𝐂𝐑𝐈𝐌𝐄 𝐀𝐍𝐃 𝐁𝐄𝐀𝐔𝐓𝐘

(𝐧.) 𝐁𝐞𝐚𝐮𝐭𝐲
/ˈbyo͞odē/
      noun
is commonly described as a feature of objects that makes these objects pleasurable to perceive.

❝ 𝐘𝐨𝐮 𝐥𝐨𝐨𝐤 𝐬𝐨 𝐛𝐞𝐚𝐮𝐭𝐢𝐟𝐮𝐥. ❞

❝ 𝐋𝐢𝐤𝐞 𝐋𝐢𝐥𝐢𝐭𝐡, 𝐞𝐡? ❞

25 September 2019, Rumah Sakit Washington, California.

Memiliki paras cantik adalah impian semua gadis di dunia. Rambut panjang yang berkilau, kulit putih lembut seperti sutra, hidung mancung, warna mata langka yang indah, rahang simetris, bibir merah alami, tubuh langsing, jari-jemari yang lentik, serta tubuh harum seperti bunga. Perempuan mana yang tak menginginkan tubuh ideal dengan kecantikan luar biasa? Hanya perempuan aneh yang tak menginginkan dirinya cantik.

Namun, standar kecantikan orang-orang pastilah berbeda. Ada yang harus berkulit putih dan berambut lurus baru dilabeli cantik, ada juga yang berkulit gelap dan berambut panjang, adapula yang berleher panjang. Setiap negara dan setiap orang, memiliki standar kecantikan masing-masing.

Cantik itu relatif. Setiap orang memiliki penilaian masing-masing pada diri mereka. Tetapi bagaimanapun juga, cantik itu segalanya.

Hidup tanpa memiliki kecantikan, hanya akan membuat dirimu tersisihkan. Bahkan orang jenius sekalipun akan kalah, dengan mereka yang memiliki paras menawan. Begitulah konsep dunia ini. Layaknya Cain sang putra Adam yang rela membunuh adiknya sendiri, demi menikahi Aclima yang memiliki paras cantik.

Netra karamelnya yang gelap memandang lemah ke arah kaca besar yang ada di dinding sebelahnya. Tak ada tanda-tanda kehidupan dibalik mata gelap miliknya, seolah-olah mata tersebut mengatakan bahwa sang pemilik mata sudah mati.

Tak dapat dipungkiri bahwa tubuh mungilnya merasakan sakit luar biasa dari dalam, makanya tak heran bila mata gelap tersebut memberikan reaksi demikian pada dunia luar yang membosankan baginya.

"Rasanya sakit.. sangat.. sakit.. seperti aku akan mati hari ini.." Helaan nafas keluar dari bibir cantiknya yang pucat bagaikan mayat, atau memang ia adalah seorang calon mayat. Tak dapat dipungkiri tubuhnya terpasang berbagai selang di lengan dan hidungnya, demi menopang hidupnya yang berada diujung tanduk.

(Name) Evelyn Grace tak akan menyangka bahwa setahun di rumah sakit, ia sudah genap berusia 21 tahun. Naas, di umurnya yang sudah terbilang dewasa harus mendekam di atas ranjang rumah sakit dengan berbagai obat-obatan dokter untuk membuatnya tetap hidup.

Helaan nafas keluar dari bibir pucatnya, dengan kantung mata kendur yang diakibatkan kurangnya ia dalam istirahat. (Name) terlalu takut untuk menemui alam mimpi, akibat masa lalu yang terus menghantuinya tanpa henti. Lucu. Sudah tahu memiliki penyakit, namun ia malah mencari penyakit lagi.

Mata gelap (Name) bergulir ke arah kalender yang berada di sebelahnya, menatap kalender dengan tatapan intens walaupun matanya tak kuat melihat apapun lagi. Rabu, 25 September 2019. Tanggalnya dilingkari spidol merah, dan jelas sekali bahwa wanita muda yang masih lajang ini mengingat maksud dari lingkaran merah tersebut.

