- 𝐇𝐄𝐋𝐋

(𝐧.) 𝐇𝐞𝐥𝐥
/hel/
      noun
a place regarded in various religions as a spiritual realm of evil and suffering, often traditionally depicted as a place of perpetual fire beneath the earth where the wicked are punished after death.

  ❝ 𝐇𝐞𝐥𝐥 𝐢𝐬 𝐞𝐦𝐩𝐭𝐲? ❞

        ❝ 𝐘𝐞𝐚𝐡, 𝐜𝐚𝐮𝐬𝐞 𝐚𝐥𝐥 𝐭𝐡𝐞 𝐝𝐞𝐯𝐢𝐥𝐬 𝐚𝐫𝐞 𝐡𝐞𝐫𝐞. ❞

Dalam agama dan cerita rakyat, neraka adalah lokasi atau keadaan di akhirat di mana para jiwa akan menjadi sasaran penderitaan yang bersifat menghukum, paling sering melalui penyiksaan, sebagai hukuman atas dosa dan perbuatan semasa hidup.

Agama di seluruh dunia ikut andil, bagaimana mereka menyatakan dalam sejarah ilahi yang linier sering menggambarkan neraka sebagai tujuan abadi. Seperti contoh yang paling populer adalah Kristen dan Islam.

Ajaran Gereja menegaskan tentang keberadaan neraka dan keabadiannya. Jiwa orang-orang yang meninggal dalam keadaan dosa berat turun ke neraka segera setelah kematian dan di sana menderita kesakitan neraka, 'api abadi'.

Dijelaskan dalam agama Islam, bahwa neraka (dalam bahasa Arab: النار, An-Nār atau جهنم, Jahannam) adalah tempat yang telah Allah Swt persiapkan untuk siksaan di akhirat bagi orang-orang yang berbuat dosa dan ingkar kepada-Nya. Neraka merupakan tempat pembalasan di hari akhir yang penuh dengan azab dan siksaan yang sangat pedih.

Dua konsep dan pengertian yang mirip, meskipun dalam agama yang berbeda. Secara keseluruhan dapat disimpulkan, bahwa neraka adalah tempat dimana kita menebus seluruh dosa yang kita lakukan semasa hidup untuk menyucikan diri dalam panasnya api neraka.

Semilir angin yang lembut menerbangkan beberapa helai rambut pirangnya, hanya menambah kesan dramatis di kala ia tengah gundah gulana. Entah apa tindakannya yang ia lakukan saat ini sudah benar, atau malahan melanggar norma di mata masyarakat? Rasanya hati begitu bimbang untuk menjawab.

Kedua tangan mungil yang terbalut sarung tangan kulit itu tengah memegang buku, dilingkari oleh anak-anak berkasta rendah kala ia membacakan cerita. "Pada akhirnya Adam, manusia pertama dibuang oleh Tuhan karena melanggar perintah surga bersama Eve. Dikisahkan dalam Alkitab, mereka menetap di bumi dan menjadi pemimpin bumi sampai saat ini."

Air wajahnya yang begitu tenang saat bercerita, hanya membuat decak kagum di antara wajah anak-anak panti asuhan karena (Name) Evergarden membawakan cerita dan pengetahuan yang tak mereka dapatkan selama ini. Ada binar mata saat kelereng scarlett itu mendengarkan dengan baik, kala melihat bagaimana gadis yang masih tergolong mampu ini mau membacakan buku cerita.

"Kita semua adalah keturunan Adam dan Eve." Tangan mungilnya teraih untuk membelai rambut salah satu anak panti, tentu saja mereka takkan menolaknya. Ucapan yang terucap membuat minat salah satu anak tergelitik, bagaimana (Name) berkata seperti itu disituasi seperti ini. "Karena kita adalah anak cucu mereka," lanjutnya.

"Jaa.. jika kita anak cucu Adam dan Eve, itu berarti kita semua sama kan?" Netra scarlett itu menatap lurus ke arah mata birunya, membuat semua perhatian ditumpahkan hanya untuknya seorang. "Kalau begitu, kenapa ada kasta dan kita diperlakukan berbeda sedangkan kita semua sama-sama anak cucu Adam?"

(Name) terdiam. Sebenarnya ia tak mengharapkan pertanyaan tersebut dari anak yang akan berperan besar dalam kisahnya. Kedua sudut bibir mungilnya terangkat, untuk mengulas senyum tipis diikuti sorot mata sendu yang dipenuhi kesedihan mendalam. Percayalah, (Name) juga selalu bertanya seperti itu pada masyarakat.

"Kenapa ya.." Ada jeda sesaat, sebelum ia menjawab. Kelereng birunya menatap mata merahnya yang kontras, ada arti yang bertabrakan dalam matanya hingga menciptakan ambiguitas. "Karena manusia menganggap dirinya lebih tinggi dibandingkan manusia lain, hingga terciptalah perasaan kesombongan yang mana kesombongan tersebut merupakan sifat Lucifer."

