- 𝐎𝐏𝐇𝐄𝐋𝐈𝐀
(𝐧.) 𝐎𝐩𝐡𝐞𝐥𝐢𝐚
/ōphéleia/
noun
the name Ophelia symbolizes a person who provides aid or offers support to others.
❝ 𝐎𝐩𝐡𝐞𝐥𝐢𝐚..? ❞
❝ 𝐘𝐞𝐚𝐡.. 𝐢𝐭'𝐬 𝐦𝐞, 𝐇𝐚𝐦𝐥𝐞𝐭. ❞
Kebanyakan orang dari seluruh lapisan masyarakat beranggapan, bahwa kisah cinta paling tragis dalam dunia sastra adalah kisah “Romeo and Juliet” karya William Shakespeare.
Mengisahkan tentang pria dan wanita yang saling mencintai, namun ada perbedaan status di antara keduanya. Ditentang keluarga sampai masyarakat tidak membuat keduanya ingin berpisah, malah semakin melekat. Sampai maut datang pun, keduanya tetap tidak ingin berpisah dan berakhir menghadapi maut bersama.
Sungguh kisah cinta yang tragis dan memilukan, bahkan maut bukan lagi halangan keduanya untuk tetap selalu bersama. Sepertinya istilah, 'sampai maut memisahkan kita' tak berlaku sepasang kekasih ini.
Mungkin kamu harus membaca kisah satu ini, kisah pria yang mencoba membalaskan dendam yang diselipkan cerita asmara menyedihkan di dalamnya. Tentang bagaimana seorang Pangeran Denmark, Hamlet, dalam membalaskan dendamnya pada sang paman.
Kisah yang menyedihkan dibalut romansa antara Hamlet dan Ophelia, walau keduanya memiliki akhir cerita yang bisa dibilang tidak membahagiakan.
Meski demikian, (Name) takkan pernah bosan untuk membaca karya William Shakespeare yang satu ini secara berulang-ulang. Baginya Shakespeare adalah panutan yang ia kagumi selama masa hidupnya, dan mungkin cinta pertamanya dalam dunia sastra.
Mata birunya tak bisa dialihkan dari lukisan cantik yang ada di dalam etalase toko. Lukisan seorang wanita yang terlihat menyenandungkan lagu di atas sungai, sebelum pada akhirnya dia menenggelamkan diri.
'Ophelia..' Lukisan yang menjadi kontroversi selama 15 tahun belakangan ini. Meski demikian, bagaimana penggambaran dan pencampuran warnanya cukup memikat hati (Name) untuk ikut mengasihani penderitaan wanita itu semasa hidupnya.
"Ah, surat.." Kenikmatannya dalam mengagumi lukisan harus dihancurkan oleh kewajibannya sebagai pengantar surat, karena ia baru ingat belum mengantarkan ke alamat yang dituju. "Sepertinya aku akan mengembalikan ke pos saja.. jadi bisa diambil alih oleh pegawai lain."
10 tahun ia bekerja sebagai pengantar surat, baru kali ini merasa dipersulit oleh pekerjaannya sendiri. Menjadi pengantar surat memang tidak mudah, namun baginya ini adalah estetika yang tak terlihat di mata masyarakat. Sangat menyenangkan mendapatkan ekspresi dari orang-orang usai mendapatkan surat yang (Name) sampaikan.
Langsung saja kaki yang terbalut sepatu usang itu melangkah pergi menjauh dari toko, menuju kantornya kembali untuk menyampaikan laporannya.
"Tunggu.. aku harus mengantarkan surat ini ke Durham sendiri..?"
Niat hati ingin melapor bahwa surat ini untuk seseorang yang ada di kota Durham, namun apa daya ia harus dikejutkan dengan perintah yang seharusnya tak ia dengar.
"Ya. Perjalanan dari Norwich ke Durham hanya membutuhkan waktu 4 jam bila menggunakan kereta api, Evergarden. Anggap saja ini bonus dariku karena kau sudah bekerja keras." Ucapan dari atasannya sendiri, Julian Orlando yang notabenenya orang dekat Marlon membuat (Name) mencerna ucapannya. Bonus katanya? Gila! Pria ini pasti gila.
