π πππππ ; π
FUTURE ;
BOOKSTORE
β Ada toko buku! β
IRIS MERAHNYA berbinar-binar melihat pemandangan yang berada di depannya. Rak yang dipenuhi dengan berbagai macam buku, adalah kesukaannya.
Tanpa memedulikan sang jelita, William segera memasuki tempat tersebut yang tengah ramai dikunjungi banyak orang.
"Selamat datang" Penjaga toko tersebut menyapa para pengunjung dengan sopan.
Mendengar hal tersebut, William tersenyum membalas sapaan sang penjaga toko. Di dalam toko, ia disambut dengan aroma berbagai buku, yang menurutnya seperti surga dunia.
Dengan semangat yang membara, ia segera mengelilingi seluruh tempat tersebut. Berbagai pegawai toko menyapanya, mencoba untuk membantunya ketika dirinya tengah kesusahan ketika mencari sebuah buku ataupun perlengkapan belajar.
Berbeda dengan William yang tengah menjelajahi toko buku tersebut dengan gembira, kamu berjalan-jalan mengitari mall tersebut. Wajahmu panik, takut William hilang atau diculik seseorang.
Di tempat yang sangat besar, terlebih lagi William adalah pengunjung asing. Bahaya bisa saja menimpanya jika ia hilang di tempat ramai.
"Haruskah aku melapornya kepada petugas keamanan?"Gumammu sembari berpikir keras.
"Tidak, lebih baik aku mencarinya sendiri. Akan memalukan jika namanya diumumkan di tempat seperti ini" Kamu bergidik ngeri, mengingat William belum terlalu mengenal tempat ini dengan jelas. Bisa saja ia tersesat kembali.
Dan kamu tidak ingin terjadi kejadian memalukan denganmu dan William, itu mengingatkan mu dengan kejadian konyol bersama temanmu ketika sedang berkunjung di sebuah perpustakaan.
"WILLIAM KAMU DIMANA SIALAN?" Berteriak frustasi, membuat dirimu menjadi pusat perhatian para pengunjung dikarenakan dirimu yang berteriak secara tiba-tiba.
"Bangsat, bisa-bisanya aku lengah" Kamu mengacak-acak suraimu frustasi.
Puk!
Merasakan pundakmu di tepuk oleh seseorang, kamu segera berbalik ke belakang dan terlihat seorang pegawai toko yang tengah tersenyum kepadamu sembari membawa sebuah kertas di tangannya.
"Nona! Toko kami sedang ada diskon, jika nona tertarik, maukah anda meng-"
Belum selesai berbicara, kamu segera mencengkeram pundak pegawai toko tersebut dengan erat. Membuatnya berteriak terkejut.
"Apakah kamu melihat seorang pria tinggi dengan surai pirang dan mata merah?" Karena tatapanmu yang terlihat kosong, membuat pegawai toko tersebut berteriak ketakutan.
"A-AH! PRIA YANG MEMPUNYAI SURAI PIRANG!? D-DIA TENGAH BERADA DI TOKO KAMI!"
Mendengar jawaban dari pegawai toko tersebut, kamu melonggarkan cengkaramanmu pada pundaknya. Membuatnya menghela nafas lega.
"Baiklah! Terimakasih atas infonya!" Tersenyum senang, tak lupa mengucapkan terimakasih. Dengan begitu kamu segera berlari menuju toko tersebut, tempat William berada. Tanpa memedulikan sang pegawai toko
"A-astaga yang tadi itu menakutkan sekali, aku ingin resign dari pekerjaanku" Ucapnya dengan nada gemetar, masih dalam keadaan terkejut karena kejadian yang baru saja ia alami.
JARI PANJANGNYA NAN LENTIK, meletakkan kembali buku tersebut ke raknya semula. Kini ia beralih ke buku yang lain untuk dibaca.
Beberapa menit ia habiskan di toko tersebut, dengan dirinya yang sibuk berkutat dengan buku yang tidak di segel.
William memutuskan untuk mengambil ujung pojokkan rak, tempat yang jarang dikunjungi para pengunjung. Ia ingin membaca buku tersebut dengan tenang tanpa gangguan para pengunjung.
Menurutnya, jika ingin membaca buku. Akan lebih baik di tempat yang sepi dan tenang, dan tanpa adanya keramaian dari orang lain yang membuat gangguan.
"Oh! Stargazy pie!" Iris merahnya kembali berbinar-binar, ketika ia tak sengaja melihat sebuah foto makanan kesukaannya dalam buku yang ia baca.
Melihat gambar tersebut, entah kenapa perutnya menjadi lapar. Oh betapa dirinya menginginkan untuk memakan kue tersebut.
Tapi dia teringat, dia sedang berada di tempat asing bukan? Adakah yang menjual kue tersebut? Dan terlebih lagi yang lebih gawat, memangnya dirinya mempunyai uang?.