Anak laki-laki itu tertegun mendengar jawaban (Name), tak menyangka gadis 18 tahun itu akan menjawab berdasarkan pandangan sosial yang ada di masyarakat sekaligus agama. Bibirnya mengulum senyum, merasa senang dengan jawaban yang diberikan Evergarden muda.

"Nee-san.. kau benar-benar di luar ekspetasiku," ujarnya dengan nada lembut, menatapnya dengan sorot mata yang dipenuhi kerinduan juga kehangatan.

Perasaan hangat bersemayam dalam dada, hanya membuat aliran darah (Name) mengalir deras hingga tercipta semburat merah tipis di pipi tatkala mendengar pernyataannya yang terdengar manis. Tidak, (Name) tak bisa menerima emosi seperti ini. Ia sadar, tak seharusnya ada perasaan yang menghantuinya pada seorang anak kecil atau ia akan dipenjara.

'Dasar berondong sialan.' Tawa halus (Name) mengudara, menciptakan kehangatan dan kebingungan di antara anak-anak panti yang melihat interaksi mereka. Mereka tak terlalu mengerti apa yang keduanya bicarakan, namun ada rasa hangat dalam diri mereka dan menganggapnya cukup menggemaskan.

Louis adiknya tak bisa untuk tidak melihat interaksi keduanya. Kelereng merah yang senada dengan kakak laki-lakinya menatap binar ke arah Evergarden muda, bagaimana jawabannya terdengar mengesankan. 'Uhm.. jujur saja pembicaraan mereka begitu berat untuk kami, tetapi.. kenapa rasanya begitu hangat ketika melihat mereka?' Louis tak mengharapkan hal ini, namun apa yang dia lihat membuat matanya enggan untuk melihat hal lain.

"Kalau begitu, aku akan terus berada di luar ekspetasimu." Gadis itu mengulum senyum, memberikan tatapan hangat padanya sekaligus rasa sayang yang terselubung.

'Kamu hanyalah anak laki-laki malang di antara para binatang yang menjalang, Liam.'

Percakapan dengan intensitas tertentu, hanya menambah daya tarik keduanya pada perempuan yang mereka anggap kakak.

Langit oranye melakukan perubahan yang biasa mereka lakukan untuk menjadi gelap, sehingga malam datang. Perasaan hangat yang bersemayam mengutik waktu kian detiknya. Entah sudah berapa lama dia memikirkannya, rasanya akan ada hari esok untuk mengulang pemikiran ini lagi.

Tak pernah terbayangkan dalam benak Earl Asher Carrington untuk menaruh perhatian pada gadis pengantar surat. Sudah sekian lama tak ada satupun gadis yang bisa singgah sedalam ini.

"....." Kelereng zaitun itu menaruh perhatian pada tumpukan berkas yang ada di atas meja, walau pikirannya melayang ke arah lain yang tidak seharusnya dia pikirkan karena tak terlalu penting. "Ada sesuatu di balik mata birunya itu." Sejujurnya putra tertua Carrington begitu enggan untuk memikirkan gadis yang baru saja dia temui tadi siang. Namun, nampaknya seseorang memikirkannya usai pertemuan yang tak disengaja itu.

Kelereng zaitun itu melirik ke arah tumpukan kertas di sebelahnya, bagaimana kertas paling atas memperlihatkan sedikit informasi gadis yang baru saja dia temui hari ini.

Tangan besarnya meraih segelas anggur merah yang sudah dingin. Hanya perlu satu tegukan untuk minum, anggur merah dalam gelas ramping tersebut langsung habis tak tersisa. Rasanya begitu menyegarkan minum disaat sedang stress akan pekerjaan.

'Ia bukan dari Inggris, melainkan Prancis.' Mata zaitun Asher berkilat, kala bagaimana gadis muda itu mampu menarik perhatiannya. 'Informasi yang didapatkan juga sedikit, seakan-akan gadis itu bukan dari sini.' Ada jeda sesaat, sebelum Asher menghembuskan nafas berat. Dia bisa merasakan sedikit beban yang timbul dalam dadanya.

Kilatan tajam dan intensitas yang berbahaya timbul di balik matanya, membuat rasa sakit akan masa lalu kembali menghantuinya. Cengkraman pada gelas mengerat diliputi rasa marah dan emosi yang mendalam, mengingat kejadian 14 tahun silam yang membuat seseorang merenggang nyawa.

'Aku tak tahu mengapa, tapi..' Usapan kasar pada rambutnya, hanya menambah beban pikiran yang datang kian detik. Entah apa yang dia pikirkan sampai seperti ini, rasanya begitu membebani dada. 'Rasanya gadis itu bisa menolongku dari masalah ini.'

Seakan-akan gadis itu bisa menyelamatkannya dari segala marabahaya dan tipu daya, walau dirinya adalah seorang pendusta.

