02. Berandalan

Pagi-pagi buta, Sohyun harus membantu ibunya belanja di pasar untuk membeli bahan-bahan memasak. Walaupun melelahkan, Sohyun tak pernah sekalipun mengeluh. Ia hidup bersama ibunya setelah ayahnya meninggal, sehingga mereka hanya memiliki satu sama lain.

Sementara sibuk memilih ikan dan udang yang segar, Sohyun diminta ibunya untuk mengangkat sebagian barang belanjaan untuk dibawa pulang ke rumah. Untungnya, rumah mereka tidak jauh dari pasar. Jadi tak perlu menggunakan kendaraan umum dan mereka bisa lebih hemat.

Di perjalanan pulang, jalanan masih tampak sepi. Sesekali terlihat orang berpapasan dengan pakaian rapi, sebagian terlihat menunggu bus di halte. Tak luput juga Sohyun melihat beberapa mahasiswa atau anak-anak sekolah yang bersiap menempuh pendidikan. Sohyun tiba-tiba merenungi lagi nasibnya. Andai saja ayahnya masih hidup, mungkin akan ada orang yang membantu ibunya di restoran dan Sohyun bisa pergi kuliah dengan tenang. Setidaknya, ia bisa memutar otak dengan mengambil beasiswa, mengingat Sohyun adalah murid top di sekolahnya dulu.

Di sela-sela melamun, Sohyun tidak sadar ada seseorang yang sedang melintangkan kakinya ke trotoar. Alhasil, gadis itu tersandung dan barang bawaannya jatuh berhamburan.

"Aduh... Siapa sih?" Gadis itu meringis kesakitan sedangkan sumber dari masalahnya terlihat anteng tertidur sambil bersandar di sebuah tiang lampu.

Sohyun mencium aroma alkohol dari napas lelaki dengan penampilan aneh itu.

"Hey, kalau mabuk jangan merepotkan orang lain, dong! Dasar berandal!"

Sohyun yang mood-nya sedang tidak bagus, mengambil kesempatan untuk menjadikan pria mabuk itu sebagai pelampiasan. Diambilnya seikat serai dari tas belanja lalu dipukul-pukulkannya itu ke badan si pria tidak dikenal. Rasanya Sohyun cukup puas. Biar saja, laki-laki itu pantas mendapatkannya karena ia telah membuat mood Sohyun semakin anjlok.

Ketika Sohyun ingin memukul pria itu untuk yang terakhir kalinya, tiba-tiba pria itu sadar dan mencengkeram lengan Sohyun. Sohyun terkejut.

"Eh, lepaskan!" Sohyun mencoba menarik tangannya, tetapi pria itu begitu kuat.

Sohyun bergidik ngeri. Ketika diperhatikan lagi, pria itu memiliki sebuah tato—yang entah motifnya apa—tersembunyi di dada, di balik kaos singletnya. Juga terdapat beberapa tindik di telinga. Pakaiannya terkesan tidak rapi dengan bawahan ripped jeans berwarna agak usang.

Apa dia preman? Pikir Sohyun.

"Mana makananku.... Beri aku makan," racau pria tersebut.

Sohyun mulai was-was. Di sekelilingnya sedang tidak ada orang. Ia hanya berdua dengan pria mabuk berpenampilan menyeramkan. Sohyun takut bila terjadi sesuatu padanya. Ia pun berusaha berdiri dan kabur. Sayangnya, semakin ditarik, pria itu juga semakin memperkuat cengkeramannya. Hingga pada satu titik, Sohyun kehilangan keseimbangan dan tubuhnya jatuh tepat di atas pangkuan pria aneh itu.

"Tolong!!!" Sohyun panik dan langsung berteriak. Apalagi ketika pria itu mulai mengigit lengannya sembari mengatakan, "Ayam goreng... Aku mau ayam... Ayam yang enak..."

"Ibu!! Dasar pria gila! Lepaskan tanganku!"

Pria itu terkekeh dengan kondisi mata yang masih terpejam. "Kurang pedas..."

