Prolog: Titik Balik

"Kameranya udah nyala."

"Oke, bisa kumulai?"

.

[Klik]

.

"Selamat malam, pemirsa. Kembali lagi bersama saya, Anastasya dari saluran televisi Global. Melaporkan dari kawasan luar stadion Meraki, bersama salah seorang penggemar. Siapa nama Anda?"

"Hima Putri."

"Baik Mbak Hima, bagaimana perasaan Anda setelah menerima kabar yang begitu mendadak ini?"

"Sangat kecewa, sedih, cemas .... Saya rugi banyak, Mbak―uang dan tenaga, juga perasaan. Saya bertengkar dengan ibu dan ayah demi bisa dateng ke konser ini, tapi―ya Tuhan―pokoknya ... apa yang terjadi padanya saat ini lebih penting. Saya harap dia baik-baik aja. Saya udah lama jadi penggemar dia ... sejak dia masih umur remaja sampai sekarang. Waktu dapat kabar ini saya bener-bener kaget. Apa pun yang terjadi, saya bakal tetap dukung dia!"

"Bagaimana dengan Anda? Dengan Mbak siapa?"

"Nama saya Nia. Saya dateng ke sini jauh-jauh demi bisa menghadiri konser. Dapet izin orang tua juga sulitnya minta ampun. Tapi setelah sampai sini, pihak acara malah membatalkan begitu aja. Apa mau mereka, sih? Saya enggak percaya sama berita yang ditayangkan sampai agensinya memberitahu sendiri apa yang terjadi. Bisa jadi ini cuma prank aja, kan? Pokoknya saya mau uang saya kembali!"

"Saya rasa ini membuat semua orang marah. Mereka murka banget―saya dengar teriakan dan tangisan di mana-mana―berisik sekali, seperti sedang ada di meja debat. Apa yang sebenarnya terjadi? Apa kabar kecelakaan itu benar?"

.

[Klik]

.

"Gue ... Gue rindu sama lo ... kalau lo lihat ini, gue mohon lo ... enggak boleh nyerah! Apa pun yang terjadi, gue bakal terus ngedukung lo. Pokoknya lo harus baik-baik aja!"

"Agensi dan tim acaranya bego kali, ya? Sampai kapan kita disuruh nunggu luntang-luntung begini?"

"Ya pokoknya saya mau ganti rugi dari pihak agensi atas semua kerugian ini!"

.

[Klik]

.

"Sekali lagi, pemirsa, kabar menyedihkan ini muncul tepat pada malam konser terakhir dilaksanakan. Ada banyak sekali penggemar yang sampai detik ini belum meninggalkan lokasi―"

.

[Klik]

.

"Kalian semua lihat sendiri kejadiannya, enggak?"

"Ya, ya, gue lihat sendiri. Mobil yang tadi kayaknya enggak lihat kalau ada truk di depannya. Dia belok tajem banget... kayak lagi kehilangan kendali. Terus di belakangnya ada bus yang enggak tahu apa yang terjadi. Kecepatannya juga sama-sama tinggi, terus... terus..."

"Mobilnya jungkir balik di udara, njir!"

"Asli! Kita semua yang ada di warung kopi langsung denger suara kenceng banget kayak bom. Kita sempet lihat mobil dan busnya jatuh guling ke jurang ... lo ngerasain juga, kan? Kayak ada gempa. Gue kira meteor jatuh. Kuat banget getarannya!"

"Gue baru pertama kali lihat kecelakaan secara live gini."

"Siapa yang selamat dari kecelakaannya?"

"Ah, kayaknya enggak ada, tapi katanya―"

"Gue enggak bakal terkejut kalau misal televisi memberitakan enggak ada korban selamat dalam kecelakan itu. I mean, who in the hell would even survive in that fucking accident?"

"Menurut gue, ini semua salah mobil yang tiba-tiba belok, iya, kan? Goblok emang yang nyetir. Gue yakin sih pasti sopirnya lagi teler!"

"Enggak mungkin!"

"Enggak mungkin gimana?Apa gara-gara lo pikir yang nyetir artis, makanya lo yakin dia enggak mabok? Woy, artis zaman sekarang justru patut dicurigai masalah beginian. Udah berapa banyak artis yang ketangkap basah pakai narkoba dan bikin masalah di luar sana? Dia pasti salah satunya!"

.

[Klik]

.

"Pak, tolong katakan sedikit saja―"

"Kami menyerahkan semua laporan pada pihak rumah sakit, tolong mengerti, ya."

"Jumlah korban, Pak. Berapa jumlah korban yang tercatat dalam kecelakaan?"

"Saya tidak akan berkomentar apa pun saat ini."

"Apakah anak-anak yang ada di dalamnya selamat?"

"Bukan kuasa saya menjelaskannya."

