𝐅𝐔𝐓𝐔𝐑𝐄 ; 𝐈

FUTURE ;
STRANGE OBJECT

❛ Beberapa orang percaya bahwa hal yang diluar nalar bisa terjadi kapan saja ❜

WARNA MERAH KEEMASAN MENGHIASI LANGIT KOTA DURHAM, waktu pulang dari jam kerja dan pendidikan sudah selesai. Jalanan tampak ramai, banyak orang dan kereta kuda berlalu lalang.

Seseorang pria dengan anggunnya berjalan di pinggiran jalan, dengan tongkat yang senantiasa berada di genggaman tangannya. Menyapa penduduk setempat dengan ramah.

Pekerjaan utamanya menjadi seorang dosen sudah selesai di Universitas Durham, tempat dirinya mengajar.

Bruk!

Seseorang tak sengaja menabrak bahunya, membuatnya menjatuhkan tongkatnya. Ia menghadap kebelakang untuk melihat seseorang yang menabraknya.

Seseorang yang mengenakan sebuah tudung berwarna indigo, terduduk jatuh. Pria tersebut berjongkok untuk memeriksa keadaannya.

"Maaf, apa kau tidak apa-apa?"

Pertanyaannya dihiraukan, dia segera bangkit dari duduknya dan berlari meninggalkan dosen tersebut yang masih menatap terkejut ke arahnya.

Mengerutkan keningnya kebingungan, menghela nafas panjang berusaha untuk berfikir positif jika orang tersebut memiliki sifat pemalu, sehingga tak mampu untuk menjawab pertanyaannya.

Mengambil tongkatnya yang terjatuh tak jauh dari tempatnya, tatapannya tak sengaja mengarah ke sebuah benda berbentuk persegi panjang.

Benda tersebut terasa sangat asing baginya, ia mengambil benda berbentuk persegi panjang tersebut untuk memeriksakan.

Dari fitur benda tersebut terlihat sangat asing, dirinya berniat untuk mengembalikan benda tersebut kepada pemiliknya.

Memasukkan benda tersebut kedalam kantung bajunya, dengan cepat kembali berjalan menuju ke mansionnya.

Saudaranya pasti sangat mengkhawatirkannya jika ia tidak cepat kembali ke mansion.

SI BUNGSU MENATAP JENDELA RUANG TAMU MANSION DENGAN TATAPAN KHAWATIR, menunggu sang kakak pulang, sesekali ia menghela nafas panjang karena sang kakak tak kunjung pulang.

"Aku pulang"

Mendengar suara yang ia kenali, sang kakak sudah kembali ke mansion, kini ia sedang melepas blazernya untuk menaruhnya di tempat gantungan baju.

"Kakak, kamu sudah kembali" Si bungsu berjalan menghampirinya, membantu sang kakak menaruh blazernya ke tempat gantungan baju.

"Maaf Louis aku terlambat, tadi ada sedikit masalah di jalan" Sang kakak meminta maaf kepada adiknya, karena telah membuatnya khawatir.

"Tidak apa-apa, dan ngomong-ngomong benda apa itu yang kakak pegang?" Menatap penasaran ke arah benda berbentuk persegi panjang yang berada dalam genggaman sang kakak.

"Ah benda ini, ini milik seseorang yang tidak sengaja menabrakku saat pulang, aku akan mengembalikannya jika bertemunya lagi"

Sang adik menganggukkan kepalanya mengerti, sebelum ia pamit ke dapur untuk membawakannya sebuah teh.

"William, rupanya kau sudah kembali"

William mengarahkan pandangannya ke pintu ruang tamu, melihat kakak tertuanya yang tengah berdiri di depan.

Tersenyum sembari menganggukkan kepalanya, sang kakak tertua, Albert berjalan masuk ke ruang tamu, duduk di sofa bersama dengan William.

Tak berselang lama, Louis datang dengan sebuah nampan yang berisi teh. Ia menaruhnya di meja, lalu menghidang teh tersebut kepada kakaknya.

"Bagaimana dengan rencana kita untuk hari itu?"Tanya Albert penasaran akan rencana yang William buat untuk memberantas bangsawan bengis yang membuat ulah dengan rakyat biasa.

"Rencananya akan kita lanjutkan di hari itu, tapi untuk sekarang aku ingin kembali ke kamar untuk beristirahat, rapatnya akan kita tunda"

William bangkit dari duduknya, berjalan ke luar ruang tamu menuju ke kamarnya. Menyisakan Louis dan Albert di ruang tamu yang memandangnya heran.

"Jangan khawatir Louis, mungkin saja dia kelelahan karena pekerjaannya sebagai dosen" Albert tersenyum berusaha menenangkan sang adik.

MEREBAHKAN TUBUHNYA DI KASUR YANG EMPUK, menatap langit-langit kamar dengan tatapan menerawang. Dirinya masih penasaran dengan benda berbentuk persegi panjang tersebut.

Mengambil benda tersebut yang tak jauh terletak di meja di samping kasurnya, ia melihat benda tersebut dengan tatapan menyelidik.

'Benda apa ini?' Batinnya kebingungan.

Meraba-raba benda tersebut berusaha untuk menemukan sebuah petunjuk tentang benda tersebut, sampai ia merasakan sebuah sesuatu yang menonjol yang terletak di kanan kiri benda tersebut.

Ada sebuah tombol yang terletak di samping kanan dan kiri di benda berbentuk persegi panjang tersebut. Yang di sebelah kiri terdapat dua tombol, dan disebuah kanan terdapat satu tombol saja.

Mencoba menekan tombol yang pertama yang terletak di sebuah kiri, tidak menghasilkan apapun pada benda tersebut.

Kembali mencoba menekan tombol yang kedua, masih di tempat yang sama. Tapi tetap tidak menghasilkan apapun.

Kali ini ia mencoba untuk menekannya dengan sedikit lebih kuat agar menghasilkan efek pada benda tersebut, tapi nihil tidak terjadi apapun.

Menghela nafasnya panjang, ketika melihat tidak ada reaksi apapun dengan benda yang ia pegang saat ini. Kini beralih untuk memencet tombol yang terletak di sebelah kanan.

Kali ini ia menekannya dengan sedikit kencang, sampai benda tersebut bergetar membuatnya terlonjak kaget.

Mengubah posisinya menjadi duduk, memerhatikan benda tersebut dengan seksama. Melihat benda tersebut mengeluarkan sebuah gambar dengan logo yang sepertinya perusahaan dari benda tersebut.

Hingga akhirnya logo tersebut menghilang dan digantikan dengan cahaya yang sangat terang membuatnya harus menutup matanya, melindungi matanya dari cahaya yang di keluarkan dari benda tersebut.

❛ William James Moriarty, akan ku kabulkan permintaanmu untuk merasakan hidup di dunia yang kamu idealkan ❜


BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top