Sohyun yang terusik, refleks menggunakan lengan yang satunya untuk meninju perut pria tersebut. Namun sebuah kesalahan besar, tanpa ia duga, pria itu justru memuntahkan isi perutnya ke baju Sohyun.

"Tidak!!!"

***

Sohyun duduk dengan mata yang menyorot tajam. Seorang pria dengan seenaknya tidur di salah satu meja restorannya tanpa tahu apa yang sudah ia lakukan sebelumnya. Jika mengingat betapa bau dan menjijikkan bekas muntahan pria itu, Sohyun semakin emosi dan tidak sabar menggeprek kepala pelakunya.

Lagipula Sohyun merasa aneh. Buat apa ibunya membawa pria asing dan seperti preman itu pulang ke rumah? Bagaimana kalau pria pemabuk itu ternyata seorang penjahat? Atau lebih parahnya lagi buronan?

"Ibu, kenapa kita harus membawanya ke tempat kita? Harusnya kita tinggalkan saja dia."

"Hyun, kamu tidak tahu apa-apa. Ibu mengenal anak itu."

"Apa? Ibu bercanda?"

"Untuk apa Ibu membohongimu? Justru selama kamu tidak ada, dia sering membantu Ibu."

"Dia?" Tanya Sohyun memastikan untuk yang kesekian kali sambil menunjuk ke arah si pria asing. "Ibu, lihat saja penampilannya itu. Uh, sungguh menyeramkan." Sohyun lagi-lagi merasa ngeri.

"Hyun-ah, menurutmu seperti apa ayahmu dulu sewaktu muda?"

"Ayah? Yang jelas Ayah 180° lebih baik darinya." Sohyun merujuk pada si pria mabuk. "Ayah murid yang rajin, ia seorang ketua kelas dan diidolakan oleh banyak wanita."

"Hah, siapa yang mengarang omong kosong itu?"

Ibu Sohyun tertawa geli sambil menghentikan aktivitasnya yang sedang memotong sayuran.

"Ayah sendiri yang bilang. Ibu menyukai Ayah karena Ayah keren."

"Bajingan itu. Bisa-bisanya dia menipu putrinya sendiri."

"Apa maksud Ibu?"

"Hyun-ah, dengarkan ibu baik-baik. Jangan pernah menilai orang dari sampulnya saja."

"Ayah berbohong?"

"Ayahmu dulu adalah murid paling bandel di sekolah. Datang sering terlambat, PR tidak pernah dikerjakan, ujian selalu mendapat peringkat terakhir. Bahkan tidak jarang dia keluar-masuk dari ruang konseling karena membuat masalah."

"Yang benar saja, lalu kenapa Ibu menikahi Ayah?"

"Anehnya, semenjak bertemu dengan Ibu, ayahmu berubah drastis. Dari sosok yang lalai, ia menjadi seseorang yang jauh lebih bertanggung jawab. Ia mulai berhenti membuat masalah, dan mulai rajin berangkat pagi-pagi sekali hanya agar bisa bertemu dengan ibu. Semua orang akan berubah ke arah yang lebih baik setelah mereka bertemu dengan orang yang tepat. Karena kegigihan ayahmu, ibu menikahinya."

Sohyun terkesima mendengar cerita masa lalu ibunya. Hingga tanpa sadar, pria yang tertidur di meja itu sudah tiada. Sohyun melongok ke sana - ke mari untuk menemukan keberadaannya. Dan ternyata, pria asing itu tengah memuntahkan sisa isi perutnya di kamar mandi.

"Hah, bagaimana kau tahu kamar mandi rumahku ada di sebelah sini?" Sahut Sohyun dari arah belakang.

Pria itu membasuh mukanya dengan air dari wastafel. Ia pun berbalik badan. Sohyun tidak dapat melihatnya dengan jelas tadi pagi karena suasana di luar masih gelap. Namun, ketika diperhatikan, sejujurnya pria itu memiliki wajah yang lumayan. Tetapi, mengapa Sohyun merasa familiar?

