๐“๐–๐Ž

๐‡๐Ž๐‹๐˜ ๐‹๐„๐€๐•๐„๐’

โ•ญโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€

Asap kehitaman menaik seiring waktu. Uapnya menutupi langit oranye menjadi segelap malam. Asalnya tepat dari sebuah kereta yang melaju di rel menuju stasiun utama London.

Terdapat gadis jelita di dalamnya. Membawa sekoper pakaian, ia terduduk membaca ulang surat lamarannya. "Apa tidak salah?" gumamnya gugup berulang kali.

Nampak ia terasuki kecemasan. Alasannya bukan karena hal remeh, melainkan kejadian spektakuler. Tidak disangka para Moriarty memilihnya mengisi posisi maid.

Berkatilah Dewi Fortuna. Akhirnya doa, juga usaha kerasnya terbayarkan. Memang ia diberi berkah kian besar, beruntung sekali.

Bagian pengiriman surat tercetak '[Name] [Fullname]'. Hebat sekali dirinya sukses mendapatkan pekerjaan berupah terbilang besar. Mungkin jika biaya-nya ditabung, [Name] cukup untuk membeli semua list masa depannya.

Setiba di stasiun, [Name] berjalan kaki sekitar beberapa puluh langkah. Staminanya kuat untuk seukuran perempuan mungil. Jangan cemas, ia berhenti saat menemukan bangunan mewah dimana tercantum lambang keluarga Moriarty.

Kepalanya mendongak kala harus melihat betapa menawan mansion yang akan ditinggalinya. "Wuah..." kagumnya berbinar-binar. Asyik memuja kemegahan di hadapannya, [Name] sampai tidak menyadari ada seseorang memanggil.

"Nona [Fullname]?"

Terkejutlah [Name] melihat sosok berkacamata nan rupawan. "Uhm, siapa?" Seharusnya tidak ada yang tahu identitasnya selain Tuan Moriarty.

"Louis James Moriarty."

Awalnya [Name] mengangguk saja sampai tiga detik menggamblang otaknya. "Moriarty? Kau-- TIDAK, ANDA ADALAH TUAN SAYA?!" teriaknya heboh, "Ampuni saya!" Hampir [Name] bersujud bak prajurit memohon pada ratunya.

Namun selayaknya lelaki pengertian, Louis sekadar tersenyum tipis. "Tidak usah dipikirkan. Saya mengerti, ayo ikuti saya." [Name] bersenang hati mengekor di belakang bagaikan anjing penjaga.

Sekelompok model, ralat-- kumpulan lelaki berjuta pesona menunggunya di ruang tamu. Masing-masing personil memperkenalkan diri walau sedikit sulit langsung mengingat nama mereka.

"Terima kasih. Saya [Name] [Fullname], bertugas melayani kalian senantiasa," hormatnya membungkuk sopan, "Tuan. Saya ingin mengenal anda sekalian jadi berkenankah memberitahu mengenai selera makan, atau apapun?"

Setelah mencatat semua jawaban, [Name] dihentikan lagi. Besok ia perlu menemui Tuan Besar yang merupakan saudara duo William Louis.

Benar, Albert James Moriarty.

โ•ฐโ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€โ”€

Bแบกn ฤ‘ang ฤ‘แปc truyแป‡n trรชn: AzTruyen.Top