(Name) menggelengkan kepala tidak setuju, dibarengi ekspresi tajam mendengar perkataan Julian yang tterdengar seenak jidat. "Kau gila, Julian? Bagaimana jika aku bertemu mereka? Apa kau mau bertanggungjawab, huh?" (Name) mendelik kesal. Ia sedang menghindari masalah, dan sekarang Julian mencoba mendatangkan masalah untuknya.
Asap rokok berhembus dari mulutnya, hanya menatap datar wanita yang tengah protes padanya. "Itu urusanmu. Kau adalah tanggungjawab Marlon-sama, bukan aku. Lagipula aku hanya menjalankan prosedur sebagaimana mestinya."
Pria berambut biru tua ini mendesah kecil, kemudian mengeluarkan amplop tebal berwarna coklat dari laci mejanya. "500 pounds, apa cukup?" tanya Julian, menatap datar ke arah wanita berambut pirang ini.
'Masalahnya bukan tentang uang, oon.' Helaan nafas tak terelakkan keluar dari bibir mungilnya, membuat Julian mengangkat sebelah alis dengan tatapan bertanya. Dari yang Julian lihat, dia menyimpulkan bahwa (Name) nampaknya kurang dengan uang yang dia berikan. 'Aku tahu ia hidup bergelimang harta Aidyn, namun apakah uang sebanyak itu kurang untuknya?'
Duh, bukan seperti itu maksudnya. Memegang uang sebanyak itu sudah biasa bagi (Name), karena ia yang mengelola keuangan dan harta Aidyn yang notabenenya mantan bangsawan di masa lalu. Namun, maksudnya itu loh..
"Aidyn, dia harus ikut denganku."
Ucapan dari (Name) membuat Julian mengedipkan mata biru tuanya. Ternyata dia salah paham akan maksud (Name). 'Oh, ternyata salah presepsi.' Duh, dasar.
Orlando muda menganggukkan kepala, kemudian menyerahkan dua buah tiket kereta menuju kota Durham. Entah perasaan penulis saja, seakan-akan atasan (Name) ini seperti mempersiapkan diri untuk mengusirnya dari Norwich. "Jangan tanya kenapa aku bisa mendapatkan tiket ini, pakai saja untuk keberangkatan mu di esok hari."
'Pler, malah besok jancok.'
Sepertinya (Name) harus banyak-banyak bersabar untuk menghadapi orang-orang di sekitarnya.
Kediaman Moriarty begitu sunyi dan tenang seperti biasanya, seakan-akan tak pernah ada masalah yang mengusik mereka walau mereka adalah konsultan kriminal sekalipun.
Teh yang disajikan Louis membuat bahu William lebih santai, usai melakukan pekerjaan yang berat dan tak mudah untuk diselesaikan. "Terimakasih, Louis. Kau benar-benar tahu apa yang terbaik untuk mengistirahatkan tubuh," puji William dengan tenang.
Perkataan Willian membuat bibir Louis mengulas senyum tipis. Sangat senang mendengar pujian yang dilontarkan kakak laki-lakinya karena apresiasi darinya begitu berharga untuk Louis. "Tentu saja Nii-san, aku senang jika kau menyukainya." Jujur, Louis tak dapat menahan rasa senangnya.
Albert, si anak sulung keluarga Moriarty ikut tersenyum melihat interaksi manis antara kakak dan adik ini. Dia meyesap ten yang disajikan Louis, menatap mata William dengan senyum menawan. "Kau benar-benar akan pergi besok untuk mengajar, Liam?" tanya Albert memastikan.
Tengah Moriarty mengangguk ringan, diikuti senyuman tipis yang sangat menawan untuk dipandang. "Tentu saja, Nii-san. Besok hari pertama ku mengajar di Universitas Durham, " jawab Liam dengan lembut.
Albert mengangguk pelan, kembali menyesap tehnya sebelum menatap wajah William lagi dengan lamat. "Hanya mengajar, atau kau ingin memastikan ia benar-benar datang, Liam?" Sorot mata hijau Albert lebih tajam dari sebelumnya, membuat suasana di dalam ruangan sedikit dingin dan keruh hanya karena tatapan matanya.
Hening, tak ada yang menjawab. Bahkan Louis sedikit meneteskan keringat dingin, akibat lomba tatap menatap antara kedua kakaknya yang terlihat menyeramkan. 'Mereka ini.. terbuat dari apa..'
Louis yang malang.
