「𝟷. 𝙷𝚘𝚖𝚒𝚌𝚒𝚍𝚎𝚜」
"Seorang direktur pabrik pengolahan minyak ternama di seoul tewas mengenaskan tadi siang, ia di temukan tergeletak bersimbah darah di meja kantor nya.
Di temukan sebuah surat terbungkus rapi di dalam amplop yang berisi pernyataan sang pelaku yang merasa bangga telah menghabisi nyawa korban yang merupakan tersangka kasus penggelapan uang, Polisi masih mengusut pelaku terjadi nya pembunuhan ini"
Aerin menatap layar televisi nya serius. Tangan nya yang memegang sarapan nya berhenti di udara. Kenapa banyak sekali kasus pembunuhan 3 bulan ini ?.
Hampir 2 atau 3 kasus baru muncul akhir-akhir ini, para polisi pasti keteteran mengurus semua kasus itu.
Aerin bersyukur karena menerima job untuk mengusut koruptor yang kabur ke negara tetangga beberapa hari lalu hingga ia bisa mendapat hari libur untuk beberapa hari.
Ia sangat senang karena terbebas dari berkas-berkas yang menumpuk.
Sebenarnya di setiap kasus, mereka memiliki satu kesamaan. Mereka akan meninggalkan sepucuk surat beramplop coklat yang berisi bukti-bukti yang bahkan polisi tidak miliki dan sebuah kertas bertuliskan perasaan bangga si pelaku karena berhasil melenyap kan korbannya.
Tiba-tiba ponsel nya berdering. Terpampang tulisan "hwang hyunjin" disana.
"Halo ??"
"Lo lihat berita nya ?"
"Sudah sih, baru saja lewat di televisi"
"Lo yang ambil kasus itu yah..., Disini job udah full banget"
"Hei..., Gue baru juga balik dari Turki, masa udah di kasih job aja...."
"Ayolah rin...., Kita disini semua kewalahan, ini kasus kek gak ada ujung nya tau gak"
"Iya deh iya deh ! Satu ini aja loh"
"makasih banyak rin ! Sayang aerin banyak-ban-"
Gadis itu menutup telpon nya begitu hyunjin melontar kan kata-kata yang menurutnya menjijikan itu. Ia menghembuskan napas kasar, kenapa selalu saja ada yang mengacaukan hari libur nya.
Ia pun langsung melahap roti selai yang hampir dingin itu dan bangkit, menuju kamar nya, menggosok gigi, mencuci muka nya dan mengganti piyama nya dengan hoodie dan celana jeans panjang.
Tak lupa ia mengambil pistol yang tersimpan di nakas samping tempat tidur nya. Setelah memastikan semua nya terbawa. Gadis itu langsung keluar apartemen nya.
Ia melangkah terburu menuju agensi yang ia yakini, orang-orang disana pasti kalang kabut sekarang. Ia menghentikan bus yang hendak berangkat di halte tempat nya biasa menunggu. Ia mengetuk-ngetuk ponsel nya mencari tahu lebih detail tentang si tua direktur minyak yang menjadi korban dalam kasus nya kali ini.
Dari sebuah artikel ia mengetahui bahwa
Ia adalah lee taeyong, direktur perusahaan minyak milik negara yang baru di naik jabatan menjadi direktur sejak 4 bulan yang lalu, kasihan sekali baru jadi bos udah dikubur aja. Dikabarkan pula, taeyong bisa menjadi direktur akibat adanya orang dalam alias main curang. Lee Soman adalah ayah dari lee taeyong yang sebelumnya menjabat sebagai kepala direktur sebelum ia akhirnya pensiun dan menunjuk putra nya untuk menggantikan posisinya.
Istilah nya Main keturunan.
Taeyong di kabarkan menjadi tersangka dalam kasus korupsi penggelapan uang minyak dan suap di tengah kejayaan nya sebagai direktur. Namun kasus itu di tutup hingga tak berujung apapun, seperti hilang di telan bumi dengan alasan polisi tak menemukan adanya bukti yang kuat untuk menggeret taeyong ke proses hukum yang selanjutnya.
