:: Naif, Polos dan Ceroboh

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

"Cih, ada Ishigami rupanya."

Oh, aku kenal betul dengan suara bernada kesal dan jengkel ini. Yah, aku mendengarnya hampir setiap hari, jadi aku sudah tahu betul siapa pemilik suara ini.

Iino Miko― Ketua Komite Kedisplinan sekaligus audit OSIS Akademi Shuucin. Siswi yang seangkatan denganku. Walau tubuhnya pendek dan cenderung kecil, kuakui ia cukup pandai hingga meraih peringkat pertama di angkatan kami setiap ujian akhir semester.

Walau pintar dalam mata pelajaran, ia masih cenderung polos dan lugu dalam beberapa hal. Pemikirannya masih mirip dengan anak kecil yang mengidolakan pangeran dalam buku dongeng. Naif sekali, bukan?

Iino termasuk orang yang baik menurut sudut pandangku. Yah, walau perlakuannya padaku terkadang membuat sebal.

Sayang sekali, sisi baik dari gadis ini tidak terlalu dilirik akibat dirinya yang terlalu mengatur orang lain. Mulai dari menyita aksesoris, komik, nitendo switch hingga mengacaukan momen pasangan yang sedang pacaran.

Untuk yang terakhir, aku merasa setuju dengan tindakannya.

Pasangan yang bermesraan di sekolah sangat tidak menghargai perasaan para jomblo, mereka memang lebih baik dipisahkan saja. Ah, akan lebih baik lagi jika mereka dimusnahkan dari muka bumi. Mereka sepantasnya menghilang dari semesta!

Yah, intinya, kebanyakan orang lebih senang menganggapnya sebagai pribadi yang menyebalkan akibat tindakannya tersebut, terutama sikapnya yang suka mengatur-ngatur orang lain.

Jika dianalisis, menurutku, hal yang mendasari perbuatannya itu adalah karena ambisinya untuk menciptakan lingkungan yang disiplin dan taat akan hukum.

Dia masih sangat naif. Hal itu tak akan berubah dengan mudah di lingkungan masyarakat yang sudah terbiasa menyuap dan melakukan hal kotor, kau tahu?

Sudahlah. Memberi tahu hal ini pada orang bebal dan maniak hukum sepertinya sama sekali tak ada gunanya. Lebih baik, aku diam saja. Seiring waktu berjalan, dia pasti akan tahu dengan sendirinya.

Yang sebaiknya kulakukan adalah bersikap seperti biasa. Ya, seperti biasa.

"Kenapa kau berekspresi seperti itu?" tanyaku tanpa memalingkan pandangan dari layar game controller yang tengah kumainkan.

Dengkusan kesal dapat kudengar, disusul dengan suara langkah kaki dan suara sofa yang tengah diduduki. Dari arah suaranya, aku tahu kalau gadis pendek itu sedang duduk di sofa yang ada di seberang meja.

"Kau merusak pemandangan."

Seperti itulah apa yang dikatannya kepadaku di setiap pertemuan kami. Jika bukan sarkas, ya biasanya kritik pedas terhadapku.

Aku sudah terbiasa terhadap hal ini. Jadi, kalimat seperti itu ibarat gigitan semut bagiku. Sama sekali tidak menyakitkan maupun memberikan efek.

"Kenapa kau tidak pergi dari sini saja kalau begitu?"

"Aku yang seharusnya bilang begitu!" Ia menyalak dengan suara kesal. "Ah, sudahlah! Lebih baik aku belajar saja."

Aku berdeham sekenanya, tidak terlalu peduli dengan apa yang dilakukannya. "Ya, ya, silahkan. Aku tidak akan mengganggumu, jadi kau tidak perlu khawatir, Nona Ketua Komite Kedisiplinan."

"Mendengarnya dari orang lain terdengar menyebalkan. Tapi mendengarnya terucap dari mulutmu terasa seratus kali terdengar lebih menyebalkan. Sebaiknya kau diam saja."

