๐.| ๐๐ฅ๐ฅ๐๐ ๐๐ฅ ๐๐๐ฑ
terhitung sudah hampir seminggu aerin bekerja sebagai pelayan pribadi para pangeran. dan saat itu pula, ia mengetahui sedikit demi sedikit kebiasaan mereka. seperti david yang suka sekali tidur, kyle yang begitu menyukai buku, mahesa yang merangkap sebagai jendral di kerajaannya dan danny yang takut akan hal yang tak kasat mata.
iya, pangeran tertua itu takut akan hantu.
ia masih sangat ingat ketika badai menerjang helios dengan dahsyat nya hingga sebuah petir menggelegar dengan begitu keras, memadamkan listrik di seluruh penjuru helios termasuk istana. aerin terpaksa membawa lilin ke perjalanan nya menuju kamar tuan muda nya yang ke-9, yaitu samuel untuk membawakan selimut tambahan seperti yang sam minta.
aerin membawa nampan berisi teko teh dan beberapa cangkir. ia membawa nya dengan penuh hati-hati dengan jalan yang ia pelan kan berharap ia tak menjatuhkan nya dan memecahkan teko dan cangkir-cangkir itu. para pangeran bisa benar-benar membunuhnya.
"taman Edleweise...., taman Edleweise...." mulut nya terus saja menggumam kan kata itu untuk mengingat tempat dimana ia harus mengantarkan teh ini. aerin tak ingin melakukan satu kesalahan lagi. jika tidak, ia akan benar-benar berakhir di kandang macan tuan muda nya dan tak pernah melihat dunia ini lagi.
tidak, ia tak ingin pergi sekarang. ia belum mewujudkan satu harapan terbesar nya. harapan terbesar setiap anak yang hampir seluruh hidup nya di panti asuhan. bertemu dengan kedua orang tua mereka. karena aerin yakin jika orang tua nya masih hidup sampai saat ini.
iris mata nya menangkap keempat tuan muda nya yang tengah berkumpul di paviliun yang ada di tengah taman. aerin pun agak tergesa membawa teh yang diminta tuan mudanya. di paviliun itu ada arthur yang menatap jam saku nya datar, kevin yang tengah menyusun puzzle, kyle yang masih setia dengan buku astronominya yang bahkan pemuda itu kini membawa beberapa buku tambahan ke meja yang seolah mengantri untuk ia baca, dan mahesa yang tengah lihai memutar-mutar belatinya.
"maaf membuat anda menunggu yang mulia, ini teh chamomile yang anda minta" ujar aerin sambil menyuguhkan teh itu kepada setiap pangeran yang ada disana.
"kau telat 3 menit, 25 detik rin" ujar arthur sambil menutup jam saku nya.
aerin menutup matanya sejenak. "maafkan saya tuan muda, tadi juru masak istana membuat teh nya agak lama-"
"kau punya dua tangan yang lengkap tanpa kekurangan sesuatu apapun, dengan kata lain, kau tidak cacat. apa kau tidak bisa membuat nya sendiri ?"
aerin meremat celemek nya erat. kepala nya menunduk dalam. "maafkan saya tuan muda sebelumnya, tapi... saya alergi dengan bunga chamomile..."
"oh? benarkah?" aerin menangguk menanggapi pertanyaan kevin. pangeran ke-6 itu pun tersenyum tipis. pandangan nya ia arahkan untuk menatap langit-langit paviliun sambil menyandarkan punggungnya ke kursi. "bunda juga alergi bunga itu...."
"yang mulia ratu rose alergi bunga chamomile juga?" tanya aerin.
"bukan ratu rose, tapi ratu jocellyn. ratu pertama helios" arthur menatapnya tajam. "kau tak melupakan nya kan ?"
aerin menggeleng cepat. "a-aku mengingat beliau. aku pernah melihat beliau sekali saat beliau sedang berkunjung ke kota yang dengan panti asuhan tempat ku tinggal. beliau begitu anggun dan cantik. surai pirang nya yang panjang itu membuat nya bersinar seperti bintang..."
"buna emang secantik itu..." kyle menutup buku nya. "senyum nya yang menawan, sentuhan tangan nya yang selembut sutra, suara nya yang lembut waktu bernyanyi, akh.... gw kangen nyanyi bareng buna..."