Mata William menyipit saat mendengar penyataan yang Albert ucapkan. Perasaannya saja, atau kedengarannya Albert seperti mencoba untuk mengintimidasinya? Tidak, tidak boleh berpikir seperti itu terhadap saudara sendiri.
William mencoba menyingkirkan pikiran buruk tentang Albert, menggantikannya dengan senyuman tipis walau matanya tak bisa membohongi. "Bahkan Nii-san nampaknya lebih tahu apa yang akan terjadi, ya," kekeh William.
Albert tersenyum tipis sebagai tanggapan. Dugaan seorang kakak tak pernah salah, ya.
'Ini keuntungan untuk kami bertiga.'
"Kau yakin ingin ke Durham, (Name)? Aku tak yakin tentang hal ini, apalagi jarak ke sana cukup jauh walau bisa ditempuh dengan kereta api."
Pertanyaan sekaligus pendapat yang dilontarkan Aidyn, adik tak sedarahnya membuat (Name) terdiam. Perkataan Carrington muda ini benar adanya, karena dia melihat situasi. Namun, bagaimana bisa Evergarden cantik ini meninggalkan pekerjaan yang ia tekuni sejak 10 tahun yang lalu? Lagipula dedikasinya pada pekerjaan sederhana ini tak main-main.
"Dan anehnya kau langsung berangkat besok, hanya karena perintah dari Julian. Aku harap kau waras dan mengurangi kecintaan mu pada hal tak berguna ini," sarkas Aidyn diikuti helaan nafas kasar. Dia merasa akhir-akhir ini ada yang tidak beres dengan (Name). Ada apa dengan wanita ini? Tidak mungkin tertular oleh Marlon dan teman-temannya kan?
'Ia terlihat gelisah selama 5 minggu terakhir ini. Apa yang pernah terjadi memangnya?' Aidyn terus mengamati gerak-gerik (Name) selama 5 minggu ini. Entah wanita itu yang tiba-tiba termenung, bolak-balik seperti orang linglung di taman belakang, ataupun tiba-tiba melukis 3 lelaki yang tak dikenali nya di atas kanvas. Meresahkan.
'Apa yang sebenarnya ia pikirkan..?' Melihatnya saja membuat pria 26 tahun ini ikut stress karena tingkah laku (Name). Jujur dalam lubuk hari terdalam Aidyn, dia benar-benar tidak bisa memahami (Name) dari segi manapun.
"Aku yakin, sangat yakin. Entah mengapa.. walau aku tolak sekalipun, akan ada suatu hal yang tetap menyeretku untuk pergi ke Durham," jawabnya dengan tegas, tanpa ada keraguan sedikitpun di mata berliannya.
'Aku.. memang tertulis di buku suci bahwa aku ingin menghindari ini. Namun.. aku lebih yakin bahwa buku suci itu takkan bisa mempengaruhi tempat ini sepenuhnya, seakan-akan buku suci hanyalah pengalihan karena semuanya sudah diatur.'
Aidyn tertegun mendengar jawaban (Name) yang terdengar penuh tekad dan harapan dalam nadanya. Carrington muda menghela nafas lelah, memijat pelipisnya lelah dan mengangguk sebagai tanda setuju. "Baiklah, aku kalah. Siapkan barang-barang mu dan kita akan berangkat besok pada pukul 7 pagi," titah Aidyn dengan mata zaitun yang serius sebelum bangkit dari kursi dan berjalan menuju kamarnya dengan batin yang bergejolak.
'Aku akan mencari tahu apa yang membuatmu keras kepala, (Name).'
Ada kalanya rasa penasaran lebih baik dikubur sangat dalam, dibandingkan harus menahan rasa sakit usai mengetahui fakta tak terduga.
'Perasaanku semakin kuat tiap detiknya dan aku tak ingin menghindar. Aku.. aku akan menghadapi mereka yang notabenenya mimpi burukku. Aku takkan lari lagi!'
Ada baiknya kau berdiam diri di Norwich sebelum menyeret dirimu sendiri ke dalam masalah yang lebih parah, (Name) Evergarden.
ꔵֺ CHAPTER V ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ
ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫
wes jadi, untung masi idup.
biasala, makin kesini makin sibuk wir. apalagi orenn mau mendekati kelulusan, doain aja yang terbaik yyyeah. smg tetap waras.
jangan lupa vote sama komennya bub, love u.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top