π πππππ ; ππ
FUTURE ;
STRANGE PERSON
βΒ Dia bilang bahwa dia berasal dari abad ke 19!? Omong kosong! β
RINTIK-RINTIK HUJAN MEMBASAHI JALANAN KOTA, jalanan yang tadinya kering kini menjadi basah. Orang-orang mulai mencari tempat untuk berteduh dan juga membuka payung yang mereka bawa.
Seseorang gadis melangkahkan kakinya di trotoar dengan kesal, mendengus kesal membiarkan air hujan membasahi seluruh tubuhnya.
Hari ini sungguh sial, datang terlambat ke kampus karena alarm miliknya rusak, begitupun dengan gawainya yang belum ia charge saat malam kemarin membuatnya bangun kesiangan.
Tertinggal kereta, lalu dimarahi oleh dosen, tak sengaja terpleset di tangga kampus karena tidak melihat tanda peringatan bahwa lantai tersebut habis di bersihkan oleh petugas kebersihan kampus. Dirinya sungguh sial hari ini.
"Kuharap kejadian ini tidak terulang lagi, aku bersumpah" Gumamnya kesal sembari menghentak-hentakkan kakinya saat berjalan membuat semua orang memandangnya dengan tatapan heran.
Entah ia berjalan kearah mana membuatnya terbawa ke suatu tempat yang jauh yang dirinya ingin tujui. Mengalihkan perhatiannya ke sekitar. Oh, dirinya sedang berada di sebuah taman.
'Kenapa aku bisa berada di taman?'Batinnya keheranan menatap kearah sekitar, sebelum ia terkekeh canggung.
'Aku lupa tidak memerhatikan jalan pulang'
Tatapannya tak sengaja mengarah kepada sebuah pohon rindang yang terletak tidak jauh dari tempat dirinya berdiri. Ada seseorang yang sedang tertidur dibawah pohon tersebut.
Memicingkan matanya untuk melihat objek yang berada di depannya dengan jelas, memastikan bahwa apa yang dilihatnya seseorang atau hanyalah halusinasinya.
"Ada seseorang yang sedang tertidur di bawah pohon rindang.."
Berjalan mendekati pohon tersebut, menatap pemuda yang sedang tertidur di pohon rindang tersebut dengan tatapan penasaran.
Berjongkok di depannya, tangannya yang ramping mencolek pipinya untuk memastikan bahwa pemuda tersebut merespon apa yang ia lakukan atau tidak.
Lima menit berlalu ia lakukan berulang kali tapi tidak mendapati respon apapun, menghela nafas panjang melihatnya.
"Kurasa dia pingsan, mau tak mau aku harus membawanya pulang ke rumah, bisa-bisa aku dianggap biadab jika meninggalkannya disini sendirian.."
RASA HANGAT MENJALAR KE SELURUH TUBUHNYA, membuatnya sedikit mengerang ketika merasakan rasa hangat yang entah darimana asalnya.
Membuka matanya perlahan-lahan, menyesuaikan intensitas cahaya yang memasuki penglihatannya. Mengalihkan pandangannya ke arah sekitar, menyadari bahwa ia berada di sebuah ruangan yang tampak sangat asing baginya.
"Oh kamu sudah bangun, syukurlah kau tidak mati"
Mengalihkan perhatiannya ke asal suara tersebut, melihat seorang gadis yang tengah membawakan sebuah nampan yang berisi mangkuk sup dan segelas air putih.
"Aku...dimana?"Tanyanya dengan wajah kebingungan.
"Di rumahku, ah! Jangan langsung bangun! Kau baru saja sadar dari pingsan!" Sang jelita segera menghentikannya ketika ingin bangkit dari tempat tidur.
Mengarahkan sendok yang berisi sup ke pemuda tersebut, membuatnya menatap ke arah sang jelita dengan tatapan kebingungan.
"Makan sup ini, aku sudah membuatnya dengan susah payah, sayang jika supnya dingin"
Menerima sup yang diberikan oleh sang gadis, ia memakannya dengan perlahan-lahan, tak lupa juga mengucapkan 'terima kasih' karena sudah membuatnya sebuah sup.
"Ngomong-ngomong apa yang kau lakukan di bawah pohon beringin? Kau diusir dari rumah?"
Pertanyaan dari sang gadis membuatnya menghentikan kegiatan makannya, menatapnya wajah gadis tersebut dengan tatapan kebingungan.
"Aku? Dibawah pohon beringin?"
Kamu menganggukkan kepalamu mendengar ucapannya.
"Benar, kau seperti orang gila, tidur di bawah pohon beringin saat hujan. Apa kau ingin mati karena kedinginan?"
Sekali lagi mendengar perkataan yang kamu ucapakan, lelaki yang berada di depanmu menjadi lebih kebingungan.
"Maaf, sebelum menjawab pertanyaanmu. Bolehkah aku menanyakan tahun berapa ini? Rasanya sangat berbeda ketika aku bangun"
Kamu mengernyitkan keningmu mendengar pertanyaan dari lelaki tersebut, apakah dia bodoh? Atau kepalanya terbentur sesuatu yang keras, sehingga melupakan tahun berapa sekarang.
Orang yang bangun dari komapun masih dapat mengingat tahun berapa saat ia terbangun.
"Tentu saja tahun 20xx, jangan bilang kepalamu terbentur sesuatu?"
Kamu dapat melihat lelaki yang berada di depanmu menatap dirimu dengan tatapan terkejut ketika mendengar jawabanmu, tangannya gemetar dan hampir menjatuhkan sendok yang ia pegang sedari tadi.
"20xx? Tidak mungkin, bukankah seharusnya tahun 1880"
Kamu memandang lelaki yang berada di depan mu dengan tatapan jengkel, sebelum akhirnya tertawa, merasa bahwa lelaki yang di depanmu hanyalah mengatakan sebuah lelucon.
"Apa maksudmu? Tentu saja sekarang tahun 20xx, dan kamu sekarang berada di rumahku, Jakarta, Indonesia. Apakah kamu gila? Mana mungkin seseorang yang baru terbangun dari pingsannya mengaku bahwa dia berasal dari abad 19" Ucapmu sambil tertawa, membuat lelaki tersebut mengernyitkan keningnya.
Melihat ekspresi dari lelaki tersebut, kamu lantas menghentikan tawamu, raut wajahnya terlihat sangat kebingungan. Membuat dirimu ragu kalau dia sedang membuat sebuah lelucon.
"Memangnya kamu berasal darimana?"
Hawa ruangan kamarmu seketika menjadi sangat berat, kakimu mulai bergetar begitupun dengan detak jantung mu yang berdetak dengan cepat. Kamu menatap lelaki yang berada di depanmu dengan tatapan was-was, menunggunya untuk berbicara.
β Saya berasal dari London, 1880. Nona β
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top