๐.๐
Angin berhembus dengan kencang menerbangkan anakan rambut, air muka menunjukan bahwa ia begitu menikmati desiran angin yang sejuk, bertabrakan langsung dengan kulit keriput nya.
Pria itu terdiam untuk sesaat, hingga kebisingan mulai terdengar oleh rungu. Segerumbulan anak berusia lima hingga sembilan tahun berlarian, berlomba lomba menghampiri pria berkepala lima yang tengah menikmati hidup nya.
Sudut bibir terangkat dikala ia tahu betapa antusias nya segerumbulan anak kecil itu, tiap tiap figur saling tertawa, memperebutkan posisi nomer satu, hati berharap mendapatkan sebuah permen yang biasa dijadikan sebuah hadiah kecil.
Kali ini seorang gadis dengan surai hazel menjadi pemenang dalam lomba yang diadakan, dengan cepat gadis itu duduk bersila di sebelah pria bersurai kelabu, tersenyum konyol sang gadis membuka kedua telapak tangan milik nya, mengabaikan sebuah boneka rubah yang sebelum nya ia bawa, "permen ?"
Tangan besar mengacak mahkota gadis itu, sengaja membuat nya tak beraturan, "kali ini berbeda."
Tak lama, segerumbulan anak datang dengan keadaan dibasahi oleh peluh keringat. Sedikit terengah, "inari kau curang."
Segerumbulan anak kecil itu duduk mengelilingi pria berumur itu, sembari mengembalikan energi mereka yang terkuras.
" kau saja yang lamban." Inariโgadis bermahkota hazel menjulurkan lidah nya, dengan sengaja memancing amarah teman lelaki nya, "jadi, mana permen ku ?"
Masih dengan telapak tangan yang terbuka, sang gadis menatap pria itu dengan mata yang berbinar. Rasa senang tak dapat di timbun dikala ia tahu indra perasa nya akan merasakan manis nya permen tak lama lagi.
Pria itu menyelipkan tangan kanan nya pada kantung yang terdapat di kimono abu milik nya, terlihat genggaman tangan nya lebih besar dari biasanya. Apa mungkin pria itu mendobel hadiah nya ?
Sebuah benda berantai terjatuh dari genggaman pria itu, menjatuhkan nya tepat di atas telapak tangan sang gadis,
"eehhh,mana permen ku ?" kedua alis menukik, hidung mengkerut hingga bibir merah muda yang di manyunkan di tunjukan oleh gadis itu lantaran angan angan rasa manis yang akan memanjakan indra perasanya tak dapat ia gapai, "sudah kubilang bukan, kali ini berbeda."
Sebuah tali perak yang berbentuk sedemikian rupa hingga gantungan bulat berwarna di perhatikan begitu seksama oleh inari selaku pemilik baru dari liontin yang diberikan oleh pria itu.
Perasaan sebal dari beberapa anak mulai terlihat dikala mereka tahu bahwa hadiah kali ini begituโsangat ยญmewah, walaupun terlihat sangat sederhana tapi bagi mereka liontin itu adalah sebuah benda yang sangat berharga. Hey, apa yang kalian harapkan dari segerumbulan anak yatim piatu ?
"itu adalah pusaka keluarga, dan kurasa saat nya aku menurunkan itu pada seseorang." Senyum merekah pada bibir pria itu, kedua kelopak mata sedikit menutup iris gelap nya. mengingat dengan jelas siapa seseorang yang telah memberikan liontin berharga itu pada nya, "kau harus menjaga nya dengan baik, niscaya ia juga akan menjagamu."
Gadis yang berumur tak lebih dari enam tahun itu hanya mengangguk, rasa kecewa masih melekat dengan kuat pada dirinya. Tak sebegitu paham dengan apa yang dibicarakan pria berjakun itu, pilihan yang ia punya adalah mengangguk, cepat atau lamban ia akan tahu apa yang maksud.
"bagaimana dengan ku ?" bocah dengan surai kelam nya berdiri sembari menunjuk dirinya sendiri, nampak nya energi yang terkuras habis tadi telah kembali, "bagaimana jika aku dalam bahaya ? tak ada yang menjaga ku nantinya."
"ya, bagaimana bisa hanya inari saja ? tak adil." Keributan mulai terjadi, segerumbulan anak kecil itu saling bekerja sama, menimpali pria itu dengan sejuta kalimat hingga seorang merebut dengan paksa liontin itu dari genggaman sang gadis.
"ahh, rin kembalikan, itu sudah menjadi milik ku." Dengan tergesah inari mencoba mengambil kembali sesuatu yang menghilang dari genggaman nya beberapa detik yang lalu.
"ekspresi mu menunjukan kau tak ingin memilikinya, lebih baik untuk ku saja." Kembali, rintarou meberikan seribu satu alasan. "bukan berarti aku tak menginginkan nya bukan, cepat kembalikan."
Pertengkaran kedua anak berbeda gender itu terus terjadi, sang gadis yang berusaha mengambil kembali apa yang menjadi milik nya hingga sang lelaki yang berusaha sekuat tenaga menghindari amukan teman nya, "shin, bantu aku."
Sang gadis yang meminta bantuan segera di hentikan oleh pria berjakun itu sebelum keadaan semakin bertambah buruk, "kalian berdua hentikan."
Seketika kedua tubuh terperanjat, jika sudah seperti ini mereka harus berhenti.
"bagaimana jika kita bermain, pemenangan nya dapat memiliki liontin itu. Adil bukan ? kau setuju bukan inari ?"
Inari menggembungkan kedua pipi merah muda nya dengan gemas, menganggukan kepala nya, bukan karena ia setuju lantaran ia tahu bahwa diri nya tak memiliki banyak pilihan.
Sebelum kejadian menghilangnya liontin itu dari kedua telapak sang gadis, kedua iris telah terpaku oleh keindahan batuan berwarna merah yang menjadi center dari liontin itu, gemerlap sebuah batuan merah yang terkena pancaran sinar mentari semakin membuat nya pantas menjadi tontonan banyak orang. Lebih baik jika liontin itu di kalungkan lalu di pertontonkan kepada para khalayak yang menyukai sebuah benda antik nantinya.
"kalian hanya perlu menebak siapa tokoh utama dalam cerita ini, mudah bukan ?" iris kelabu menelisik dengan teliti insan yang mengelilingi nya,
"kalau begitu aku akan mencerikan sebuah kisah yang indah sekaligus tragis."
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top