- 𝐒𝐀𝐈𝐍𝐓
𝐒𝐚𝐢𝐧𝐭
/saint/
noun
a person formally recognized or canonized by the Church after death, who may be the object of veneration and prayers for intercession.
❝ 𝐈'𝐦 𝐚 𝐬𝐢𝐧𝐧𝐞𝐫, 𝐲𝐨𝐮'𝐫𝐞 𝐬𝐚𝐢𝐧𝐭. ❞
❝ 𝐍𝐨, 𝐰𝐞'𝐫𝐞 𝐭𝐡𝐞 𝐬𝐚𝐦𝐞. ❞
Kesucian lahir dari makhluk yang terus mengabdikan diri pada Sang Pencipta, dan menjauhkan diri dari keburukan.
Bagi dunia ini, malaikat adalah makhluk paling suci dan agung, Karena mereka tercipta dari cahaya, yang langsung diciptakan oleh Tuhan sendiri. Namun, bukan berarti semua malaikat sama, 'kan?
Mata cantik yang selalu menutup dari indahnya dunia memandang ke arah langit malam di bawah pohon rindang yang diterpa angin malam. Udara dingin tak pernah menganggunya, bahkan kesendirian telah menjadi kekasih tercinta dalam sepanjang hidupnya.
Tangan (Name) membelai seekor merpati putih yang ia temukan tadi pada siang hari, menatapnya dengan tatapan cinta dan penuh kasih sayang. "Kau membuatku dejavu.. seakan-akan kau adalah orang yang pernah kutemui di suatu tempat," monolog (Name) dengan lemah, kala pandangannya berpindah pada merpati yang ada dalam dekapannya.
"Khurr! Khurr!" Seolah-olah mengerti monolog yang (Name) keluarkan, merpati putih yang diberi nama Verrocchio itu berkicau sebagai jawaban.
Tawa halus keluar dari bibir pucatnya, matanya yang buta tak pernah lelah memberikan tatapan lembut pada merpati yang ia asuh sekarang. "Verro.. kau mirip dengan Yril." Tanpa sadar (Name) mengucapkan nama yang sangat asing di telinganya. Lagi. Ia selalu mengucap dan memikirkan sesuatu yang yang tak pernah ia kenali sebelumnya.
"Yril? Siapa ya?" Ah, dasar gadis bodoh. 'Sudah berapa kali aku mengucapkan nama itu? Siapa itu Yril?' Bahkan sesaat mengucapkan kata-kata yang aneh, ia tak pernah mengingat dimana ia mengenali kata-kata seperti itu.
"Sepertinya otakku sedang eror." (Name) menggelengkan kepala, menghapus kejadian yang baru saja ia alami. Rasanya aneh. Entah sudah berapa kali gadis ini mencoba menghilangkan hal-hal yang aneh dalam otaknya, selalu tak bisa. Apa otaknya benar-benar rusak? Sepertinya (Name) akan mempertimbangkan untuk datang ke dokter kesehatan mental.
Derap langkah kaki menggema dari belakang pohon yang (Name) singgahi, membuat sulung Burnedead ini merasakan rasa waspadanya meningkat. Orang jahat mana lagi yang ingin membunuh gadis buta tanpa ada bakat istimewa? Katakan (Name) ini adalah beban untuk Regro, dan ini menurut pengakuannya sendiri.
"Siapa?" Ia membalikkan tubuhnya, mengacungkan tongkat sihir tua berwarna biru gelap, menyiapkan ancang-ancang bila akan diserang.
"Seharusnya aku yang bertanya, kau ini siapa?" Suara berat dari seorang pria memasuki indra pendengarannya, membuat sulung Burnedead menoleh ke belakang. Ia mengangkat sebelah alis, seperti mengenali orang ini namun dimana? 'Kenapa akhir-akhir ini aku menjadi pelupa? Dia siapa?'
Rasanya otak mungilnya ini diotak-atik layaknya mainan anak-anak.
"Bagaimana bisa gadis buta sepertimu bisa lolos di akademi ini dengan nilai yang sangat tinggi?" Alis pria itu menukik tajam, menatap (Name) dengan tatapan kebencian dan kemarahan yang jelas-jelas gadis ini tak mengetahui letak kesalahannya.