"Bagaimana dengan artis yang ada di dalam mobil itu? Bagaimana keadaannya sekarang?"

"Maaf, minggir sebentar, saya mau lewat―astaga!"

"Pak, satu lagi pertanyaan, apa kira-kira yang menjadi penyebab kecelakaan itu?"

"Tolong singkirkan tanganmu!"

"Pak?"

"Pak, saya mohon, satu lagi pertanyaan!"

.

[Klik]

.

"... adalah seorang penyanyi dan aktor layar lebar, Ihatra Kama, yang telah dikonfirmasi sebagai terduga pelaku dalam kecelakaan antara sebuah mobil dengan bus pariwisata taman kanak-kanak―"

"... membawa penumpang sejumlah empat puluh siswa dan lima orang guru, beserta satu orang supir ... tiga puluh enam korban tewas dan sisanya terluka parah."

"Polisi masih mengusut apa yang sebenarnya terjadi dalam kecelakaan...."

"Minuman keras dan sejumlah obat-obatan terlarang ditemukan di dalam mobil...."

" ... pihak keluarga yang bersangkutan―"

.

[Klik]

.

"Anakku, anakku .... Ya Tuhan, dia masih enam tahun, Gimana mungkin ...."

"Ini bukan hanya soal ganti rugi uang! Ini masalah pertanggungjawaban moral!"

"Mereka semua tidak berdosa! Bagaimana mungkin harus mengalami hal buruk seperti ini?

.

[Klik]

.

"Sementara itu, pemirsa, terjadi cekcok antara keluarga korban yang menuntut kepada pihak agensi mengenai ganti rugi―"

.

[Klik]

.

"Saya benar-benar merasa dikecewakan sebab sampai saat ini Freya Entertainment belum memberikan klarifikasi apa pun tentang pembebasan minuman keras kepada artis ...."

"Tapi Anda tahu ini membahayakan kesehatan mereka―"

"Benar, sangat tidak mungkin kalau pemberlakuan larangan itu tidak ada. Semua agensi melakukannya. Jadi, ini mungkin bukan sepenuhnya kesalahan agensi, Anda tahu―"

"Jangan mengada-ada!"

"Kami memberikan tanggung jawab penuh seorang artis kepada manajernya, yang telah terikat kontrak berlapis dari agensi. Pelanggaran kontrak yang terjadi bukan merupakan kesalahan agensi. Ini murni kesalahan dari pembuat onarnya sendiri!"

"Bapak, Anda tidak perlu membahas soal itu, kepolisian belum memberikan bukti ...."

"Tapi manajernya sudah bertindak bodoh dengan membiarkan artisnya sendiri menyetir ketika mabuk!"

"Tunggu, Pak. Dari mana Anda tahu artis kami mabuk pada saat mengendarai mobil? Tidak ada tes yang membuktikan―"

"Oh, ada lebih banyak bukti dari yang Anda duga, Pak."

"Tapi―"

"Ini murni kesalahan Ihatra Kama!"

.

[Klik]

.

"Selamat datang di acara Good Morning. Kali ini kami mengundang beberapa teman artis dan pengamat hukum untuk memberikan tanggapannya mengenai kasus yang menimpa aktor sekaligus penyanyi papan atas, Ihatra Kama."

"Krisis moral, sepertinya ... anak muda zaman sekarang...."

"Dia terlalu angkuh untuk menjadi seorang public figure. Konsep itu, gaya itu, cara berbicaranya, semua kebaikan yang selama ini diliput oleh media tampaknya cuma kepalsuan yang disematkan buat menaikkan namanya, iya kan?"

"Saya setuju! Skandal berkencan yang bulan lalu sempat beredar tidak cukup menaikkan pamornya, makanya dia mulai beraksi liar dan malah terjebak pada kasus seperti ini."

"Terlibat kekerasan pula, kan? Lihat saja gayanya yang sombong itu. Terkadang saya heran, kenapa orang-orang seperti dia tidak mati saja dalam kecelakaan?"

"Lebih baik membusuk saja di neraka!"

"Aku harap dia dipenjara saja selama-lamanya."

"Dasar berengsek tidak berguna, pembunuh sialan!"

"Dia menghabisi lebih dari tiga puluh nyawa anak-anak tak berdosa, kejahatan apa lagi yang lebih buruk dari itu?"

"Ihatra Kama."

"Benar, dia seorang pendosa."

"Aku penasaran ke mana dia sembunyi dari kekacauan ini."

.

[Klik]

.

-oOo-

Catatan Penulis

Halo, kawan. Aku mau tes gelombang dulu. Pada suka enggak sama cerita ini?

Ini prolognya doang ya yang modelnya kayak gini. Bab selanjutnya bakal tampil seperti paragraf biasa, kemungkinan 1500-2000 kata per babnya 😃

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top