56. Amukan Kakak Perempuan
BARU tiga hari foto Shaka diunggah di media sosialnya, ribuan komentar sudah memenuhi akun instagram Tasya. Bahkan banyak akun gosip populer yang ikut me-repost dan menanggapi gebrakan tersebut. Ini pertanda bagus, Tasya meyakinkan dirinya berkali-kali. Seraya menggulir layar dan membaca komentar-komentar bernada terkejut serta teori-teori ngawur para netizen, Tasya menyimpulkan bahwa aksinya sukses membuat semua orang melupakan Ihatra Kama.
Sekarang, orang-orang fokus pada sosok asing yang menjadi objek foto. Tasya yakin betul tidak ada yang bisa menebak identitas Shaka, sebab dia sudah memperhitungkan segalanya sebelum mengambil foto tersebut. Hanya menampilkan punggung dan rambut bagian belakang saja. Tidak ada hiasan kamar, foto dinding, logo suatu merek, pakaian seragam, refleksi cermin, ataupun informasi tentang siapa dan di mana sosok itu tinggal. Tasya meringis bangga pada aksi solutif ini. Sambil bersiul senang, dia menaruh ponsel di pinggir bak mandi yang kering, kemudian kembali merosot ke dalam air susu yang telah disiapkannya untuk berendam.
Sekitar lima belas menit kemudian, hanya dibalut handuk piyama, Tasya keluar dari kamar mandi. Dia baru saja hendak membuka pintu kamar ketika tiba-tiba seseorang menyentak pundaknya cukup kasar. Tasya berbalik dengan jengkel; "Apa, sih?"
Pandangannya bersirobok dengan Tsabita, yang kini memasang raut panik bercampur berang. Napasnya masih ngos-ngosan, seolah baru saja lari dari suatu tempat.
Tasya berusaha menunjukkan raut lugu. "Kenapa sih, Kak? Mau pakai kamar mandi?"
"Kenapa kamu posting foto Shaka sambil pakai caption ambigu kayak gitu?"
Gawat, ketahuan. Dia belum memikirkan alasan pembelaan sampai sejauh ini.
"Foto yang mana sih, Kak?"
"Enggak usah pura-pura. Saya sudah tahu apa yang kamu lakukan dari sejak datang ke toko saya beberapa hari lalu. Awalnya kamu post makrame yang dijual di Toko Sanuraga, terus sekarang kamu foto Shaka tanpa izin sambil dikasih caption aneh. Maumu apa, Tasya?"
Tasya yang kelabakan kini tidak memiliki alasan untuk mengelak. Gadis itu jelalatan ke seluruh penjuru ruangan sebelum menarik Tsabita ke kamarnya. Pintu ditutup sampai berdebam. Suaranya yang semula bernada polos dan ringan kini berubah penuh permohonan. "Kak, aku bisa jelasin semuanya."
"Kalau gitu cepet."
Kemudian Tasya terpaksa menjelaskan semua hal tanpa ada yang ditutup-tutupi. Toh tidak ada gunanya juga berbohong kepada Tsabita, sebab dia memang tidak menyimpan niat buruk saat memosting foto Shaka tanpa izin. Sejak awal tujuannya hanyalah mengalihkan rumor mengenai Ihatra Kama dan dirinya, yang menurut Tasya merupakan bentuk dari kepeduliannya yang murni terhadap pria itu. Akan tetapi, kendati sudah memamerkan hati malaikatnya di hadapan Tsabita, Tasya tetap tidak mendapat apresiasi baik atas keputusannya.
Tsabita justru marah besar; "Jadi kamu pura-pura pacaran dan posting foto Shaka di IG buat ngalihin gosip? Terus gimana nanti kalau orang-orang tahu siapa Shaka? Emang kamu enggak mikirin nasibnya kedepannya? Dia cuma anak SMA yang enggak tahu apa-apa!"
"Kak, be calm. Aku udah memperhitungkan semuanya. Enggak bakalan ada yang tahu."
"Walaupun enggak ada yang tahu, kamu pikir ini cara yang benar buat membereskan masalahmu? Kamu foto adikku tanpa izin!"
Tasya memutar bola mata seolah muak. "Iya deh gampang, nanti kalau Shaka datang, aku bakal minta izin."
"Ya enggak bisa semudah itu, Tas. Gimana kalau Shaka baca komentar-komentar aneh yang ngomentarin tentang fotonya? Gimana kalau diaโ" Tsabita sudah tidak bisa menahannya lagi. Kakinya menjejak lantai karena kesal melihat raut wajah Tasya yang sama sekali tidak merasa bersalah. Akhirnya dia berteriak murka; "GIMANA KALAU DIA DAPAT HUJATAN DAN DIKATAIN DI MANA-MANA KAYAK MAS IYAT?"