Tak terbayangkan dalam benak, betapa teriknya matahari di Durham. Dalam lubuk hati terdalam akan mengatakan, bahwa cuaca seperti ini akan membuat siapapun gila. (Name) berani bersumpah, siapapun yang menganggunya akan dianggap untuk berperang dengan dirinya.

"Panas banget setan! Mana gua ga bawa apa-apa jancok. Padahal kepengen banget buat minum, ugh!!"

(Name) mengeluh, bukan melenguh. Bagaimanapun juga cuaca panas membuat suasana hatinya semakin memburuk, ditambah lagi ia tersesat maka ia mendapatkan double kill dari dunia untuk saat ini. "Perasaan gue kaga ada rencana mau ke Durham deh di dalem buku. Terus kenapa tiba-tiba gua ngeiyain perintahnya Yang Mulia Maharaja Kaisar Maha Agung Julianto yak?"

Mengomel, kemudian melawak. Ah, lucu sekali. Ciri khasnya tak pernah hilang dalam atma, walau entah sudah berapa kali beliau ini di revamp oleh aliansi jeruk oranye ini.

Hembusan nafas lelah tak pernah absen dari bibirnya, seakan ia adalah wanita paling sial di dunia ini karena beban yang dipanggul. 'Ada bagusnya tidak bertemu Liam di sini. Sesuai ingatanku, pria itu ada di toko buah salah satu warga di sini.'

Ada rasa kerinduan yang membuncah, namun ego melarangnya untuk meluapkan karena akal sehat juga mengendalikan.

'Bagaimanapun juga ini bukanlah waktu yang tepat, terlebih lagi masih terlalu dini untuk bertemu dengan mereka.' Ada jeda sesaat dalam benak, memikirkan kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi bila bertemu dengan salah satu dari mereka. 'Lagipula.. aku masih belum puas mengadu domba pihak benar dan pihak salah.'

Sudah tua bau tanah, bukannya bertaubat malah bermaksiat. Bahkan Malaikat akan geleng-geleng, dikarenakan melihat manusia seperti (Name) yang sudah kebal dengan dosa.

'Eh- tunggu-...'

Hening. Butuh waktu beberapa detik sebelum waktu mengambil alih. Evergarden tertegun, bagaimana bisa secara tiba-tiba ia berada dalam lingkungan rumah para warga lokal sedangkan pikirannya melantur kesana-kemari?

"Dan yap, beliau ada di sana sambil beli buah-buahan yagesya." (Name) tersenyum miris, kala mendapati seseorang yang selama 13 tahun ia rindukan. Ya, William. William James Moriarty, salah satu anak yang selalu membuatnya takjub akan kecerdasannya selama ini.

Netra berlian yang dipenuhi kerinduan dan kesedihan tak dapat terbendung dari balik matanya, disaat ia melihat seorang anak yang pernah (Name) temui di panti pada masa lalu. Remasan pada dadanya membuat ia sakit, tak sanggup menahan rindu yang membendung walau kakinya begitu enggan untuk berjalan seinci pun. Tidak, tidak boleh. Bagaimanapun juga tidak boleh.

'Aku- ugh..! Aku mau menyapa William. Namun, rasanya Tuhan sedang mempermainkanku dan aku sulit untuk bergerak!' (Name) menggerutu sebal. Keinginannya sudah di depan mata, namun sepertinya Tuhan masih ingin bermain-main dengannya.

Tidak bisa bergerak, namun terbesit ide gila di benak. 'Kalau begitu mari kita bermain kucing-kucingan, Liam. Aku tikus dan kau kucingnya.' Ah ya, wanita ini memiliki banyak cara untuk mendapatkan yang ia mau.

'Bagi Liam aku adalah dunianya. Mari kita lihat, seberapa jauh Liam terus menganggapku sebagai dunianya.'

Tolong siapapun pukul kepercayaan diri (Name) agar egonya tak semakin tinggi, karena membuat kesal saja.

Dan yap, adegan yang sebelumnya ditunjukkan kembali terulang. Bagaimana wanita 31 tahun itu berteriak dan membuat latar seakan-akan banyak orang walau kenyataannya tak ada seorangpun di sana. Secara apa yang dilihat, (Name) tahu bahwasannya William hanya akan fokus padanya.

'Nah, siapa yang akan menyangka kalau teori distorsi otak akan berhasil? Waktunya kabur!'

Dasar wanita brengsek.

ꔵֺ CHAPTER VIII ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ

ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫

dan yap, malah kabur wak 😹. makanya vote dulu yuk, biar cepet' ketemuan lagi dan jangan jadi sider yaa.

dan yap, orenn anggap kalian masih ngutang hoho. especially kalian para sider.

tapi orenn baik hati dan tidak sombong, makanya orenn up bedanya dilamain aja 😹.

makasi 900 followers nya 🤍. manifesting tahun ini bisa 1k followers pls.

(aamin gede)

okedeh, bye bye temen-temen~

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top