Ia ditemukan tewas oleh sekretaris nya malam tadi di meja kerja nya dengan 3 luka tembak di tubuh nya. Sebuah amplop berisi bukti kejahatan nya tergeletak di meja kerja nya bersama sebuah surat dari pelaku.
Tanpa nama, surat itu masih menjadi misteri. Siapapun yang menulis nya, dia adalah sang pelaku.
Aerin juga mendapati 2 kasus yang serupa. Seperti han dongin, sekertaris pertambangan emas seoul, yang tewas di Dengan 3 luka tembak di lahan tambang perak. Yagami hiroki, menteri luar negeri jepang sedang berkunjung ke korea itu tewas di bak mandi dengan 4 luka tembak di badannya.
Semua nya sedang tersandung kasus yang tak jauh berbeda dengan lee taeyong.
Bus berhenti dan aerin langsung melesat keluar dari sana. Dari depan sudah terlihat banyak orang di dalam agensi.
"Agen jung, kenapa kau disini ?" Tanya shin ryujin atasan Nya begitu dia sampai di lobby.
Sontak aerin menggerakan tangan nya hormat yang di balas oleh atasannya. Mengingat seharusnya ini hari libur gadis itu.
"Saya sedang mengerjakan kasus yang hyunjin berikan pada saya"
"Kasus ? Kasus yang mana ?"
"Kasus pembunuhan direktur minyak negara, lee taeyong"
"Ooh yang itu. Dasar hyunjin..., Kau bisa ambil berkas kasus nya di han. Maaf sudah menganggu hari libur mu tapi memang saat ini agensi sangat membutuhkan personel lebih untuk mengurusnya. Fighting !" Kata ryujin sambil tersenyum dan meninggalkan nya.
Sepeninggalnya sang senior, aerin melangkah menuju ruangan han. Pemuda itu Sedang duduk di mejanya dengan tangan yang mengacak rambut nya frustasi.
"Han"
"Loh rin, lo ngapain disini ? Bukannya lo libur ?" Tanya han.
"Iya, harusnya gue libur tapi hyunjin malah minta tolong buat selesai in satu kasus ini. Katanya dia sama orang-orang nya pada kepenuhan job. Jadi ini dia minta tolong ke gue" jelas aerin.
Han pun mengangguk paham. " Gue minta berkas kasus direktur itu dong, biar cepet selesai" kata aerin. Han pun mengambil berkas paling atas yang ada di tumpukan kertas di depannya dan memberikannya pada aerin.
Aerin langsung membuka map kertas di tangannya, melihat dengan rinci setiap informasi yang tertulis di sana. Hingga pandangan nya teralihkan dengan tanda pengenal dan lencana polisi yang tersodor di depan wajah nya.
"Klo baca berkas doang gk bakal selesai itu kasus, lo harus ke tkp nya langsung ntar gue anterin" kata han.
Aerin mengambil benda tersebut dan berterimakasih pada han. Hana kembali membaca berkas kasus nya dengan seksama sambil Sesekali ia membolak-balikan kertas itu.
Sebenarnya dia agak malas untuk mengambil kasus ini. Ia hanya ingin kasus ini cepat selesai, kembali ke apartemen nya dan tidur dengan damai.
Perjalanan nya ke turki untuk menangkap buronan korupsi yang kabur ke negara itu cukup menguras tenaga nya. Bukan karena kejar-kejaran dengan buronan nya, tapi perjalanan bolak-balik dengan pesawat itulah yang dia benci.
Dia mabuk perjalanan.
Jadi dia sangat anti dengan kasus-kasus yang mengharuskannya melakukan perjalanan jauh. Mungkin ia akan mengembalikan kasus ini pada hyunjin jika ia sudah di ujung tenaga nya.