Bentakan itu membuat Tasya terkejut, sebab sebelumnya dia tidak pernah menduga wanita sesabar dan selembut Tsabita bisa tantrum juga.
"Kak, maksudku...."
"Waktu kamu masih sama Mas Iyat, kalian juga kena skandal, kan? Dan siapa yang waktu itu jadi bulan-bulanan netizen? Mas Iyat! Kamu mau ngulang masa itu lagi sama Shaka?"
"Uh, enggak gitu, Kak ...."
Mendadak, ada rasa tidak enak yang menyelubungi hati Tasya. Terus terang saja, dia memang belum memikirkan konsekuensi atas perbuatannya sampai sejauh itu. Dan melihat Tsabita mengkhawatirkan saudaranya sampai seperti ini membuat posisinya seolah semakin tersudutkan. Akhirnya Tasya sedikit mengalah dan menjawab lebih sungkan, "Ka-kayaknya orang-orang enggak bakalan sampai menghujat sih, Kak. Tapi kalau ada beneran, nanti aku pasti langsung klarif dan, ohโnanti malam fotonya bakalan aku take down, kok! Kakak tenang aja. Aku cuma pinjam foto Shaka bentaran doang, ya?"
"Udah terlambat, Tasya. Semuanya pasti udah terlambat...."
"Oke, oke, aku take down sekarang, deh." Diselingi perasaan terpaksa, Tasya menggeser-geser layar ponsel untuk menghapus foto Shaka. Kendati, jauh dalam hati, dia sadar tindakan ini sia-sia. Beritanya memang sudah menyebar ke mana-mana, dan itu menguntungkan baginya. Tasya pikir Tsabita hanya terlalu berlebihan dalam menanggapi, padahal ini hal biasa dalam dunia hiburan.
"Sudah dihapus. Nih," Tasya menunjukkan layar ponselnya ke Tsabita. "Sorry, ya Kak. I know this pissed you off, tapi ini semua demi kebaikan Kak Iyat. Kalau aku enggak posting berita lain buat mengalihkan isu, orang-orang bakal merumorkan kami berdua lagi. Nanti ujung-ujungnya yang kena getahnya Kak Iyat. Sebagai teman, Kakak enggak mau kan kalau Kak Iyat sakit lagi?"
Tsabita semakin muak mendengar pembelaan Tasya yang tidak habis-habis. Kedua tangannya terkepal erat menahan dorongan untuk menampar gadis muda ini; "Kalau semua itu demi kebaikan Mas Iyat, harusnya kamu ngomong ke media tentang apa yang sebetulnya terjadi di skandal kalian, bukan malah nyeret orang lain untuk nutupin isu yang kamu buat sendiri!"
Tasya langsung terdiam. Perasaannya tersinggung telak.
Tsabita mendengkus meremehkan. "Kamu enggak berani kan ngelakuin itu? Kamu takut kan orang-orang hujat kamu?"
"Kak? It's not just about the insults! Kalau aku bilang yang sebenarnya, karierku hancur!"
"Lucu. Jadi kamu pikir kalau karier Mas Iyat hancur, itu enggak papa?"
Tasya semakin geram. Amarahnya terkelupas lagi. Perdebatan ini hanya membuat dirinya tampak seperti penjahat, padahal ada alasan menyedihkan yang melatarbelakangi keputusannya. Tsabita mana tahu soal itu? Dia hanya perempuan asing yang tiba-tiba datang untuk membela Ihatra Kama dan tidak peduli pada cerita aslinya. Mengapa sampai seperti itu? Oh, pasti karena perempuan ini sudah tergoda dengan Ihatra. Dia merasa dirinya spesial hanya karena mengenal Ihatra.
Fakta itu membuat Tasya meledak.
Namun, dia bersumpah hal berikutnya yang dilakukannya bukan datang dari kejernihan pikirannya. Gadis itu mendorong Tsabita sampai tersungkur jatuh ke lantai.
Tasya menatap raut terkejut Tsabita dan tersadar dengan apa yang baru saja dia lakukan. Kendati merasa bersalah, tiada kata maaf atau tindakan pertolongan yang diberikan. Saking terlalu panik, gadis itu malah menjeblak pintu kamarnya dengan keras dan kabur ke pekarangan belakang.
Tsabita menatap kepergian Tasya dengan raut kecewa luar biasa.
-oOo-
Ihatra sudah menghabiskan tiga puluh menit perjalanan jalan kaki ke toko Sanuraga sambil membawa-bawa bingkisan bunga dan boneka kayu yang dipahatnya sendiri, tetapi usahanya harus sia-sia sebab toko itu tutup lebih awal.