"buna dulu suka banget bikinin gw kue"
mahesa menancapkan belati nya ke meja sebelum melanjutkan kata-katanya. "kue nya emang gk begitu wahh banget..., tapi waktu ngobrol gw dengan buna waktu masak itu istimewa banget. kita bercanda, ngobrol bahkan ngegosip. pokok nya kalo kita berdua udah di dapur pasti habis waktu berjam-jam disana sambil masak" air mata terlihat menggenang di pelupuk mata mahesa. pemuda itu sangat merindukan sang ibunda. dari yang aerin dengar, saat pemakaman sang ratu, mahesa lah yang paling lama memeluk peti mati sang ibunda sambil berderai air mata.
dari situ aerin tau, jika pangeran mahesa sangat lah dekat dengan ratu jocelyn.
suasana paviliun itu mendadak suram. tatapan para pangeran mulai menyendu mengingat memori mereka bersama sang ibunda. aerin bingung harus berbuat apa. tapi pikiran nya pecah ketika tuan muda nya mengajukan sebuah pertanyaan padanya.
"o-oh iya rin, gw denger lo dari panti asuhan. lalu gimana caranya lo bisa berakhir kerja di sini?" tanya kevin.
aerin tau jika tuan muda nya itu berusaha memecah suasana biru yang hampir menyelimuti paviliun ini, dan aerin sangat berterimakasih akan hal itu. "ah iya tuan muda, saya berasal dari panti asuhan yang jarak nya lumayan jauh dari istana karena berada di daerah pinggiran kerajaan. saya bekerja di istana untuk membantu ibu panti dalam membayar pajak bangunan panti"
arthur menyerengit kan keningnya sedangkan kyle memiringkan kepala nya, seolah ucapan aerin barusan itu membuat sebuah pertanyaan di benak mereka. "memang bangunan panti lu sebesar apa sampe pajaknya besar banget?" tanya kyle.
"tidak bisa dibilang besar juga sih..., tapi bangunan itu luas nya sekitar setara dengan luas taman ini tuan."
mahesa ikut mendekatkan badan nya ke meja, ikut berpikir. taman ini berada di dekat tembok pembatas istana bagian belakang, dan taman ini termasuk taman terkecil di banding kan taman lainya yang ada di dalam istana. "kalau begitu bukankah pajak nya tidak terlalu besar?"
"luas tanah ini sekitar 1500 meter persegi yang yang berarti pajak nya sekitar 5% dari pemasukan pertahunnya. seharusnya gk mungkin kalian sampai nunggak begitu kan" lanjut mahesa.
"pertahun? bukannya perbulan tuan?"
keempat pangeran itu langsung melebar kan mata mereka, terkejut dengan ucapan sang pelayan. "sejak kapan peraturan nya berubah? bang danny gk bilang ke kita" ujar kevin. "ya karena emang dia gk pernah ngubah peraturan itu vin" ucap arthur menimpali ucapan kevin.
"aerin, sejak kapan pajak di naikin jadi per-bulan begitu?" tanya mahesa.
aerin berpikir, menggali lagi ingatannya ketika para orang suruhan kerajaan itu mulai datang untuk menarik pajak yang mulai harus di bayarkan tiap bulan nya. "sekitar.... 7 atau 6 bulan yang lalu tuan. saat itu ryan, teman panti saya sempat protes karena perubahan mendadak ini. tapi begitu orang-orang itu menunjukkan surat perintah yang di tanda tangani raja, kami tak bisa berbuat apapun selain membayar pajak setiap bulannya"
kevin menggebrak meja begitu keras hingga cangkir dan teko yang ada di atas meja bergetar saking kuat nya. "anj, kita kecolongan setengah tahun!"
"tapi mereka punya surat perintah pake tanda tangan ayah bang" ujar kyle.
"mereka palsuin" kata arthur. wajah nya tetap datar, tangannya yang terkepal erat sampai memperlihatkan uratnya memperlihatkan kemarahan yang teramat sangat disana.