Tiba-tiba mata nya menangkap kerumunan orang di luar jendela yang berkumpul di sebuah bangunan yang agak jauh dari agensi.
Orang-orang itu masuk ke sebuah gedung yang dia tau sebelumnya adalah gedung kosong. Tapi kini sebuah papan nama yang tak terlalu jelas dan lampu-lampu hias kecil menghiasi gedung tua itu.
"Itu rame-rame ada apaan ?" Tanya aerin.
Han mendongak dari laptop nya dan melihat ke arah mata gadis itu. "Hm, oh ada cafe yang baru buka di dekat sini. Katanya sih selain kopi dan menu nya enak, pelayan nya cogan-cogan semua. Tapi gimana pun gue lebih cakep lah dari mereka" jelas han.
Aerin tak menanggapi ocehan tak bermutu pemuda itu. Ia masih menatap cafe nuansa modern yang kini mulai ramai pengunjung yang di dominasi kaum hawa.
Mungkin, minum kopi di pagi hari enak juga untuk memulai kerja rodi nya hari ini.
Ia menyimpan kembali berkas-berkas kasus nya ke dalam tas, memasukkan tanda pengenal dan pistol itu ke dalam saku jaket nya, dan pergi dari sana.
"Eh, mau kemana lo ?" Pekik han.
"Beli kopi"
"Nitip dong, americano satu. Nanti balik lagi ya, ke tkp bareng gue !" Pekik han. Aerin pun membalas nya di ambang pintu dengan mengacungkan ibu jari nya tanda mengerti.
Aerin berjalan agak cepat menuruni tangga. Ia hanya tersenyum singkat kala ada rekan-rekan kerja nya yang menyapanya di lobby. Cahaya matahari yang menyengat langsung menyapa nya begitu dia keluar dari tempat itu.
"Akh ! Panas sekali..." Gumam nya.
Ia menutupi wajah nya dengan telapak tangan dan mulai melangkah cepat menuju cafe itu. Ia mendelik sebal ke arah matahari yang bersinar dengan bangga nya menyalurkan suhu luar biasa nya ke bumi.
Setelah menyebrangi jalan raya gadis itu pun sampai ke cafe itu. "CAFE PRINCE" nama cafe itu terukir indah di sebuah papan akrilik di depan cafe. Saat aerin masuk kulit nya langsung di serbu rasa sejuk pendingin ruangan yang ada di dalam sana.
Suasana cafe ini sangat nyaman. Bernuansa vintage dengan lampu-lampu gantung di atas nya, beberapa tumbuhan hias terlihat tumbuh di beberapa sudut cafe ini memberikan kesan hijau dan segar ketika mata memandang. grafitti maupun gambar-gambar unik pun memenuhi tembok cafe membuatnya menjadi spot foto tanpa di sadari.
Beberapa barang vintage maupun aesthetic tersimpan rapi di rak maupun lemari yang ada. Benar-benar membuat para pengunjung nya betah berada di sini lama-lama.
Ia pun duduk di sebuah bangku kosong yang ada di dekat jendela yang menghadap langsung ke arah jalanan yang ramai.
view jalanan membuat cafe ini semakin lengkap. Siapapun yang mendesain tempat ini, ia sangat jenius.
"Maaf, ada yang bisa saya bantu ?"
Aerin menoleh cepat dan mendapati seorang pemuda berpakaian pelayan menatap nya ramah. Aerin tersenyum simpul. "Aku ingin memesan latte dan americano tolong di bungkus ya" Kata aerin.
Pemuda itu mengangguk dan dengan cepat meraih notes yang tersimpan di saku nya bersama pena, mencatat pesanan nya.
"Baiklah, pesanan mu akan segera datang" ujar nya seraya tersenyum. Jujur, aerin agak tersipu dengan senyum lembut pemuda itu.
"Terima kasih...doyoung" kata aerin sembari membaca nametag pemuda itu.
Doyoung tersenyum menanggapi nya dan berlalu dari sana, menyiapkan pesanan gadis itu.