Belom jam tiga. Kenapa cepet banget tutupnya? Rasa penasaran membuat Ihatra agak gelisah. Pria itu menangkup kedua tangan di kaca jendela yang tidak tertutup kerai dan mengintip dari luar, menebak-nebak ke mana gerangan penghuninya. Jangan-jangan Tsabita lagi sakit? Terkejut dengan asumsi itu, Ihatra buru-buru membuka ponsel yang masih dalam mode silence. Sejak kemarin dia memang sibuk memahat boneka kayu sampai tidak ingin mendapat gangguan notifikasi dari ponsel.
Jemarinya menggulir layar yang menunjukkan pesan-pesan dan panggilan tidak terjawab dari Jayden.
Jayden
Yat lo di mana sekarang
Jayden
Angkat telepon gue
Mau ngomong penting
Jayden
Yat!
Bales!
Selain itu, masih ada empat panggilan tidak terjawab dari Jayden. Ihatra sudah ingin menghubungi sahabatnya, akan tetapi perhatiannya teralihkan sejenak oleh pesan Tsabita.
Tsabita
Mas jangan ke toko dulu
Lagi rame banget
Tsabita
Mas telepon kok nggak diangkat?
Jangan ke toko dulu pokoknya
Nanti paniknya Mas kambuh
lihat orang sebanyak ini
Ah, sekarang dia paham kenapa tokonya tutup. Barangkali barang-barang di dalam ludes terjual sehingga Tsabita memutuskan pulang lebih awal. Bibirnya nyengir mendapat perhatian hangat dari wanita yang ditaksirnya, sehingga tanpa sadar melupakan pesan-pesan Jayden. Karena kekhawatirannya telah terbayar, akhirnya Ihatra memutuskan kembali. Dia baru saja berbalik ke rute pulang ketika tiba-tiba melihat gerombolan wisatawan menghampiri toko.
"Yah, tokonya nutup!"
"Kok bisa, sih? Di g-map tutupnya jam lima loh!"
"Ih, ke mana dong kita?"
Suara-suara keluhan itu terdengar keras dan begitu dekat. Ihatra menekan topinya ke bawah lalu hendak kabur. Sayangnya, di perjalanan, bahunya malah tersenggol seorang wisatawan yang baru tiba dari sisi jalan lainnya. Benturan itu membuat Ihatra jatuh tersungkur ke pasir hingga topinya terlepas, dan semua barang bawaannya jatuh menggelinding.
"Ups, sorry!" Wisatawan perempuan itu langsung membungkuk untuk meminta maaf. Mulanya mengira Ihatra adalah bule sebab tubuhnya lebih jangkung dari orang-orang di sekitar dan kulitnya terang pucat, akan tetapi ketika memperhatikan wajah Ihatra yang tersingkap, wisatawan itu tercenung.
"Loh, kamu kanโ"
Kata-katanya tidak sempat selesai sebab Ihatra menyambar semua barang bawaannya lalu buru-buru kabur. Setelah cukup jauh, dia menoleh ke belakang untuk memeriksa reaksi orang yang tadi ditabraknya. Rupanya wisatawan perempuan itu menatap kepergiannya sambil mengangkat kamera ponselnya tinggi-tinggi. Dari kejauhan, tampak berbicara sesuatu di depan kameraโentah apa, tetapi pria itu bisa menduga bahwa wisatawan tersebut mengenalnya.
Gue ketahuan.
Kepanikan membuat langkahnya tersandung-sandung. Ihatra berusaha untuk tidak jatuh kedua kali dan mempercepat langkah kacaunya menjauh dari area pantai. Dari sekian banyak wisatawan, kenapa harus ketemu orang yang tahu gue? Rasa tidak terima itu membungkus Ihatra bersama kejengkelan dan kebingungan. Setelah berlari sangat jauh dan memasuki rute yang lebih sepi, Ihatra baru bisa tenang. Dia membuka ponsel yang mendadak berbunyi karena sebuah panggilan.
Jayden.
"Jay, sorry, gue tadi mau telepon lo, tapi ada sesuatuโ"
"Yat, dengerin gue. Lo sekarang jangan sering-sering keluar rumah."
Suara Jayden terdengar seperti menahan marah. Ihatra tanpa sadar menghentikan langkah dan berdiri terpaku di pinggir jalan yang terik. "Kenapa?"
"Si Tasya bikin ulah lagi. Lo sempet jadi trending topic kemarin, dan walaupun sekarang isunya udah mulai reda, bisa jadi di Pinggala sana masih ramai sama wisatawan FOMO."[]
-oOo-
.
.
.
.
.
Sampai bertemu di chap selanjutnyaaa~
Ini masih pada suka baca nggak sih?
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top