"Kau?!" Sohyun membuka mulutnya tidak percaya. Pria di hadapannya adalah pria yang sama, yang menolongnya dari kejadian di lobby waktu itu.

"Ayam gorengku?" Ujar pria itu sambil menunjuk ke arah Sohyun.

***

Namanya Vay. Dia hidup luntang-lantung di jalan karena kabur dari rumah sudah hampir sebulan. Ia mengaku bahwa selama ini, teman dekatnya lah yang menampungnya tidur. Namun ada kalanya ia akan tidur di jalan secara sembarangan akibat pengaruh alkohol. Sebab itu, tak sedikit orang yang menyebutnya gelandangan. Tepatnya, gelandangan berparas tampan.

Vay sebenarnya kerap kali berkeliaran di sekitar Sohyun. Hanya saja, gadis yang terlalu cuek dengan lingkungan sekitarnya itu tidak pernah menyadari. Di saat Sohyun mengantar pesanan atau sedang tidak berada di restoran, Vay beberapa kali datang untuk membantu bersih-bersih. Tentu saja tidak gratis. Ibu Sohyun akan memberi upah atas setiap bantuan yang ditawarkan oleh pria itu. Dari sini, Sohyun dapat menyimpulkan bahwa Vay butuh uang. Tentu saja, karena tidak mungkin ia akan terus bergantung pada orang lain atas kesalahannya sendiri yang kabur dari rumah.

"Bibi, karena putrimu sudah mengetahui tentangku, apakah sekarang aku bisa bekerja secara resmi di restoran ini?" Ucap Vay, harap-harap cemas tanpa menyembunyikan senyuman cerah di wajahnya.

Selama ini, Vay sudah memohon-mohon untuk dipekerjakan. Tetapi, mengetahui putrinya—Sohyun—yang kemungkinan besar sangat tidak menyukai penampilan Vay, ibu mengurungkan niat untuk menerima Vay sekaligus.

"Ibu...." Sohyun menggeleng-gelengkan kepala, mengisyaratkan ibunya untuk menolak Vay. Terlebih, atas apa yang sudah Vay lakukan tadi pagi. Sohyun sangat trauma kalau ia teringat akan hal itu.

"Sohyun, aku mohon...." Merasa bahwa dirinya akan ditolak, Vay kini berubah haluan dan membujuk Sohyun agar menerimanya.

"Tidak. Aku tidak mau kau bekerja disini. Yang ada pelanggan akan takut melihatmu dan mereka tidak jadi beli."

"Aku berjanji akan bersikap baik. Aku tidak akan membuat mereka takut. Kau bisa percaya omonganku."

"Tidak. Sekali tidak, ya tidak."

"Sohyun-ah...."

"Permisi, siapa yang mengizinkanmu memanggilku santai seperti itu? Sebaiknya kau pergi dari sini." Sohyun bersedekap sambil berbalik meninggalkan Vay.

"Nona Sohyun? Bos? Nona muda? Uh, Miss? Madam?" Vay terus mengoceh selagi mengekori Sohyun di belakang. Harus bagaimana lagi ia memanggil Sohyun agar Sohyun menoleh?

Ibu Sohyun tertawa lepas menyaksikan tingkah laku pria itu yang terkesan lucu. Ah, sungguh, Ibu Sohyun sangat ingin mempekerjakan Vay. Dengan begitu, hari-harinya tidak akan pernah suram karena ia terhibur oleh Vay.

"Semangat, Nak Vay. Semoga kamu berhasil membujuk putriku."

***

Sohyun frustrasi. Sudah beberapa hari Vay menerornya. Seperti penguntit, Vay selalu tahu dimana Sohyun berada. Bahkan ketika mengantar pesanan ke pelanggan pun, Vay membuntuti di belakang.

Kali ini, Sohyun beruntung. Ia berhasil kabur. Gara-gara Vay, Sohyun jadi tidak bisa berbincang bebas dengan Kim. Akhir-akhir ini, Sohyun offline dari aplikasi ChitChat dikarenakan sibuk menghadapi Vay.