"AMERICANO SATU, LATTE SATU TAKEAWAY !!"
"DOBBY BABI ! GK USAH TEREAK BANGSAD !"
"Heh ! Jaga mulut lo ! Ini masih di cafe ya, jangan sampe gue lempar ini piring ke muka lo !" Ucap salah satu dari mereka sambil mengangkat piring kotor yang bru saja ia ambil dari meja sebelah seolah siap melayang kan nya ke arah kawan nya itu.
Terlihat beberapa pengunjung yang kebanyakan perempuan itu terus menatap para pelayan yang ada di cafe ini.
Memang mereka semuanya tampan. Tak heran banyak gadis yang terkagum dengan ketampanan mereka. Sesekali mereka mengajak mereka untuk berfoto bersama atau sekedar mengobrol yang berakhir dengan gombalan ala buaya mereka.
Aerin jadi jijik sendiri mendengar nya, ternyata spesies yang sejenis dengan han cukup banyak di muka bumi ini.
Sembari menunggu pesanannya, aerin memilih untuk membaca berkas-berkas kasus nya. Minim nya petunjuk membuat nya sulit untuk menentukan reka kejadian yang terjadi. Para tikus ini seolah bekerja dengan sangat rapi. Tak ada percikan darah di lantai, dinding maupun mejanya. Membuat nya tak bisa memprediksi dari mana arah peluru nya ditembakkan.
Menurut data yang ada, sang sekertaris awalnya tak menyadari bahwa bosnya sudah meninggal dunia karena ia masih dalam posisi duduk tegap dengan kepala menunduk seolah sedang membaca berkas yang ada di hadapannya. Namun saat mayat nya ambruk baru lah ia menyadari bahwa ada yang tidak beres dengan bos nya itu. Ia sangat terkejut kala menemukan noda darah yang cukup besar di dada bos nya saat ia menyingkap jas yang taeyong pakai.
Foto dan hasil dari tim autopsi masih belum keluar. Aerin menghela napas jengah, Kasus ini jadi lebih sulit dari yang ia kira.
Ia meraih ponsel nya mencoba menghubungi felix selaku ketua dari tim autopsi. Setelah beberapa saat nada sambung, terdengar suara deep voice pemuda imut itu. Terdengar desahan lelah pemuda itu karena harus terus bergelut dengan mayat-mayat ini.
"Halo rin.... Ada ap ?"
"Lemes amat lix, belom makan lo ?"
"Ini lagi makan. Kenapa ?"
"Lo gk makan mayatnya kan ?"
"Telat, gue udah makan usus nya ini..."
"Gue nanya serius anjir"
"Ya kagak lah bego. Gue makan nasi pecel bu mirna. Gue gk mau kena siksa kubur 7 hari 7 malem krn makan mayat orang korupsi"
Aerin tertawa mendengar jawaban pemuda itu. "Lo lagi autopsi lee taeyong ?"
"Nih orang nya ada di depan gue-HEH ! JANGAN MAENIN MAYAT COK ! DIGENTAYANGIN MAMPUS LO !"
"Gimana hasil nya ? Udah ketemu belom ?"
"Panjang umur.... Ini baru aja kelar rin, ini tim gue udah pada modar ngurusin ini mayat. gue yakin yang berulah ini bukan orang sembarangan."
"Maksud lo ?"
"Kita nemuin satu luka kecil di belakang leher nya, kek bekas di tusuk jarum gitu dan itu tepat di atas urat nadi. Lo tau akupuntur kan, semacam itu. Jadi klo gue simpulin ni orang di bikin pingsan dulu sebelum ditembak mati."
"Setelah itu pelaku nembakin 3 peluru di daerah atas pusar nya secara sejajar jadi lee taeyong ini tewas karena kehabisan darah dan terlambat nya pertolongan. yang bikin kita heran, kenapa gak langsung nembak di jantung nya aja klo dia emang niat nya bunuh korban."