"gilakk berani banget mereka!" mahesa mencabut belati nya dan menyarungkannya kasar.
di saat para tuannya itu berdebat, aerin menatap mereka penuh tanya karena ia tak mengerti apa yang mereka bicarakan saat ini. dan firasat nya mengatakan kalau itu bukan hal yang bagus. kevin menyadari raut penuh tanya pelayan pribadi mereka. ia pun memutuskan untuk memberi tahunya. lagi pula, dia korban kan? jadi dia harus tau. kevin menengok sekitar terlebih dahulu, memastikan tak ada orang selain mereka di sana. "lo bisa jaga rahasia kan rin??" tanya kevin. aerin mengerjap. "y-ya tuan?".
"gw percaya sama lo karena gw yakin, lo itu orang baik. dan lagipula, lo terhitung korban disini. jadi lo berhak tau"
aerin meneguk ludah nya kasar.
"ayah lagi sakit sekarang. sudah hampir 3 bulan ayah sakit dan semakin parah sampai ayah gk bisa handle, jadi kerajaan semua nya kita yang pegang."
"yang mulia raja sakit? sakit apa?"
"kita kurang tau. awal nya sakit nya gk terlalu parah. sampai akhirnya ayah bilang kalau kaki nya mulai lemas sampe sulit di gerakin yang akhirnya ayah cuma bisa tiduran di kasur dan nyerahin soal kerajaan ke kita" jelas arthur.
"dan selama itu pula kita yang ngurusin soal pemerintahan di kerajaan, termasuk pajak-pajak yang lo maksud itu rin" ujar mahesa mengimbuhi perkataan arthur.
"dan kita gak ada bikin peraturan baru kalau pajaknya di naikin yang awalnya di bayar per-tahun jadi per-bulan. itu kebangetan sih. rakyat pasti keberatan kalau bayar pajak segitu tiap bulannya, apalagi ini daerah pinggiran yang jauh dari ibukota." kyle membanting buku astronomi nya pelan.
"j-jadi ada yang-"
"iya, ada yang menyabotase sistem pemerintahan kerajaan. kita harus bilang ini ke bang danny sekarang" kevin bangkit dari duduk nya diikuti yang lain.aerin masi tak percaya ini, sistem pemerintahan kerjaan di sabotase yang menyebabkan berubah nya peraturan perpajakan tanpa sepengetahuan raja. aerin kembali mengingat bagaimana raut wajah putus asa bu hanin yang terus berjuang untuk mempertahankan panti asuhan tempat ia tinggal itu.
kurang ajar sekali. bu hanin sampai mengambil 3 pekerjaan sekaligus untuk membayar pajak-pajak yang seharusnya nya tidak ia bayar. tangan aerin mengepal kuat menahan emosi. baru saja aerin hendak membereskan cangkir-cangkir bekas para tuan muda nya, tangannya di cengkram dan di tarik kuat.
arthur.
pemuda itu dan beserta keempat saudara nya kembali ke paviliun dan menarik aerin untuk ikut serta bersama mereka.
"lo ikut kita. lo satu-satu nya petunjuk yang kita punya sekarang. nanti lo harus ceritain secara detail ke bang danny dan yang lain. jangan takut bilang aja sejujur-jujurnya, kita gk akan main-main soal rakyat" ujar nya.
"rakyat pasti menderita bang dengan pajak yang membengkak begitu, pantesan laporan kelaparan dan kemiskinan makin naik akhir-akhir ini" ujar kyle.
"bajingan sialan, bisa nya nge-rugiin rakyat aja. mati lo di tangan gw" mahesa menggenggam belati nya erat.
"kita percaya lo rin. dan lo bisa percaya ke kita, kita bakal beresin bajingan itu segera biar panti asuhan lo aman damai" ujar kevin.
kening aerin menyerengit heran. apa ini? mereka marah karena pajak yang memberatkan rakyat? ini bukan gambaran "pangeran ditaktor yang memeras rakyat" atau "pangeran serakah dan kejam". stigma itu semakin hancur ketika arthur memberitahukan temuan nya pada seluruh saudara nya yang ia kumpulkan di ruangan mereka. mereka terkejut, reaksi mereka tak jauh berbeda dengan keempat pangeran di paviliun tadi.
"lo serius? gak mungkin kita bisa kecolongan selama itu. apa lagi itu sudah mulai sebelum ayah jatuh sakit" tanya danny.
