π πππππ ; ππ
FUTURE ;
DREAM
β Siapa dia? β
PURNAMA telah menggantikan tugas sang mentari. Seluruh lampu di pemukiman penduduk telah padam, dikarenakan semua orang telah terlelap dalam mimpinya.
Sang kunci pirang mengerang pelan dalam tidurnya, berusaha untuk mencari posisi senyenyak mungkin untuk tidurnya.
Kian berjam-jam lamanya menghabiskan waktu di mall, dan membuat sang jelita marah. Ia harus berjalan kaki untuk kembali ke rumah sang jelita.
Kejam sekali, tapi ini salahnya karena telah membuatnya marah.
Dengan bantuan para orang lain yang menurutnya kelewat ramah, bahkan sampai menawarkan tumpangan kepadanya ketika ia menanyakan jalan untuk kembali ke rumah sang jelita.
"Oh jalan ini? Kamu tinggal ke jalan xxxx lalu belok kiri ke xxx"
"Kamu bisa lewat jalan pintas ini"
"Ah, mau kuantarkan dengan sepeda motor ku ini, Tuan?"
"Gembel, motor burik kayak begitu dipakai buat anterin orang. Mending gw anterin pakai mobil gw. Ayo bang, saya antarkan pakai mobil saya, udara malam tidak baik untuk abang"
"Anjing ya, apa hubungannya kalau dianterin pakai motor coba?"
Tersenyum dalam tidurnya, tatkala otaknya bekerja ketika mengingat kejadian tersebut. Entah kenapa, ia merasa nyaman dengan para penduduk warga negara yang ia tinggali saat ini.
Yah walaupun ada sedikit cekcok ketika kedua remaja yang baik hati ingin menawarkan tumpangan kepadanya, tetapi temannya lebih menyarankan untuk menaiki mobil bersamanya. Sehingga menyebabkan pertengkaran.
Maka dari itu daripada pertengkaran terus berlanjut, William dengan halus menolak tawaran mereka. Memutuskan untuk berjalan kaki saja.
Wajah tenangnya kini digantikan dengan kerutan, tatkala ia merasakan bahwa ada sinar cahaya yang menusuknya.
Perlahan-lahan, matanya yang terpejam kiniΒ terbuka karena cahaya tersebut. William berusaha untuk menyesuaikan intensitasΒ cahaya tersebut.
Padang rumput yang luas, dan bunga-bunga yang tumbuh di sekitarnya. Angin berhembus pelan, menerbangkan surai pirangnya.
Atensinya kini beralih kearah dua anak kecil yang tengah bermain tak jauh berada di depannya.
Kunci pirang milik anak kecil tersebut berterbangan dengan indah, membuatnya terlihat cantik untuk dilihat. Bagaikan sebuah karya seni.
Begitupun dengan gadis kecil yang tengah bermain dengannya, tertawa riang tanpa peduli dengan kejamnya dunia bersama dengan temannya.
"Ahahahaha...Ayo tangkap aku!"
"Hei, tunggu aku!"
Berlari mengejar sang gadis kecil yang tengah tertawa, berusaha untuk mempercepat langkahnya untuk menangkap sang gadis kecil.
Begitupun dengan sang gadis kecil yang terus berlari agar tak tertangkap temannya. Dengan tawanya yang bergema di udara.
Tak sengaja tatapannya beradu ketika sang anak laki-laki tersebut ketika melewati William, iris merahnya melebar ketika melihat wajah yang dikenalinya.
Anak tersebut, memiliki iris berwarna merah. Sama sepertinya, hanya saja kini matanya menunjukkan cahaya kehidupan. Tidak seperti dirinya yang selalu tersenyum, tetapi matanya tak memiliki makna kehidupan sedikitpun.
Bibirnya bergetar hebat begitu melihat pemandangan yang berada di depannya, berganti dengan pemandangan yang tidak ingin dilihat oleh siapapun.
"Itu aku...?"
MATANYA terbuka dengan paksa, nafasnya terengah-engah. Tangan ramping miliknya memegangi dadanya yang terasa sakit, berusaha untuk menetralkan nafasnya.
Mengalihkan pandangannya ke jendela, cahaya fajar perlahan-lahan menyingsing dari balik hordeng berwarna putihnya.
Dirasa dirinya telah cukup tenang, William mengalihkan atensinya kepada tangan kanannya. Menatapnya dengan tatapan kosong.
"Mimpi apa itu?.."
Aneh, satupun dari hidupnya tidak pernah bermimpi seperti itu. Bunga tidurnya yang aneh yang ia alami ketika tadi ia tertidur, membuat batinnya bergejolak, merasakan perasaan asing yang tidak pernah ia rasakan.
Tes
Tes
Tanpa peringatan, air matanya meluncur bebas. Membasahi selimut putihnya.
"Apa ini?.." Bibirnya bergetar hebat, tenggorokannya terasa kelu. Berusaha untuk tidak menimbulkan suara sedikitpun yang membuat penghuni rumah terbangun.
William menangis dalam diam, berupaya keras ia menghapus jejak air mata tersebut. Tapi itu tak menghentikan air matanya yang terus meluncur bebas.
'Aku tidak menangis...'
Batinnya berkata seperti itu, tapi tidak dengan tubuhnya yang terus menangis dengan diam.
'Hentikan...'
Sebanyak batinnya berteriak untuk menghentikan reaksi tubuhnya yang kini ia rasakan. Perasaannya bercampur aduk ketika ia bangun dari bunga tidur tersebut.
Menjambak kunci pirang miliknya pelan, berusaha untuk menetralkan nafasnya yang kini mulai memburu dengan cepat.
"Hentikan ini, kembalikan dia..."
Kepingan memori mulai memenuhi pandangannya, kaca-kaca yang tak berbentuk dengan segala bentuk memori yang tak pernah ia lihat.
Asing dan tak nyaman, adalah perasaan yang William alami saat ini. Semuanya tampak putih dan hanya ada beberapa pecahan kaca yang menampilkan gambar bergerak yang asing.
Bagaikan sebuah potongan film yang tengah di putar, tangannya berusaha menggapai salah satu pecahan kaca yang berada di depannya.
Prang!
Semua kaca tersebut menjadi pecah tak bersisa, tangan ramping milik kunci pirang tersebut berdarah, dikarenakan terkena pecahan tersebut.
Perlahan-lahan sinar putih mulai menusuki pandangannya, sebelum akhirnya semuanya menjadi gelap.
β Hey, tangkap aku kalau bisa! β
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top