"Huh?" Ia terdiam, mencoba mengingat-ingat siapa pria ini walau ia sendiri tak bisa melihat wujudnya dalam kegelapan malam. "Oh.." (Name) ingat sekarang, siapa pria ini. Lance Crown, teman sekelasnya saat ia menginjakkan kaki ke akademi terkutuk ini.
Seharusnya ia tak menerima paksaan adiknya untuk ikut bersekolah di sini. Lebih baik ia mengurus Regro, dibandingkan harus mengurus urusan merepotkan seperti ini.
"Demi Tuhan, aku bahkan sangat ingin untuk angkat kaki dari sini jika bukan karena adikku."
Kejadian Mash yang hampir diseret petugas berwajib membuat jantungnya berpacu, seirama dengan langkah kaki. Rasa sesak di paru-parunya tak bisa hilang, dan perutnya terasa mual karena harus kembali ke rumah dan memastikan keadaan keluarga tercinta.
'Mash bodoh! Apa yang kau lakukan hingga petugas berwajib mau menangkapnya!?'
Hanya dalam jarak beberapa meter dari ia berlari, (Name) sudah memastikan bahwa pintu rumahnya sudah lepas dari tempat. Entah apa yang terjadi di dalam, jantungnya berpacu dengan rasa khawatir yang tak pernah berhenti.
"MASH! JII-SAMA!!"
Panggilan seorang perempuan yang dia kenali membuat mata keemasan Mash membulat, tak pernah mengharapkan kakak perempuannya akan pulang selepas belanja mingguan di kota. "Nee-chan.. harusnya Nee-chan tidak pulang.."
Brad Coleman, pihak berwajib yang belum selesai berurusan dengan Mash, sekarang harus berurusan lagi dengan perempuan ini. "Apa ini pak tua? Aku belum selesai dengan putramu, sekarang putrimu menambahkan," sinisnya seraya menunjuk (Name) yang berada di depan pintu rumah walau sudah tak layak disebut pintu karena sudah hancur.
Atensi sulung Burnedead teralihkan, dari kakeknya langsung mengarah ke Brad yang menatapnya dengan tatapan remeh. "A..apa-apaan ini.." (Name) menatap nanar ke arah Regro yang sudah terduduk tak berdaya di atas lantai.
Bagaimana (Name) bisa melihat, sedangkan ia sendiri buta? Ah, sudahlah.. terlalu gelap.
"(N-NAME)..!?"
Teriakan dari Regro tak diindahkan oleh (Name). Meski ia tak bisa melihat, instingnya begitu kuat sehingga ia tahu bahwa kondisi Regro tak baik-baik saja. "Berantakan sekali.. padahal aku baru bersih-bersih beberapa jam yang lalu," keluh (Name) sambil berjalan mendekat dengan perlahan.
Brad mengerutkan kening mendengar ucapan (Name) yang terdengar sangat santai di telinganya. Pertanyaan utamanya adalah, bagaimana bisa gadis muda ini berjalan sedangkan matanya ditutupi kain putih yang jelas-jelas orang lain akan berasumsi bahwa ia buta?
Dunia begitu rumit untuknya.
"Selain menyimpan anak tidak memiliki sihir, sepertinya kau juga menyimpan gadis buta, kakek tua."
Entah apa yang terjadi di sini, jelas rumah sudah setengah hancur dan Brad menatap lamat ke arah (Name). Sepertinya ada pertarungan yang terjadi antara Mash dan pihak berwajib ini. Sayangnya (Name) melewatkannya. 'Harusnya aku datang lebih awal, duh!' keluh sulung Burnedead cemberut kecil.
'Kakek tua ini menyimpan sesuatu.. gadis ini seperti koleksi berharga yang terlarang untuk dimiliki.' Brad menatap (Name) dengan tatapan yang cukup lama. Dari observasinya, dia mendapati bahwa tanda yang dimiliki normal pada manusia umumnya, walau memiliki tanda ganda. 'Mari kita lihat, apakah hanya asumsiku saja atau kenyataannya gadis ini adalah sesuatu.'
"Maa.. sebenarnya aku sudah memiliki perjanjian dengan adikmu, namun sepertinya akan seru jika kau ikut." Brad berdiri dari tempat, mengarahkan tongkat sihirnya pada (Name) dan memberikan senyuman miring pada sulung Burnedead.