Tentu saja tidak, jikapun William masih mempunyai uang. Jelas uangnya akan sangat berbeda di tempat ini, uang Pound segunungpun tidak akan berguna jika ia gunakan ditempat tersebut.
"Aku ingin stargazy pie" Gumamnya lesu, membayangkan kue tersebut berada tepat berada di depan matanya.
Ah, betapa lezatnya..
Langkah kaki seseorang membuatnya membuyarkan lamunannya. Ia menatap ke arah seseorang tersebut yang kini tengah menatapnya dengan tatapan garang, tepat berada di depan matanya.
"Kemana saja kau ini?" Tanyanya dengan nada tak bersahabat, membuatnya sedikit ketakutan.
"Uh, toko buku?" William menjawab dengan tidak yakin, takut membuat sang jelita yang berada di depannya naik darah karena jawabannya.
Sang jelita memukul pelan rak buku yang berada di depannya dengan sangat keras, sehingga menimbulkan suara dari rak tersebut.
Melihat hal tersebut, William ketakutan. Dirinya telah membuat gadis yang berada di depannya marah besar, dan kini ia sedang dipojokkan oleh sang gadis. Membuatnya merasa tertahan.
"Kau pikir kau kemana saja!? Tiba-tiba menghilang begitu saja selepas dari restoran!? Aku panik saat kamu hilang! Bagaimana jika kamu di manfaatkan oleh orang lain? Siapa yang susah? Aku yang susah!" Memarahi sang pemilik bersurai pirang yang kamu sedang kamu tahan, bagaikan seorang ibu yang tengah memarahi anaknya yang nakal.
Iris merah milik William melebar ketika mendengar perkataanmu, apakah gadis yang berada di depannya peduli dengannya?.
Sejauh yang ia tahu, gadis yang didepannya hanyalah seseorang yang bodoamatan dengan orang lain.
Menyeringai pelan, ia menatap dirimu dengan tatapan menggoda, "Nona, apakah kamu mengkhawatirkanku? Dan juga tidakkah kamu mengetahui bagaimana posisi kita saat ini?".
Ucapan William sukses membuat wajahmu menjadi merah padam. Karena perkataannya, kamu tersadar dengan apa yang kamu ucapakan kepadanya, dan juga posisimu saat ini. Yang terbilang tidak biasa.
"B-bukan begitu! Kalau kamu hilang aku bisa gawat tau! Aku bisa di caci maki karena telah membuat anak orang hilang! Aku juga bisa dighibahkan oleh tetangga dekat rumahku! Kau tidak tau betapa menyebalkannya mereka ketika sedang bergosip ria, terlebih lagi dengan informasi yang tidak jelas asal-usulnya!" Serumu sembari menunjuk ke arah William dengan gemetar dan wajah memerah karena malu.
Terkekeh pelan melihatnya pemandangan yang berada di depannya, ia menutupi mulutnya dengan buku yang berada di genggamannya. Agar tawanya tidak semakin menjadi-jadi akibat ulah sang jelita.
"Jangan tertawa itu tidak lucu!" Kamu mengguncang tubuh William, memintanya untuk berhenti tertawa.
Bukannya berhenti, William semakin tertawa karena tingkah lakumu ketika sedang berada dalam keadaan malu dan panik.
"Hentikan bajingan kamu sialan! Jangan membuat ku bertambah malu!"
Mendengar nada yang sedikit gemetar darimu, William segera menghentikan tawanya yang ia buat. Takut memperburuk keadaan.
Mengusap air matanya dengan pelan karena tertawa sedaritadi, William bangkit dari duduknya. Meletakkan buku yang berada di genggamnya ke raknya semula.
Ia berjalan menghampirimu, dan menepuk-nepuk pundakmu guna untuk menenangkanmu.
"Maaf, aku tadi hanya bercanda. Habisnya tadi kamu sangat lucu, tidak biasanya kau seperti ini" Ucapnya dengan nada main-main.
"Diamlah! Itu tidak lucu sama sekali! Aku benci kamu, orang asing!"
"Terimakasih atas pernyataannya"
Kamu segera berbalik memunggungi William, berjalan meninggalkannya sang surai pirang. Membuatnya menatapmu dengan tatapan kebingungan.
"Aku tidak mau tahu! Pokoknya kamu pulang sendiri! Aku tidak ingin bersamamu di dalam mobil!" Kamu berseru, membuat William membatu mendengar perkataanmu.
Apakah gadis ini mencoba untuk membunuhnya dengan cara yang lebih modern?.
"Nona, aku hanya bercanda-"
"Bodoamat aku gak peduli!" Kamu berseru sembari menunjuk William dengan kesal.
Melihat raut wajahmu yang cemberut, sang surai pirang tersenyum tipis melihatnya. Rupanya sang jelita ngambek karena dirinya.
β Astaga, wanita memang tidak bisa ditebak β
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top