III

Menjadi manusia memiliki kelebihan dan kekurangannya sendiri, tidak seperti dewa, kamu bebas memutuskan ingin menjadi apa dibandingkan sekedar judul atau ramalan tentang dirimu. Beberapa dewa mungkin melanggar aturan itu, tetapi selama kamu hidup, maka kehidupan itu yang terpenting.

Manusia dan dewa, menurutmu tidak jauh berbeda. Tetapi, entah mengapa kehidupan manusia cenderung lebih berwarna? Selama kamu menjadi makhluk abadi (tidak, kamu tidak menganggap dirimu dewa), kamu merasa seperti menjalani kehidupan yang biasa. Tidak berjalan di atas es tipis atau atau sebaliknya menggebu-gebu dan bersemangat, sebaliknya, deskripsi itu cocok untuk kehidupan manusia.

Contohnya sekarang, dua jam rasanya seakan-akan se-eons telah berlalu. Kamu secara harfiah, sungguhan merawat seorang bayi, bayi yang tidak kamu lahirkan dan terlalu karismatik untuk kesehatan mental. Hubunganmu dengan Hades bahkan tidak semembara itu, namun sebagai manusia, Hades menemukan kebebasan yang tidak kamu ketahui. Mengajak ke dalam hubungan tidak pernah terlintas di benakmu. Tentu ada banyak kemungkinan diantara yang tidak terhingga, tetapi menjadi kekasihnya sungguhan terjadi.

Awalnya hanya coba-coba saja tapi taunya keterusan. Sama seperti hormon tubuh manusia yang meningkat terhadap sesuatu yang mereka sukai. Kamu juga suka membaca hiburan manusia yang berbentuk gambar di kertas, dan Hades, dimatamu  seperti keluar dari gambar-gambar romantis tersebut.

Bukan … bukan begitu, mungkin karena sekarang kalian akhirnya menjadi manusia, segalanya menjadi dramatis.

Sekarang apakah akan ada yang percaya kalau kamu sebenarnya bukan harimaunya di hubungan ini? Entahlah, seluruh dunia percaya kewarasanmu telah lama menyalahi aturan, semua orang setuju akan hal itu.

Kemudian Hades yang selalu tampil sempurna dan tidak ada yang mempertanyakan reputasinya, membuatmu menjadi pihak yang memiliki kepribadian lebih agresif di antara kalian berdua. Yang dimana itu salah besar! Hades juga memilikinya … namun hanya kamu yang mengetahuinya.

Berikut penyiksaan yang mesti kamu telan dalam diam jika tidak ingin melemparkan diri lewat jendela karena rasa malu yang tidak tertahankan.

“Aku mengerti, sudah semestinya ketertarikan kita menjadi mutual. Tetapi, mungkin tubuh ini tidak cukup untuk menghiburmu. Aku yakin, tubuhku sebagai Hades mampu lebih baik.” Kamu menghentikan diri dari menyeka tubuhnya, permintaan langsung dari orang sakit yang sangat tahu memanfaatkan keadaan.

“Hm, bentukannya semestinya lebih jelas jika kamu menyentuh di tubuh Hades.” Ah, begitu, dia merujuk otot perutnya. Bertepatan dimana tanganmu berada sekarang.

Kamu memanggil namanya, “kita berdua tau kalau aku sedang memandikanmu karena kamu terlalu sakit. Sentuhan ini bukan karena alasan lain” Kamu yakin wajahmu penuh keraguan.

"Jangan khawatir, sayangku," lanjutnya, sama sekali mengabaikan protesmu.  “Saat kita punya lebih banyak waktu, aku akan… melatih staminaku.”

“Latih stamina untuk … apa sebenarnya, Hades?”  desakmu, sangat mengharapkan jawaban yang tidak melibatkan Olimpiade kamar tidur mitologis yang patut dipertanyakan.

Dia tidak menjawabmu, hampir berharap kamu menemukan jawabannya sendiri. “Hades … melatih stamina untuk penampilan opera-mu, benar?” Sekali lagi, Hades hanya memberikan senyuman penuh arti.