(Name) diam di tempat, menunggu apa yang akan dilakukan Brad. Jauh dalam lubuk hati Mash sebenarnya dia sangat khawatir pada (Name). Namun.. entah mengapa kakinya terasa berat untuk diangkat, seakan-akan dia tak boleh ikut campur urusan keduanya. 'N..nee-chan..' Mash menggeram kesal lantaran tubuhnya enggan untuk bergerak. Tak mungkin kakak perempuannya sendiri yang memaksanya untuk diam, kan?
Tongkat sihir yang dialiri energi sihir melalui ujung tongkat sebagai titik pusat mengarah pada (Name), bahkan nampaknya Brad tak main-main dan takkan menahan diri untuk menyerang (baca : menguji) gadis ini.
"NALCOM PAS, DIAGORUS!"
Cahaya ungu muda membentuk bola kecil, namun memiliki energi yang cukup besar terarah pada (Name). Kedua tangan Mash terkepal, menahan emosi kala kakak perempuannya tak membiarkan dia untuk ikut campur. "N..nee-san.."
Panggilan penuh rasa khawatir dari Mash sepertinya tak diimbuhkan oleh gadis muda ini. (Name) masih bergeming di tempat, tak bergerak bahkan terlihat enggan untuk menghindar serangan yang dilancarkan Brad. Sehingga terjadi benturan antara ia dengan sihirnya Brad.
BOOM!!
"(N-NAME)!!"
"N..nee-san.."
Suara ledakan yang disebabkan oleh sihir Brad yang mengarah pada (Name) menyebabkan letupan hebat, sehingga puing-puing serta angin berkecimpung. Kedua sosok pria ini dilanda rasa khawatir serta ketakutan yang tak bisa disembunyikan, jelas keduanya khawatir akan satu-satunya sosok wanita yang penting dalam kehidupan mereka.
Nafas Brad terengah-engah, tak menyangka bahwa gadis itu enggan untuk melawan bahkan menghindar. Entah apa yang ia rencanakan, perasaan Brad mengatakan bahwa ia baik-baik saja.
Brad mengerutkan kening, merasa ada yang tak beres di sini. 'Sihir ini tidak mengenai adiknya, harusnya ia juga baik-baik saja kan? Kenapa tak ada perlawanan darinya?' Giginya bergemelatuk, merasa kurang puas karena gadis itu tak menunjukkan apapun seperti adiknya. "Ternyata mereka berbeda-"
"Judiciary.."
Ucapan Brad terpotong mendengar suara perempuan di balik tebalnya asap dari ledakan yang terjadi. Kedua bola matanya melebar, membuat dia mencengkeram erat tongkat sihir yang selama ini menemani seluruh perjalanan hidupnya.
Sosok perempuan mungil berdiri tegap di antara puing-puing yang berjatuhan. Kakinyg melangkah ke depan, menyebabkan suara benturan antara sepatu usang dan lantai kayu yang ada di bawah. Asap yang mengepul lama-kelamaan berpencar, menambahkan kesan dramatis kala gadis muda ini nampak baik-baik saja dan tak terpengaruh akan serangan yang Brad berikan untuknya.
"Sudah lama aku tak makan sebanyak ini.." Bisikan parau darinya membuat pupil mata Brad bergetar, melihat sesuatu yang membuat tubuhnya ikut merinding kala melihat gadis ini tanpa mengenakan kain penutup mata yang biasa ia pakai.
Wajah cantik yang biasa dibaluti kain putih untuk menutup mata, sekarang terlihat jelas wajah polosnya tanpa kain. Bola mata kuning keemasan memancar aura intimidasi yang kuat, hingga tak ayal bila lutut Brad terasa lemas dibuatnya. Mash, Regro, bahkan kepolisian Ibu Kota ikut merasakan ketegangan yang dirasakan Brad akibat ulah (Name) sendiri.
"Nee..-san.." Panggilan Mash yang lirih bahkan tak didengar oleh (Name). Mash jelas khawatir, sepertinya kakaknya tak main-main untuk ikut andil.
Kedua bola mata emasnya terlihat tajam, sedangkan kedua sudut bibir mungilnya mengulas senyum sinis yang diutarakan untuk pria itu. Entah kenapa, (Name) seperti bukan (Name).
Namun (Name) tak bisa berbohong, bila disatu sisi ia merasa keren karena akhirnya bisa melepaskan kain yang merepotkan ini. 'Jadi seperti ini rasanya menjadi karakter utama..'
Terserah lo deh (Name).
