#𝐂𝐇𝐀𝐏𝐓𝐄𝐑 𝐈𝐈

PAGI HARI telah tiba, matahari telah menampakkan dirinya di ufuk timur. Burung-burung berkicau dengan riang.

Kini mereka bertiga sudah stay di bandara untuk menunggu pesawatnya, sengaja datang pagi agar tidak terlambat lalu di tinggal sama pesawatnya.

Karena pesawatnya berangkat jam 9 pagi, dan mereka sudah berada di bandara sejak jam 6 pagi. Siapa yang suruh ke bandara jam 6 pagi? Jawabannya [Name].

Iya, [Name] takut dia ditinggal sama pesawatnya lagi waktu pas dia pertama kali berangkat ke Jepang. Trauma dia.

Ciss dulu yang pernah hampir di tinggal sama pesawatπŸ˜„πŸ“Έ.

"KepagIAN kita berangkatNYA, sekarang harUS nungGU lama puLA di bandaRA"Ketus Natsume dengan [Name], karena idenya mereka harus menunggu 3 jam di bandara.

"Masih mending harus nunggu 3 jam, daripada nanti berangkatnya di lama-lamain malah ketinggalan pesawat"

[Name] menatap Natsume datar, udah ngeluh berangkat jam 6 pagi, gak mau nunggu dengan sabar, udah gitu barang bawaan milik Natsume harus dia bawa.

Mentang-mentang [Name] orangnya baik, produser mereka juga, barang bawaannya malah disuruh [Name] yang bawa.

Cuman barang bawaan Natsume yang banyak, mau tau isinya? Beuh peralatan santet semua, buat berguru nanti kalau udah sampai di Bandung.

Giliran soal santet-menyantet aja langsung gercep.

"Ini barang bawaan kamu bawa sendiri, ku capek bawanya"

[Name] menyerahkan semua barang bawaan milik Natsume kepada orangnya, membuatnya menatap jengkel kepada produsernya.

"KenaPA harus aKU?"

"Itu kan punya kamu bangsat"

Natsume menggelengkan kepalanya, ogah dia bawa barangan miliknya, barang yang dia bawa banyak, capek dia gotong barang bawaannya sendiri.

[Name] yang melihat Natsume ogah membawa barang bawaannya, menatapnya dengan tatapan 'Setidaknya-bawa-beberapa-barang-bawaan-kamu-jangan-aku-semua-yang-bawa'. Bukannya menanggapi tatapan yang diberikan oleh produsernya, Natsume malah mengalihkan pandangannya ke sekitar.

[Name] yang merasa diabaikan oleh Natsume tersenyum getir, dukun satu ini memang banyak maunya. Untung saja produsernya sabar menghadapi sifat abnormal temannya.

"Aku ambil beberapa barangnya"

Tsumugi yang mengambil beberapa barang bawaan Natsume, peka dengan perasaan produsernya yang kesusahan membawa barang bawaan ketua unitnya.

"Sora juga bantu bawa ya!"

Belum sempat menyentuh barang bawaan milik Natsume, [Name] langsung mencegah Sora, melarangnya membawa barang bawaan Natsume. Membuatnya kebingungan.

"I-ini berat! Nanti Sora malah kelelahan bawanya"

Oke, sekarang [Name] merasa bersalah karena telah membohongi Sora, adik kelas kesayangannya. Bukanlah barangnya berat, ia punya alasan lain agar Sora tidak membawa barang bawaan Natsume.

Karena semuanya itu peralatan santet, mana mungkin [Name] biarin Sora bawa barang kayak begitu :(.

"Tapi Sora ingin membantunya, apa ada barang bawaan lain yang bisa Sora bantu untuk membawanya?"Sora berharap kepada produsernya, berharap agar ada barang bawaan lain yang bisa ia bantu bawa. Karena ia tidak tega melihat produsernya kesusahan.

Avv dedek Sora baik banget(qノω\q)❀️.

"Ini, kamu bawa tas kecil ini aja"

[Name] menyerahkan tas kecil yang tidak berat, tasnya hanya berisikan sebuah buku tentang ilmu hitam yang tentunya milik Natsume.

Sora menerimanya dengan tatapan berbinar, dengan senang hati ia membawa tas kecil tersebut. Ia sangat senang bisa meringankan sedikit barang yang [Name] bawa.

"YAH gitu doaNG harus dibantUIN, lemAH"Cibir Natsume melihat semua barang bawaannya yang ia serahkan kepada [Name], dibantu oleh teman-temannya.

"Jancok, badan gw pegel bawanya"Sinis [Name], melihat Natsume yang seenaknya blak-blakan memberikan komen kepada [Name].

Kekesalannya bertambah saat melihat Natsume menatapnya dengan tatapan mengejek, membuatnya hampir mengajak ribut di bandara, tapi dengan sigap Tsumugi segera menenangkan suasana hatinya.

Memang cuman Tsumugi sama Sora yang paling perhatian, LOVE SEKEBON UNTUK MEREKAπŸ₯°β€οΈ.

Kini mereka sudah berada di dalam pesawat, setelah menunggu 3 jam lamanya di bandara. Dengan segala kekuatan kΜΆeΜΆtΜΆiΜΆdΜΆaΜΆkΜΆsabar, akhirnya mereka berada di dalam pesawat juga.

[Name] memutuskan untuk duduk bersama Sora, dengan Sora yang duduk di dekat jendela dan ia duduk di pinggir. Lalu Natsume yang bersama dengan Tsumugi yang berada disampingnya.

Ogah banget [Name] duduk sama Natsume, masih musuhan dirinya dengan si dukun, sehingga Tsumugi harus duduk di samping produsernya yang dihalangi oleh tempat untuk orang berlalu-lalang.

Kalau Natsume yang ada di samping [Name], bukan duduk di samping jendela, atau satu barisan samanya. Udahlah perang dunia keempat langsung pecah.

Yang satu nyerang pakai ilmu santetnya, yang satu cukup dengan memakai doa.

"UntuNG ajA gak duDUK sama oraNG stress"Gumam Natsume sambil menatap jendela pesawat, yang tentunya gumamannya masih dapat di dengar oleh [Name].

"Maksud kamu apa ya?"Tanya [Name] bingung dengan maksud gumaman si dukun.

"KaMU orang streSS"

"Sialan kamu dasar dukun terkutuk"

Lagi-lagi Tsumugi harus melerai pertengkaran mereka berdua, dengan Sora yang ikut membantunya. Sebelum pertengkaran mereka semakin memanas sehingga menganggu kenyamanan penumpang lain.

Bisa-bisa mereka di usir dari pesawat gara-gara membuat keributan.

Berapa menit kemudian, pesawat yang mereka naiki lepas landas. Mereka duduk dengan tenang di kursi pesawat, berusaha sekuat Mungkin untuk tidak membuat keributan.

Ini sih yang mancing keributan [Name] sama Natsume.

[Name] yang memutuskan untuk memakan cemilan yang ia bawa di tasnya begitupun dengan Sora, dan Tsumugi yang membaca buku novel yang ia bawa.

Natsume baca buku juga, cuman buku panduan santet-menyantet yang ia bawa untuk berguru di Bandung.

"Dih, buku kek gitu masih aja lu baca"[Name] menatap datar kearah Natsume yang sedang membaca buku, tanpa ditanya dirinya juga tau buku apa yang ia baca.

"DiEM kamu, nO komen-komEN dengan aPA yang saYA lakukan"


BαΊ‘n Δ‘ang đọc truyện trΓͺn: AzTruyen.Top