"Jadian dong ?"
"Sini rin, shareloc, gue jepit ginjal lo pake pinset"
"Hehe, ampun dok, lanjutkan..."
"Hahh...dosa apa gue sampe dapet partner kek lo. Polisi gak nemuin satupun jarum di tempat kejadian, bisa jadi, pelaku nya nungguin korban nya bener-bener mati dulu, baru ia cabut jarum yang ada di belakang lehernya trus kabur..."
"Peluru yang dia pake pun bukan peluru murahan. Peluru ini udah di modifikasi jadi klo di tembakin, peluru ini gak sampe tembus ke punggung. Menusuk tapi berhenti di dalem. Jadi gk nimbulin bercak cipratan darah di dinding. Jadi Yang bisa gue kasih tau saat ini, pelaku nembak korban itu dari depan langsung. Blak-blakan."
"Bercak darah di dada nya dia tutupin pake jas korban sedemikian rupa sampe gk kelihatan klo ada bekas darah di kemeja nya"
"Gimana sama surat nya ?"
"Surat nya bersih, gak ada satupun sidik jari disana. Tulisannya pun diketik pake mesin ketik jadul, jadi kita gk bisa selidiki tulisan tangan nya kecuali simbol berlian nya. Ini jelas-jelas tulisan tangan karena simbol nya berbeda di tiap surat yang ada"
"Bukti-bukti pelanggaran korban juga berupa foto dan ketikan mesin. Gue gk tau mereka dapet dari mana bahkan sampai salinan-salinan dokumen palsu ataupun perjanjian bodong pelaku pun mereka punya. Ini bukan orang kecengan sih..."
"Mereka pasti ambil korban selanjutnya setelah ini, tapi dari semua kasus yang misterius ini, mereka cuman ambil orang-orang yang bermasalah doang."
"Kek Robin hood gitu ?"
"Iya, coba lo selidikin siapa aja yang paling dirugikan dari orang-orang ini. Usut juga orang-orang yang bersangkutan sama mereka, baik itu jahat ato baik. Dari keluarga, kolega kerja, sampe karyawan mereka. Klo dugaan gue emg bener, robin hood emg ada di dunia modern ini"
Aerin menyandarkan punggung nya lelah sembari memijat pelipis nya. Setelah mengucapkan terima kasih, gadis itu menutup telepon nya dan kembali menatap berkas yang ada di hadapannya.
"Kenapa jadi lebih rumit dari yang gue kira
..." Gumamnya pelan. Ia pun membereskan map-nya dan memasukkan nya ke dalam tas.
Robin hood di dunia penuh teknologi seperti ini ? Bukannya berbekal busur dan panah, tapi malah membawa pistol sebagai senjatanya.
Robin hood memang membela keadilan dengan sudut pandang nya sendiri. Mencuri uang dari orang-orang kaya yang kikir, bukan menghabisi mereka.
Baru selesai berberes, pelayan ber-nametag
Doyoung itu kembali sambil membawa pesanan nya. "Pesanan nya princess~"
Aerin tersenyum kikuk mendengar panggilan pemuda berambut merah itu lalu menyerahkan beberapa lembar uang pas untuk membayar nya. "Terima kasih, semoga kita ketemu lagi Tuan putri~~"
Sedetik kemudian sebuah gelas plastik melayang mengenai kepala nya.
"KERJA WOEY ! NGERDUS MULU !"
aerin membalas lambaian doyoung sambil tertawa pelan meninggalkan keributan yang berlangsung disana. Tak disangka, ternyata han sudah menunggu nya di luar cafe dengan motor sport miliknya.
"Ngapain lo ?" Tanya aerin.
"Caring, ya nungguin lo lah monyet ! Lama amat. Panas tau gk di sini"
"Bacot, napa gk masuk aja tadi ?"
"Lo gk liat di dalem cuman ada cewek doang. Yg ada gue di keroyok sama mereka karena kegantengan gue" aerin pun memukul kepala pemuda itu dengan keras dan beranjak naik ke motornya.