Kim, bagaimana kabarmu?

Hari itu weekend. Pekerjaan Sohyun jauh lebih longgar karena tidak ada jam makan siang yang padat sehingga ia bisa pergi menghabiskan waktu luangnya tanpa takut ibunya akan kerepotan sendiri. Saat ini, Sohyun sedang duduk di taman kota. Terdapat beberapa pasangan yang sedang memadu kasih di sekitarnya.  Seketika Sohyun menyesal memilih tempat itu untuk bersembunyi dari Vay.

Menunggu beberapa saat, Kim tak kunjung membalas pesannya. Sohyun semakin khawatir. Apa mungkin Kim sedang sakit? Atau dia memang sibuk dengan kehidupan nyatanya? Entahlah. Sohyun hanya bisa menduga-duga.

"Sedang apa?"

"Sedang.... Eh?" Sohyun menoleh ke belakang dan voilà! Vay sudah berdiri di belakangnya seperti hantu.

"Bagaimana kau tahu aku ada di sini?"

"Aku selalu tahu kau dimana," jawabnya enteng.

"Tidak bisakah kau membiarkanku istirahat semenit saja? Kenapa kau terus menggangguku? Mau sampai kapan?"

"Sampai kau menerimaku bekerja di restoran."

"Kenapa kau gigih sekali? Apa kau sangat butuh uang, huh?"

"Bisa dikatakan begitu."

Sohyun terdiam. Tiba-tiba ia penasaran akan asal-usul Vay.

"Sebenarnya, kenapa kau kabur dari rumah? Lihat kan? Kau jadi seperti tidak terurus begini. Luntang-lantung tidak jelas, kesulitan mencari uang."

"Memangnya kau bisa hidup dengan nyaman ketika orang-orang menuntutmu untuk melakukan apa yang mereka inginkan? Ketika orang-orang memaksamu untuk menjadi orang lain dan hidup dalam kepalsuan? Kalau aku sih tidak mau."

Perkataan Vay terdengar dalam dan kompleks. Namun, dengan wajah yang seolah bercanda seperti itu, sulit bagi Sohyun untuk berempati.

"Ya sudah, seharusnya berpikirlah terlebih dulu sebelum kabur dari rumah. Setidaknya, bawalah uang yang cukup untuk bertahan seumur hidup." Timpal Sohyun tidak serius.

"Ya, andai saja waktu itu aku mencuri uang dari brankas ayahku. Sayangnya, aku tidak pernah tahu password-nya."

"Dasar gila."

"Karena itu, aku mohon. Berilah aku kesempatan untuk bekerja di tempatmu. Aku ingin hidup mandiri dan sesuai kemauanku."

Sohyun mengalihkan padangan. Ia tampak berpikir keras. Sejauh ini, memang tidak ada hal buruk yang Vay lakukan, kecuali memuntahkan isi perutnya seperti saat itu. Ibunya juga tampak mempercayai dan mengenal dekat Vay. Bahkan, Vay jugalah yang membantu Sohyun saat ia dalam masalah dengan Sooin waktu itu. Ya, Vay sejauh ini melakukan hal-hal yang baik.

"Okay."

"Okay apa? Aku diterima?" Vay menunjukkan rasa senangnya terang-terangan.

"Ya. Tetapi dengan satu syarat."

Vay mendengarkan baik-baik kata Sohyun. Dan tanpa pikir panjang, Vay menyetujui apa yang Sohyun persyaratkan.

***

Tbc

Kelihatan banget ya kalau aku buru-buru publish ini😀 Sampul aja belum bikin, judul apalagi wkwk sebenernya belum nemu judul yang pas. Jadi untuk sementara aku pakai judul Redamancy dulu. Sampul juga nyusul😌

Kalau ada yang mau bikinin cover, please bangettt komen disini. Aku males ngedit sendiri😔

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top