Kalimat pedas lainnya terucap. Iino sering mengutarakan kritik pedas terhadap diriku hingga terkadang membuatku heran dan bertanya-tanya, 'Apakah aku seburuk itu di matanya?'

Aku pikir, ia menganggapku sebagai orang berkepribadian buruk karena fitnah yang menjatuhkan citraku saat SMP dulu. Namun, sepertinya tidak. Sekali pun ia tak pernah mengkritikku sembari membawa-bawa perkara tersebut.

Aku sadar bahwa tindakanku yang malas-malasan dan sering melanggar peraturan sekolah merupakan hal yang amat mengusik dirinya sebagai seorang Ketua Komite Kedisiplinan. Namun, bukankah orang lain juga melakukannya?

Tetapi, mengapa hanya aku yang diperlakukan berbeda? Tetap menerima kritik dan cemoohan walau aku tak melakukan apa pun.

Yah, dipikirkan sebanyak apa pun, aku tak akan mendapatkan jawaban. Jikalau bertanya pun percuma, dia pasti akan menanggapi dengan hinaan lainnya.

Pada akhirnya, aku berpikir bahwa Iino hanyalah seorang remaja dengan pandangan yang masih memandang dunia dengan warna hitam dan putih layaknya anak-anak. Juga seorang gadis polos yang mudah luluh dan menurut hanya karena mendapat sedikit pujian tanpa memikirkan tujuan di balik kata-kata manis tersebut.

Dia benar-benar mirip seperti anak yang langsung mengangguk dan mengatakan, 'Aku akan melakukan apa pun untukmu' hanya karena diberi sebungkus permen karamel.

Gadis itu benar-benar tidak boleh dibiarkan pergi ke mana-mana sendiri. Dan tampaknya, Osaragi pun menyadari hal tersebut. Aku sering melihatnya menemani Iino ke mana pun gadis bersurai cokelat tersebut pergi.

Hal tersebut sedikit melegakan. Setidaknya, hal yang buruk tak akan terjadi pada Iino selama Osaragi bersamanya.

Orang sudah sepantasnya mendapat perlakuan yang sesuai dengan apa yang mereka perbuat, entah itu dalam hal kebaikan maupun keburukan― itu adalah prinsip yang kuanut.

Dan Iino termasuk dalam golongan orang-orang yang pantas mendapatkan perlakuan yang lebih baik dan pantas, setidaknya menurut pandanganku.

Suara lain menyusup ke dalam runguku. Spontan, mataku melirik sekilas ke asal dari suara tersebut dan mendapati Iino tengah memasang earphone ke telinganya.

Entah mengapa, situasi ini membuatku deja vu.

"Iino, jangan lupa pastikan kabel earphone-mu sudah tersambung atau belum," saranku mengingatkan.

Iino hanya mendengkus kesal. "Aku mengeceknya karena aku tak ingin mempermalukan diriku lagi."

Gumaman pelannya tertangkap oleh telingaku. Aku lantas meliriknya kembali, menemukan bahwa ia melakukan seperti yang kuucap sambil terus bergumam kesal.

Aku mengangkat kedua bahu dan memilih untuk terus bermain game, sesekali mengambil keripik kentang dari bungkus yang telah kubuka sebelumnya sebagai pengisi mulut.

Oh iya, satu hal lagi.

Iino adalah orang yang cukup ceroboh. Ingatan di mana aku dan para anggota OSIS mendengar audio penenang yang didengarnya masih segar di kepalaku seakan-akan hal tersebut baru terjadi kemarin.

Suara guratan pensil yang bergesekan dengan kertas terdengar, diiringi dengan suara detik jam dinding di ruangan sebagai latar belakang. Hanya kedua suara itu yang tertangkap oleh rungu― yah, selain dari BGM dan sound effects dari game yang sedang kumainkan.

Bagus. Setidaknya, tidak akan ada kejadian memalukan yang akan terjadi seperti waktu itu.

**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚ ˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

To be continued

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top