"Halu aja teros, nanti ketinggian jatoh tau rasa lo. udah yok berangkat sebelum lo gue siram kopi nanti" ancam nya. Mendengar itu han hanya mencebik kesal dan menjalankan motor nya meninggalkan cafe.
-----•-----
Perjalanan mereka memakan sekitar setengah jam untuk sampai di lokasi pertambangan minyak yang letak nya ada di ujung kota. Tempat itu audah di penuhi dengan mobil-mobil wartawan yang sibuk meliput berita pembunuhan yang baru saja terjadi.
"Permisa, saat ini saya ada di lokasi kejadian..."
"Ditemukan tak bernyawa, direktur minyak lee taeyong..."
"Para polisi masih menyelidiki apa yang sebenarnya terjadi...."
"Lee taeyong, pria berusia 32 tahun itu tewas mengenaskan..."
Seperti itulah kedengaran nya.
Aerin berjalan melewati para wartawan itu dengan santai nya menuju tkp. Salah seorang petugas melihat keberadaan nya yang kebetulan mengenakan pakaian bebas pun langsung mencegah nya untuk mendekati garis polisi yang mengitari sebuah kontainer yang disulap menjadi ruang kantor direktur.
Memang aerin terlihat tidak seperti personel polisi dengan celana jeans panjang, kemeja putih dan cardigan oversize nya ia malah terlihat seperti wartawan yang hendak meliput.
"Maaf nona, batas untuk meliput nya hanya sebatas ini saja" ujar polisi itu.
Aerin pun mengeluarkan tanda pengenal nya yang seketika polisi itu menggerakkan tangan nya hormat. "Selamat datang agen jung"
Aerin mengangguk membalas sapaan nya dan berjalan meninggalkan kerumunan itu.
Para aparat terlihat mondar-mandir kesana-kemari entah dengan berkas ditangan atau beberapa barang bukti. Sisa reka adegan yang masih merupakan dugaan polisi masih terlihat di luar kontainer yang disulap menjadi sebuah kantor kecil tempat lee taeyong bekerja. Proyek tambang pun dihentikan untuk kelancaran penyelidikan dan semua karyawan nya diliburkan.
Saat hendak masuk, aerin menyingkir terlebih dahulu karena beberapa aparat penyidik tengah mengeluarkan beberapa barang dari dalam sana yang barulah gadis itu masuk. Di dalam sana terdapat sebuah meja kantor lengkap dengan kursi nya, berkas-berkas yang masih berserakan persis seperti waktu pembunuhan, sebuah boneka pengganti jenazah taeyong dan luka yang yang digantikan dengan coretan spidol.
Benar-benar tiga tembakan di atas pusar.
Saat aerin sedang melihat-lihat tkp, han datang dengan santai nya memindahkan boneka replika jenazah, membiarkan nya tergeletak di lantai dan duduk di kursi kerja lee taeyong. Gadis itu menelisik setiap inci ruangan itu demi mencari bukti lain yang mungkin saja tertinggal di sana. Han jisung itu malah berputar-putar dengan girang nya dengan kursi kerja direktur itu.
"Beneran gk ada bukti lainya..." Ujar aerin setelah mengelilingi tempat itu 4 kali untuk mencari bukti.
"Gue udah bilang, mereka itu licik pake banget mainnya" dia masih berputar pelan.
"Tapi ini proyek minyak han, masa serame itu gk ada yg denger suara tembakan kek ? Ato orang yang mencurigakan gitu ? Apalagi ini minyak negara, bukan nya di jaga polisi juga ?"
"Iya ada 2 polisi yang jaga di depan pintu masuk kontainer ini, tapi dari kesaksian mereka gk ada siapapun yg masuk kecuali ayah nya taeyong, lee soman"
"Lee soman sendiri udah di amanin dan kini status nya di vonis jadi tersangka ama pengadilan tinggi atas kasus ini"
Aerin cuma mangut-mangut dengerin penjelasan han. Benar-benar tidak ada clue yang menunjukkan sosok pelaku kecuali simbol berlian itu. Teriakan han mengacaukan konsentrasi gadis itu, membuat pandangan nya tertuju ke arah pemuda yang hampir ambruk itu.