"Seharusnya kau pernah mendengarnya, tentang sihir yang dimakan oleh sihir itu sendiri."
Ucapan yang keluar dari mulut (Name) membuat Brad merasakan perasaan berat dalam dadanya. Seakan-akan dia tengah dipermainkan oleh (Name), usai menatap mata emasnya tanpa henti. Sejujurnya dia begitu enggan untuk menatap matanya, karena dengan terus menatap matanya Brad bisa merasakan tubuhnya lemas seperkian detik. Namun di satu sisi, atmanya memaksa untuk menatap matanya. 'U-ugh.. jadi ini sihirnya..? Menyerap sihir untuk mendapatkan sihir.'
(Name) memiringkan kepala, masih menatap tajam ke arah Brad yang tengah berlutut di bawah kakinya. Rasa sakit luar biasa dirasakan oleh pria itu, dan (Name) mengetahui seberapa sakit dirinya usai terus-menerus menatap mata terkutuk yang selama ini ia sembunyikan. 'Santa Lusia selalu bersama hamba buta sepertiku.'
Helaan nafas keluar dari bibirnya karena (Name) merasa perasaan bosan membludak dalam dirinya. Wajah yang biasa ia baluti kain putih tengah bersembunyi di lengannya, mencoba untuk tenggelam dalam pikirannya sendiri. 'Mash.. aku merindukannya, padahal baru sehari tidak bertemu..'
Ah, biasa hidup menempel dengan adik laki-lakinya membuat (Name) merasa gelisah bila tak bertemu dengannya. Semoga saja ia tak mengidap penyakit Brother Complex yang seperti adiknya lakukan padanya.
Mata biru itu tak bisa berhenti mencuri pandang pada gadis yang ada di sebelah tempat duduknya. Sesosok perempuan yang cukup menggemparkan Akademi Easton, pasalnya ia memberikan pertunjukan luar biasa saat ujian masuk berlangsung. '(Name) Burnedead.. perempuan itu sama dengan saudaranya, Mash Burnedead yang membuat para siswa geger.'
Astaga, sampai seperti ini Lance memperhatikan kedua sosok saudara bodoh itu bahkan menganalisa keduanya.
"Jangan terlalu lama menatapku, nanti kau akan terpesona melihat kecantikan Tuan Putri ini."
Candaan yang tiba-tiba dilontarkan (Name) pasca Lance terus menatapnya membuat laki-laki ini mendengus hidung. Dia benar-benar tak berharap kalimat itu akan keluar dari mulutnya secara gamblang. "Satu-satunya perempuan yang paling cantik di mataku, hanya adikku seorang."
Ia terdiam. Alis kiri (Name) terangkat, menatap heran ke arah Lance yang tiba-tiba melibatkan adiknya dalam candaannya tadi. 'Jangan bilang dia ini siscon? Menggelikan,' batin (Name) menatap aneh dalam kain putih yang selalu menutup matanya.
Setidaknya tolong berkaca sebelum berbicara, (Name) Burnedead.
"Siapa yang bertanya tentang adikmu?" Pertanyaan tersebut lolos dari mulut (Name), bahkan nampaknya ia merasa tak bersalah usai mengucapkan pertanyaan tersebut yang menyinggung perasaan Lance.
'Gadis ini..' Lance bisa merasakan alisnya berkedut kesal, lantaran pertanyaan yang menurutnya SANGAT MENJENGKELKAN ini merusak suasana hatinya. Entah perasaannya saja, bila adiknya sama menyebalkan seperti kakaknya. 'Perasaanku mengatakan, bahwa keduanya tidak ada yang waras.'
Nampaknya kau juga akan ikut seperti mereka, Lance Crown. Tidak ada yang benar-benar waras di dunia ini, bahkan pembaca pun tidak.
ꔵֺ CHAPTER II ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ
ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫
tebak, nem beneran buta apa boongan? hh. ayo tebak, nanti next chapter orenn kasih bocoran lagi.
sihirnya mirip' sama karakter ini lah, heeh karakter itu. makanya ga heran kalau mereka mirip, karena emang mirip karakter yang heem.
apalah.
perasaan nem tadi :
gila reflek jadi gojo coy, mentang-mentang pake penutup mata. cuma kekuatannya aja beda, padahal sama-sama sengklek wkwkwk asuk.
jangan lupa vote n komen ya, byebye babby my honey bala-bala alafyu guys.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top