"U-ulangtahun.. hari ini ulangtahun ku.." gumamnya gemetar, mencoba meraih kalender tersebut walau usahanya sia-sia. Tangannya terlalu lemah tak berdaya untuk menggapai lembaran kertas berisikan angka tersebut. Fakta bahwa dirinya masih lemas membuat (Name) semakin membenci dirinya sendiri, karena memiliki kanker yang tak kunjung sembuh meskipun sudah banyak obat yang ia telan.

"Aku.. a-aku.. rindu ibu.." Bulir bening dari sudut matanya terjun bebas begitu saja, padahal tak ada seorangpun yang menyuruhnya untuk menangis. Sedangkan mulutnya terus meracau tak jelas, menyebut panggilan untuk seseorang yang (Name) sangat ingin ia dekap saat ini. "I-ibu.. aku rindu ibu.. s-sakit.. rasanya sakit.. terlalu menyakitkan, bu.."

Pikirannya melayang ke masa lalu, tepat dimana ulangtahunnya yang ke 17. Sweet seventeen, begitulah kata orang-orang ketika seorang remaja sudah menginjak usia 17 tahun. Memori tersebut masuk ke dalam otaknya secara paksa, yang membuat jiwanya mengingat kembali kenangan indah yang pernah ia alami selama ini.

Kilas Balik.

Bola mata karamelnya membola, ketika melihat kotak berukuran sedang yang terbungkus rapih oleh kertas dengan motif yang lucu. Gadis tersebut menolehkan kepalanya, mengulas senyuman hangat pada wanita paruh baya di sebelahnya dengan tatapan lembut.

Ia mendekat, memberikan ciuman sederhana pada pipinya, menatap wanita paruh baya itu dengan mata karamel yang penuh cinta dan kasih sayang. Ia meraih tangannya yang sudah termakan usia, dengan gerakan lembut dan menggenggamnya erat. "Aku suka kado dari ibu, hehe! Apapun yang ibu berikan (Name) tetep suka! Makasih banyak bu!!"

Wanita paruh baya mengangkat kedua sudut bibirnya dan memberikan senyuman tipis. Tangannya meraih tubuh gadis kecil, mendekapnya erat dalam lengannya, seolah-olah takkan pernah melepaskan ia untuk selamanya. "Selamat ulangtahun, (N/n) sayang.. semoga kamu bisa menjadi wanita yang sukses di masa depan nanti.. jaga dirimu ya? Ibu bakalan dukung kamu dari sini, dan ayah bakalan selalu ada dalam langkah hidupmu."

"Makasih bu!! (Name) ga akan pernah lupa, kalau ayah masih sama (Name)! Doa (Name) buat ayah ga akan pernah berhenti, karena (Name) sayang sama ayah dan ibu!"

Seharusnya gadis tersebut tahu, bahwasannya sweet seventeen nya adalah ulangtahun terakhir bersama ibunya.

Akhir kilas balik.

(Name) tahu, seharusnya ia tak pernah dilahirkan di dunia ini agar tak mengalami rasa sakit berkepanjangan.

Secara tiba-tiba jantungnya berdetak lebih kencang dari biasanya. Aneh.. (Name) selalu merasa bahwa aliran darahnya tak pernah sederas ini seumur hidupnya. Dan sekarang. Katakan bahwa jantungnya terus memompa darah lebih cepat, mungkin di atas normalnya. Lehernya terasa tercekik, jari-jari kaki yang tak bisa digerakkan, dan syarafnya seperti ditarik secara paksa dari bawah.

"A-ah.. ibu.." Kenangan indah yang diputar otaknya telah terjadi 7 menit yang lalu. Dan sekarang (Name) tahu, bahwasannya ini adalah waktunya untuk menemui Tuhan dan mempertanggung jawabkan segala perbuatannya di dunia.

Bibir mungilnya mengulas senyuman hangat, menatap langit-langit kamar rumah sakit dengan mata karamelnya yang sayu. Meskipun telah mendekati ajal, (Name) takkan pernah menyesal bisa dilahirkan dari rahim wanita terhebat dalam hidupnya. 'Segala puji bagi Tuhan, Sang Penguasa langit dan bumi.'

