiliki Siera sebagai pemilik hatinya, selain cantik, Siera juga jago memasak. Wanita yang jarang ditemukan sebagai orang kaya yang apa-apa selalu dilayani.

Usai sarapan, mereka bersama-sama membersihkan meja dan mencuci piring. Di rumah ini hanya ada mereka berdua. Untuk pelayan rumah akan datang besok hari. Tak mungkin Kalandra membiarkan istrinya membersihkan rumah, karena ia akan meratukan Siera. Hanya saja untuk memasak, Kalandra tak dapat menghentikan keinginan Siera. Istrinya suka memasak, jadi tak ingin menghalangi hobi istrinya itu.

Mereka bersantai di balkon, Siera bersandar di dada Kalandra seraya membaca novel romansa. Sesekali Siera tertawa kecil saat membaca adegan romantis sepasang kekasih yang dimabuk asmara.

"Dulu, pernah tidak berpikir kalau kita bisa bersama-sama seperti ini?" tanya Siera dengan raut wajah serius. Wanita itu terkekeh mengingat kisah cintanya dengan Kalandra.

Kalandra ikut tertawa kecil. Ia sama sekali tak pernah memikirkan jika mereka akan bersama. Dulu, saat di masa lalu Kalandra tak pernah menganggap Siera ada, selain ia anggap pengganggu hidupnya. Tetapi di masa kini, kehadiran Siera adalah anugerah dalam hidupnya. Dicintai oleh wanita seperti Siera, harusnya ia bangga dicintai sedalam itu.

"Dulu sama sekali tak pernah berpikir sejauh itu. namun sekarang aku hanya ingin kamu dan kamu. Terima kasih tetap bersama pria sepertiku."

.....
01/02/24

Akhirnya bisa up lagi.

Apa kabar hari ini?

Kuharap masih betah baca cerita ini karena penulisnya mager wkwkwk.

See you chapter.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top