"Lo gk jijik ?" Tanya aerin.
"Kenapa ?" Si bodoh ini malah balik bertanya.
"Itu kursi kerja nya dia"
"Udah diganti tim penyidik ama yg baru"
Baru saja ia selesai berkata seperti itu, salah seorang tim penyidik datang membawa sebuah kursi yang sama persis dengan yang han duduki dan masih terbungkus plastik. Masih baru.
"Maaf, saya akan menukar properti kursi kerja nya dengan yang baru" ujar nya.
Han langsung melotot dan melompat turun dari kursi itu sedangkan aerin hanya menahan tawa nya. Mereka berkutat di tkp sampai menjelang sore,sampai mereka merasa tak ada lagi pentunjuk, Aerin dan han pun memutuskan untuk kembali ke kantor tanpa hasil apapun.
Ia berjalan pulang sambil memijit kening nya lelah. Setelah membuat laporan dan menyerahkan nya ke atasan kepala nya berdenyut sakit. Mungkin efek jetlag nya masih ada.
Senja sudah menghiasi langit dengan warna orange yang mendominasi. Angin semilir juga berhembus pelan membawa kantuk bagi gadis itu. Kasus ini sangat rumit, lebih rumit dari yang ia pikirkan. Ekspektasi nya terlalu rendah. Tak dapat dipungkiri, ia sudah menyebutkan seluruh isi kebun binatang dalam hati karena hyunjin memberikan kasus ini padanya.
Ingatkan dia untuk menghajar buaya itu besok.
"Pulang kerja princess ??"
Aerin yang awal nya menunduk seketika mendongak ketika mendengar sapaan yang sepertinya di ajukan untuk nya.
Itu doyoung, pemuda yang berkerja di cafe baru di dekat agensi, juga pemuda yang menggombali nya tadi pagi. Pemuda itu masih menggunakan pakaian kerja nya lengkap dengan apron biru langit. Ia terlihat habis membersihkan meja-meja yang da diluar toko.
"Iya, kita bertemu lagi doyoung"
Doyoung itu tersenyum senang kala aerin masih mengingat namanya. "Lo keliatan capek gitu ? Ada masalah di kantor ?"
Aerin menghela napas panjang "Lumayan...". Doyoung mengangguk memahami.
"Oh iya, gue belum tau nama lo. Gue jadi bingung mau manggil gmn"
"Ah, gue aerin, jung aerin"
"Mau mampir sebentar ? Kita minum kopi bareng biar lo fresh lagi"
Aerin menyerengit, "tapi cafe nya udah tutup"
"Udah gapapa, lagian kita juga pulang ntar an. Ayo masuk" doyoung menarik tangan aerin masuk ke dalam cafe yang masih terang benderang karena cahaya lampu itu. Aerin menangkap sosok 3 orang sedang duduk di sebuah bangku dekat kasir. Mereka langsung menatap mereka berdua begitu melihat sosok aerin.
"Siapa doy ?"
"Temen gue, barusan kenalan tapi ketemu tadi pagi" ujar doyoung.
Aerin pun mengulurkan tangan nya yang di sambut oleh lelaki itu"Jung aerin"
"Yoon jaehyuk"
"Asahi"
"Mashiho, salam kenal rin"
"Bang cio ! Ini mixer nya kenapa ko-lho rin ?! Lo ngapain disini ?"
Seorang pemuda yang baru saja keluar dari dapur membuat gadis itu terkesiap tak percaya. "JEONGWOO ?!"
Gadis itu langsung berlari dan memeluk pemuda itu yang di balas oleh nya. Bahkan jeongwoo sampai menggoyang-goyangkan pelukan nya saking senang nya. "Lo kok bisa disini ?! Gue kangen banget sama lo !!"