Kedua mata karamel miliknya tertutup dengan perlahan, diiringi senyuman lembut yang tak kunjung pudar dari bibir mungilnya. Tangannya langsung melemas, dengan tubuhnya yang langsung melemah disaat matanya sudah tertutup. Dan di detik itu juga, jantungnya langsung berhenti sebagaimana mestinya.

(Name) Evelyn Grace lahir pada tanggal 25 September 1997 di Bandung, Jawa Barat, dinyatakan tiada di rumah sakit Washington, California akibat kanker yang dideritanya.

Akhir bagi ruhnya di dunia ini, namun awal bagi cerita ini.

Bukannya bangun di alam kubur, kemudian diwawancara malaikat apakah pantas masuk surga atau neraka, wanita berkebangsaan Indonesia ini malah terbangun di ruangan hampa yang tak ia kenal. Mata karamelnya melihat sekeliling, mencoba memproses apa yang terjadi padanya saat ini. "...kupikir akan ada sesi tanya jawab dengan malaikat yang bertanya di alam kubur.." gumam (Name) bingung.

Kaki jenjangnya melangkah ke depan, mencoba mencari petunjuk di ruangan hampa ini. Aneh rasanya. (Name) yakin bahwa ia sudah mati, karena ruhnya terasa ditarik paksa untuk keluar dari raganya. Namun sekarang? Konyol. Ia malah terbangun di ruangan hampa, tak ada setitik warna pun selain putih.

"Sepertinya kau kebingungan di sini ya?"

Sebuah suara menggema dalam kepala Grace muda, yang membuatnya langsung menghentikan langkah kakinya. Ia terdiam sejenak, sebelum menolehkan kepalanya kesana-kemari untuk mencari pemilik suara.

Kosong. Tak ada orang di sana. Mata karamel miliknya menatap sekeliling dengan tatapan intens, mencoba mencari suara yang bertanya padanya.

"Astaga.. haha~ kau benar-benar lucu ya, (Name)~"

Tawa lembut menggema ke seluruh penjuru ruangan, membuat (Name) bergidik ngeri karena takut ketempelan setan. Ditambah lagi, suara tersebut mengetahui namanya yang membuat wanita muda itu merasa makin takut.

Tidak takut pada kematian, namun takut pada hantu. Lucunya komedi hari ini. Tak serta-merta (Name) takut dengan hantu. Alasannya sendiri adalah, karena ia pernah melihat arwah temannya yang ia hutangi saat masih SMA. Dan semenjak itulah, ia menjadi takut dengan hantu juga takut untuk berhutang dengan orang lain.

Cara yang bagus untuk menagih hutang pada pengutang yang lebih galak dari peminjam.

"Siapa..?" gumam (Name) pelan, bahkan hampir berbisik. Tak ada jawaban untuk beberapa saat, sebelum pada akhirnya terdengar petikan jari yang menggema di ruang hampa.

Ctak!

Tak perlu menunggu lama, ruangan hampa langsung digantikan ruangan yang memiliki isi. Bentuk ruangannya jauh lebih baik dibandingkan yang sebelumnya, kosong melompong seperti dompet sang penulis.

Ribuan buku tersusun rapih di atas rak yang menempel dengan tembok bercat coklat gelap. Dengan satu meja kayu eboni yang tentu saja tak murah harganya. Dan (Name) tahu persis merk dari meja tersebut. Disertai 2 kursi beludru merah terletak di depan meja yang saling berhadapan, juga lilin gantung di atas langit-langit ruangan yang agak gelap dan remang-remang.

Bagus. Ruangannya begitu otentik dan terlihat kuno. Sepertinya pemilik ruangan ini memiliki selera tinggi akan seni dan selera tertentu dengan desain Eropa tang gelap.

Kaki telanjangnya mendekati meja dengan perlahan dan hati-hati, takut merusak lantai coklat dengan ukiran emas di atasnya. Netranya menatap intens ke atas meja, sebelum tangannya menyentuh meja kayu eboni tersebut.