"gw gak bohong bang, karena kita dapet laporan secara langsung dari korban nya"
jujur, jantung aerin hampir copot ketika arthur dengan lembut menariknya ke hadapan seluruh pangeran. "jangan takut, kita disini mau bantuin lo. rakyat itu segala nya buat kita, dan lo satu-satu nya petunjuk yang kita punya sekarang. jangan takut" bisik pemuda itu lembut.
aerin menatap arthur lamat-lamat. ia juga tanpa sadar mencengkram lengan pakaian sang pangeran. tai tatapan arthur yang entah mengapa melembut itu memberi nya keberanian lebih.
ia menghela napas nya dan mulai menceritakan awal mula penarikan ilegal itu terjadi. dan mereka mendengarkan dengan seksama. hingga di akhir ceritanya jun menggebrak meja hingga suaranya menggema di seluruh penjuru ruangan. "BAJINGAN SIALAN! BERANI-BERANINYA DIA!!" pekik jun.
"pajak ilegal itu udah jalan selama setengah taun, dan kita baru tau sekarang?" ujar justin sambil mengusap wajah nya.
"tapi bantuan pangan, bahan tani, dan uang hibah rakyat masih tersalurkan kan rin?" tanya sam.
aerin menyerengit. ia tak pernah mendengar bantuan-bantuan pemerintah yang di sebut kan sam sebelumnya. gelengan gadis itu membuat danny membanting kertas berkas nya ke meja dan berteriak memanggil tangan kanannya. seorang pemuda yang menggunakan jas hitam datang dengan tergupuh-gupuh menghampiri sang pangeran mahkota. namanya nya fredrick. seseorang yang di tunjuk langsung oleh pangeran mahkota untuk membantu nya mengurus pemerintahan.
"ya tuan? anda memanggil saya?" tanya fredrick sambil membungkuk kan badannya.
tapi baru saja ia datang, sebuah bogeman mentah mengenai pipi bagian kirinya telak. membuat pemuda itu oleng beberapa langkah. aerin tersentak kaget. "apa ini? di data yang lo kasih ke gw kemarin, tertulis kalau bantuan sosial yang kita rencanain udah tersalur ke rakyat. TAPI MANA!! kita dapat laporan kalau bantuan yang kita rencanain di awal gak tersalurkan atau bahkan gak di terima oleh rakyat yang kita targetkan, LALU KEMANA SEMUA BANTUAN ITU PERGI!!"
teriakan danny menggema di ruangan itu. para pangeran lainnya juga menatap tajam sang asisten menuntut penjelasan yang konkrit terhadap apa yang terjadi.
danny terus saja berteriak pada asistennya itu. pandangannya ia laikan ke arah pangeran yang lain. jayden yang sedang sibuk mencocokkan data yang ada di berkas dengan yang ada di laptop nya bersama david. sam yang juga sedang berdebat di telpon yang sedikit ia tangkap, pemuda itu tenga berdebat dengan pemerintah daerah barat. masih tentang hal sama, yaitu dana bantuan yang lenyap tanpa kejelasan.
aerin terkejut melihat travis yang tengah ribut mencari-cari berkas di tengah-tengah banyak nya kumpulan dokumen yang berserakan di atas meja bersama justin dan john. di tengah lamunan nya itu sesorang menyentuh pundaknya. itu jun, pangeran kedua itu menghadapkan badan aerin ke arah nya yang kini menatap nya dalam. aerin memekik tertahan ketika jun tiba-tiba membungkukkan badannya.
"maaf kan kami yang kurang becus mengurus kalian..., kumohon maafkan kami..." ujar jun lirih.
aerin panik. ia langsung menyentuh kedua pundak sang tuan muda dan menegakkannya. "t-tuan jangan begini....". mulai saat itulah, image nya tentang para pangeran yang selama ini di kenal kejam, ditaktor, dan tidak peduli dengan rakyat itu hancur berkeping-keping.
nyata nya mereka lah pelindung rakyat yang sesungguhnya.
------โข------
2017 kata
HOLAAA~~
ruu balik bawa tulisan ruu yang kerajaan nih~~~
jangan lupa vote dan comment ya~ biar ruu semangat nulisnyaa
TEU-HII !!!!
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top