IV

Hutan, tempat yang menyeramkan. Apapun bisa berada disana, namun, ketakutan dan kegelisahan mengalahkan suasana mencekik hutan. Semuanya buram, kamu tidak melihat apapun selain berlari lurus ke depan. Bersyukur belum tersandung atau menabrak sesuatu.

Tidak. Kamu berbicara terlalu cepat. Batu baru saja menggigit ibu jari dan kamu tersungkur tanpa berusaha menahan dampaknya. Terjerembab ke dalam sungai yang surut tidak jauh berbeda dengan menghantam bebatuan di sekitarnya. Mungkin bajumu basah dan kamu tidak perlu membasuh darahmu, arus akan membersihkannya untukmu.

Sungguh, mengapa hidup mesti seperti ini? Menyakiti dan disakiti, bukan, sebenarnya mayoritas hanya kamu yang menyakiti dan merasa tersakiti. Tidak puas dan ingin orang lain merasakan penderitaanmu.

Itu tidak benar, kamu seharusnya tidak melukai yang tidak bersalah, tidak merusak apa yang tidak pantas menerima kemarahanmu. Namun disinilah kamu, melarikan diri dan tidak menghadapi dosa-dosamu.

Apakah akan baik-baik saja jika mereka besok menemukan mayat mengambang di dekat tempat pencucian? Sungai ini jika tidak mengarah ke laut, maka itu kearah lain dimana benteng Izu berada. Berada lebih dekat laut akan lebih baik dibandingkan mereka menemukanmu.

Setelah ini, kamu akan kembali ke laboratorium dan diberikan tubuh baru. Menyusahkan. Tetapi inilah kekurangan dari perjanjian dengan dewa. Kamu berharap, setelah ini kamu benar-benar dikurung di suatu tempat sebagaimana mestinya.

“Kamu disini … tuanku. Ayah ini …” tidak ada kata-kata lagi yang keluar ketika kamu bangkit guna menjauhinya, sempoyongan, kamu bukan mayat tetapi bertingkah seperti satu.

Kogarasumaru mungkin tidak mengerti emosi manusia, dia tidak mengetahui apapun tentangmu selain kemarahan tidak berkesudahan. Berbagai bentuk cara yang kamu lakukan agar kemarahan itu menghilang, tetapi tidak ada yang berhasil. Semakin lama, kemarahan itu bermetamorfosis menjadi kesedihan, perluasan emosi yang tidak terselesaikan. Kamu memilih kesendirian sebagai penyelesaian.

“Setidaknya jika kamu berniat pergi ke jalur yang tidak bisa makhluk lain gapai, beritahu pedang tua ini dan aku akan kembali ketempat awal.” Kamu berbalik, melihat wajahnya tenang. Apakah toudan selalu seperti ini? Shichiseiken juga akan melakukan hal yang sama? Kamu menolak membiarkan kehidupan lain hilang karenamu.

“Tidak.” Kata yang keluar di sela-sela nafasmu. Sungguh, kamu tidak tahan lagi melangkah lebih jauh, atas dorongan emosi, mungkin juga karena tubuhmu sudah menyerahkan ketika kamu berendam dalam sungai.

Bisakah kamu bersyukur karena kali ini ada seseorang yang menangkapmu? “Ayah ini menghargai keputusan tuannya.”

Bukan … bukan seperti itu maksudmu. Kamu tidak ingin dia hancur karena tindakanmu. Mengapa kamu tidak memikirkannya? Pikiranmu belakangan ini kacau, huh? Kamu tidak tahu apakah toudan akan diambil kembali jika saniwa mereka membuat kesalahan. Bagaimana jika iya? Bagaimana jika Kogarasumaru nantinya harus menanggung dosamu?

Kamu yang berbaring di pangkuannya mencengkram kain celananya. Berbagai kemungkinan terburuk terlintas di benakmu. Itu semua karena kamu bodoh, tidak berguna, beban yang tidak bisa diperbaiki, kamu—

“Apa yang sangat kamu khawatirkan, tuanku? Hingga menetes air mata.” Jemari lentiknya menyapu rambut basah yang menempel di wajahmu. Tidak sadar kalau selama ini, itu menusuk matamu.

“Aku … aku membenci diriku yang terus menerus ditinggalkan. Mereka pergi karenaku, karena aku membangkang, karena aku lemah, karena aku … “

“Tuanku, yang kamu harapkan adalah?”

“Supaya mereka tidak pergi! Setidaknya tidak dengan cara itu …”

“Jika itu yang tuanku, inginkan ayah bisa melakukannya. Atau, apakah ini tidak sesuai kehendakmu?”

“Tidak, aku juga tidak ingin Kogarasumaru pergi. Aku takut, setelah semua ini, akan ada orang lain yang terkena akibat dari kesalahanku.”

“Mhm, kalau begitu serahkan kepada ayah ini. Ayah akan mengurusnya untukmu.”

Begitu saja ketenangan diisi oleh air matamu yang kamu kira sudah lama kering, mengalir melalui lutut Kogarasumaru. Dia tidak melakukan meletakkan tangannya di pundakmu.

● ● ●

Menjelang sore, kalian kembali. Kogarasumaru tidak lepas dari baju lembab. Dan kamu hanya bisa mengintip dari balik pundaknya, sedangkan Izu mengkhawatirkanmu hingga dia juga menangis.

Kehidupan seperti batu, kamu akan kesulitan menumpuk mereka hingga itu membuat menara,  mereka akan terus berjatuhan mirip seperti masalah yang tidak terselesaikan.

Mungkin kamu memiliki banyak masalah, tidak tahu jalan keluarnya. Sendirian dan kesepian. Mengurung diri dan berpikir melarikan diri akan membuatmu merasa lebih baik. Namun, ketahuilah, setidaknya akan ada satu orang, apakah itu hanya pertemuan sekilas atau kenalan lama yang bertemu kembali, akan mengulurkan tangan untukmu.

Jangan patah hati karena kamu melakukan kesalahan, manusia tidak sempurna.

A/n: bakal w baikin kalo ada waktu.

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top