Matanya terlihat kagum saat mengamati ukiran rumit di atas meja. Tangannya dengan hati-hati memeriksa dan mengamati mereka, dengan tatapan kagum. "Eboni.. ukirannya begitu rumit dan dicat dengan emas asli.. jika dijual di pasar dunia, pasti tak murah.." gumam (Name) mengagumi tiap inci dari meja tersebut.

Sebagai seorang wanita lulusan SMK Dharmawadya Crepuscule jurusan Pemasaran kota DI Yogyakarta, (Name) tahu betul akan minat masyarakat kalangan atas akan kayu eboni.

"Kau memiliki mata yang bagus."

Hembusan nafas hangat terasa di tengkuk leher Grace muda. Sekujur tubuhnya langsung tegang, dengan bulu kuduknya yang sudah berdiri. Lantas ia membalikkan tubuhnya dan mendapati seorang pria dengan rambut abu-abu perak yang tersenyum padanya, dari jarak sedekat ini.

Kaget, (Name) sangat kaget. Ia melotot dan langsung mundur ke belakang, menyebabkan pinggulnya langsung terbentur ujung meja dengan cukup keras-

DUAGH!!

"ADUH-"

Bodoh. Ia meringis kesakitan, tatkala merasakan sakit dan sensasi nyeri menjalari pinggulnya yang terbentur meja. (Name) mengelus area tubuhnya yang sakit, mencoba untuk mengurangi rasa sakitnya, walaupun rasa malunya tak tertahankan saat itu juga.

".........."

Pria yang ada di depannya bergeming, mengamati (Name) dengan wajah kaget. Tak dia sangka, bahwasannya berbisik seperti tadi bisa menyebabkan efek seperti itu.

"A-ah.. maaf.. aku tak bermaksud seperti itu.." bisik pria tersebut diselimuti rasa bersalah. Dia menggaruk pipinya yang tak gatal, dan meraih tangan mungil (Name) demi membantunya berdiri. "Apakah masih sakit?" tanyanya dengan nada khawatir.

(Name) takkan berbohong bila pria ini memiliki suara yang begitu lembut, sehingga membuatnya bergeming di tempat. Rona merah tipis menjalari pipi pucatnya, dengan suhu tubuh yang meningkat. Ia memalingkan muka, dan menganggukkan kepalanya lembut. 'Sial.. suaranya begitu lembut dan menawan,' batin (Name) meringis.

Kedua sudut bibir pria itu melengkung, mengulas senyuman tipis seraya mengangkat kertas di tangannya yang terlapisi sarung tangan putih. Rasa penasaran dan heran singgah sejenak dalam batinnya, menatap dia dengan tatapan bertanya-tanya ketika dia membuka bibirnya dan mulai membaca kertas tersebut.

"Adora (Name) Nataprawira, lahir di Bandung pada tanggal 25 September 1997. Meninggal pada tanggal 25 September 2019, akibat kanker yang dideritanya. Berusia 21 tahun dan lulusan University Crepuscule, jurusan Seni dan Sastra," ucapnya panjang lebar, seolah-olah tengah membacakan biografi (Name) sendiri.

(Name) melongo, semut melongo, Orenn pun kabur. Netra karamelnya memincing tajam, dan mencoba memproses perkataan pria berambut perak tersebut. Dari segi tanggal lahir, usia, penyakit, bahkan tempat kampus ia menimba ilmu benar semua. Namun, dari nama yang disebutkan.. (Name) tak mengenalinya.

"Adora (Name) Nataprawira?" Ia mengulangi nama itu, membuat pria tampak muda tersebut menganggukkan kepalanya. "Ya. Itu kamu 'kan? Adora (Name) Nataprawira," ucapnya sekali lagi.

(Name) diam, membuat kening pria tersebut berkerut. Netra oranye nya memincing, menatap (Name) dengan tatapan intens dari atas ke bawah, mencoba menganalisa. Entah apa yang dia pikirkan, jelas saja diam nya (Name) membuat pria itu terus mengamatinya.