"Gue kerja di kantor deket sini. gue kira lo balik ke iksan, ternyata masih disini kurang ajar lo !"
2 orang itu terus berbincang tanpa mempedulikan orang-orang disekitar mereka yang terlihat bingung akan ap yang terjadi. "Bentar-bentar, lo berdua saling kenal ?" Tanya mashiho.
"Dia sahabat gue ama haruto waktu kuliah bang !! Cewek yang pernah gue ceritain ke lo ! Jung aerin ini !! Gilak sih akhirnya kita ketemu lagi ! Bentar-bentar gue panggil haruto dulu !!"
Pemuda itu langsung berlari masuk kedalam dapur dan kembali dengan seseorang yang lain.
"RIN !"
"UTO !"
Sekali lagi mereka berpelukan untuk melepas rindu selama 3 tahun tak bertemu. Haruto bahkan mendekap gadis itu sangat erat seperti tak ingin melepaskan nya.
"Lo kemana aja ?! Gue cari lo di jepang tapi rumah lo yang disana udah dijual ! Kenapa lo gk bilang gue ?!"
"Gue udah pindah kesini ama jeongwoo"
"Jahat lo, kenapa gk kabarin gue ?!"
Watanabe haruto, pemuda asal fukuoka jepang itu terkekeh "Maap Rin, hp gue waktu itu kecopetan trus gue gk inget nomer lo lagi. Tapi syukurlah gw masih bisa ketemu lagi sekarang"
"Ada apa nih rame-rame ??" Seseorang kembali keluar dari arah dapur bersama dua orang lagi. "Dia siapa ?"
"Dia temen kuliah gue bang, jung aerin. Yang pernah gue ceritain itu" ujar haruto.
Pemuda itu lantas tersenyum dan mengulurkan tangan nya. "Kenalin gue hyunsuk, owner cafe ini"
"Gue jihoon, yang ini yoshi. Wajah nya emg garang kek maung tapi kelakuan kek meng" ujar jihoon.
"Gue buatin kopi bentar buat kita ngobrol bareng" ujar hyunsuk seraya pamit kembali ke dapur. Doyoung pun mempersilahkan aerin untuk duduk. Haruto dan jeongwoo pun ikut bergabung.
"Gimana kabar lo rin ?" Tanya haruto.
"Baik, kalian kerja disini ??"
"Hooh, kita semua kerja disini. Ini cafe nya bang hyunsuk tapi kita emg bangun cafe ini bareng-bareng sih" jelas jeongwoo.
"Woah, yang bener ? Keren banget"
"Klo lo sendiri kerja dimana rin ?" Tanya mashiho.
"Gue kerja di kantor deket sini, sekarang lagi ambil cuti sih. Tadi ada masalah sedikit makanya gue kesana"
"Doy, dia bukan nya customer yang lu gombalin tadi pagi ?" Tanya jihoon.
"Yang mana bang ? Dia mah tiap detik ngegombal mulu. Buaya emang." Kata jaehyuk.
Mereka berbincang banyak hal hari itu. Hingga tak terasa malam pun menjelang. Aerin diantar pulang haruto menggunakan motor hyunsuk. "Sering-sering main ke cafe ya rin !" Ujar nya sebelum pergi.
Aerin tersenyum miris. "Isinya cowok semua gitu, gk enak gw"
"Udahlah santai aja~~ gw balik dulu ya !"
Haruto pun meninggalkan halaman depan aerin, motor nya pun menghilang di belokan. Saat itu pula, ponsel aerin berdering menandakan panggilan masuk.
Dari ryujin senior nya.
Dengan tergesa, gadis itu menjawab nya. "Halo, kenapa kak ?"
"Aerin ada update baru kasus taeyong. Akan kukirimkan pada mu lewat e-mail"
3925 words
Klo rame lanjut chapter 2 ~~
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top