"Apakah aku benar, Nona Adora (Name) Nataprawira?" tanyanya untuk kesekian kalinya. Jantung pria itu berdetak kencang dari dalam, berharap sang wanita menjawab "Ya" saat dia melontarkan pertanyaan tersebut.

Deg.. deg.. deg..

(Name) menggelengkan kepalanya, dengan ekspresi wajah yang heran saat pria tersebut terlihat takut bila itu bukan dirinya yang tidak sesuai dengan namanya. "Honestly.. itu bukan namaku.." gumam (Name), menatap lurus ke arah pria bermata oranye terang itu.

Terlalu lama di Eropa membuat aksennya datang secara tiba-tiba. Beruntungnya bukan aksen Jaksel, yang wicis literi, walaupun bahasa (Name) agak dicampur-campur.

BRAKK!!

Tanpa diduga pria tersebut langsung jatuh dan tersungkur ke lantai, menyebabkan (Name) melotot kaget dan langsung menghampiri tubuhnya. "T-tuan! H-hei!" Dengan perasaan panik, tentunya.

"B-bangun Tuan! J-jangan tidur di sini!! K-kamu dengar tidak!!?" Tangan mungilnya menggoyang-goyangkan tubuh pria tersebut yang jauh lebih besar darinya. Dengan segala cara ia berusaha membangunkan pria tersebut, bahkan sampai menepuk-nepuk pipinya agak kencang agar bangun.

"Lean.. sialan.. akan aku bunuh burung dara itu.."

Sepertinya ada suatu kesalahan fatal di sini. Yang jelas, kesalahan tersebut akan membawa pengaruh besar dalam kehidupan karakter utama tambahan selama buku ini berjalan.

ꔵֺ OPENING ꓺ ʻ ℎ𝑎𝑣𝑒 𝑏𝑒𝑒𝑛 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑙𝑒𝑡𝑒𝑑 ʼ

ִ┊ֺ᭝݊⢾ִ̜̜̜🍊⃞⡷ྀ 𝐏ᦅ͜͡ʝׂᦅ𝗄ׂ 𝕺ɾᧉ꯭۫ᥢᥢ𝆹ִ𝅥𝆭 ꮺ◜ִ۫

SIAPA YANG KANGEN FIC INI? HAHAHHAA anjay mabar

maaf guys, orenn terlalu sibukx dan malazz. but alhamdullilah sekarang bisa up, karena prolog yang satu ini jadi pelampiasan orenn setelah ujian matmin 🤫

fak matmin.

di sini nem ga akan terlalu liar kayak chapter yang udah udah. jadi ya, bakalan disesuaikan sama sifat violet yang kalem walaupun nanti ada miring dikit.

TBH TADINYA GAMAU PAKE VIOLET ANJAY, KARENA TERLALU MERUSAK KARAKTERISTIKNYA. sampe dimana nem ini mau dipindahin jadi mc original orenn aja, gausa pake karakter lain.

tapi! ada tapinya nih! berhubungan orenn author yang anjay mabar slebew punya keunikan tersendiri, jadi orenn tetep kekeuh buat pake violet, yey!!

santai yang waifu nya violet (waifu gua ajg), jadi nem ga akan merusak seluruh karakter violet walau bakalan ada ooc dikit hehe-

kalau kemarin nem sok kuat, tapi kelemahan nem bakalan langsung terungkap. kayak masa lalunya, udah disebutkan di atas, meskipun ga banyak.

perubahan mc di sini juga banyak pake banget. kayak umur kematian, cara mati, bahkan hal-hal ga penting semuanya diganti demi kepentingan plot cerita. jadi ga sertamerta diganti, ada teknik dan tujuannya tersendiri, anjayy.

gimana angst nya? orenn tw jelek, soale bukan author angst anyieng. mmfy, orenn ini author aliran realisme 🤑 /alah.

sekian makasih! jangan lupa tanda bintang di pojok kiri bawah. bay bay minna-san~

akan orenn revisi kalaw inget hh

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top