Kamu mengerang sambil membenamkan wajahmu di tanganmu.  Ini adalah hidupmu sekarang. Sentilan mental macam ini memang bukan yang pertama, juga tidak akan yang menjadi yang terakhir. Namun tetap saja, kamu kesulitan terbiasa.

●●●

Kamu tidak melompat lewat jendela. Belum, karena ini hanya lantai tiga dan tidak cukup membunuhmu dari rasa malu abadi bersama Hades yang syukurlah telah berakhir karena adik ketiganya telah pulang dan bersedia menjadi perawat yang lebih mapan darimu. Karena Hades tidak menginjak-injak harga diri seseorang yang dia cintai sepenuh hati, yah, kecuali kamu. (Kasian amat hidupmu, haha.)

“Oh ya, satu lagi.” Kamu merogoh saku mencari barang terakhir yang tertinggal setelah membawa semua hadiah (?) cepat sembuh Hades dari apartemenmu ke kamarnya.

Hades sudah melihat penuh antisipasi, apakah itu permen? Kartu ucapan yang kamu buat? Atau hal lain yang mengejutkannya? Bukan, bukan semua itu. Mempertemukan jari telunjuk dan jempol di saku, kamu mengeluarkannya seakan bukan apa-apa, lelucon yang kamu ambil dari acara para idola korea.

“Hatiku.” Kamu membentuk hati dengan jarimu, wajahmu tidak berkata banyak, mungkin mirip wajah pria tersenyum miring beralis tebal dari permainan digital anak-anak. (Roblox)

Hades berkedip sekali, dua kali dan ketiga kalinya, dia mengeluarkan tawa membaha didampingi batuk yang sama kerasnya. Kamu jujur ingin membantu tetapi kamu tidak mau tahu reaksinya. Jadi kamu menunggu dia selesai tanpa mendekat, terburu-buru meminum air yang kamu sebelumnya siapkan.

“Mari bersenang-senang ketika aku telah sehat.” Kamu mengangguk dan mengucapkan jaga diri, kemudian menutup pintu kamarnya.

●●●

Mengunjungi seseorang yang sakit dan mengurusnya ternyata memakan waktu, kamu menatap langit sore bumi di lorong apartemen, bayangan gedung semakin gelap dan matahari mulai menyentuh garis ujung pembatas antara langit dan dataran. Di Valhalla mungkin sunset akan lebih indah, namun suasana yang dibawa kehidupan manusia membuat matahari terbenam lebih indah.

Suara dering default ponselmu berbunyi. Buruk, bos pemarah mengirim pesan kamu harus kembali ke tempat kerja. Padahal para kolegamu berhasil meyakinkannya memperbolehkan kamu menjenguk Hades, sejak kapan bos menjadi bipolar? Kamu juga tidak memiliki pekerjaan dengan urgensi tinggi saat ini.

“Cepat atau gajimu dipotong …” gila, bukankah ini namanya perbudakan? Kamu berlari menuruni tangga, berharap pria tua itu memiliki cukup alasan mengapa ini begitu penting.

Selama kamu menuruni tangga, matamu teralihkan kepada seorang laki-laki muda, dia cukup tampan pikirmu, mata kalian bertemu tetapi peralihan sekilas itu membuat pandanganmu kabur dan dunia berputar hingga kamu merasa gravitasi memelukmu. Syukurlah tangganya tidak begitu jauh dan kamu tidak terluka. Apakah kamu tersandung? Rasanya tadi ada sesuatu yang mengganjal ketika kamu melangkah turun.

Laki-laki yang berpapasan denganmu hanya berdiri, diam mengamati. Sesaat bibirnya, tersenyum? Kamu tidak yakin karena cahaya sore tidak mendukung pandangan seseorang yang habis jatuh dari tangga.

Dia pergi meninggalkanmu kesakitan, itu agak kasar benar? Bajingan kata mereka.

Sejauh ini tidak ada yang salah, mungkin punggung memar jika ada. Kamu menghela nafas berat, ini bukan hari yang buruk, tetapi sejak menginjakkan kaki keluar dari apartemen Hades, sudah ada hal menyebalkan dan hampir membunuhmu terjadi. Berdasarkan kontrak pertukaran takdir, kontraktor dilarang menyakiti, merugikan, atau mengurangi kualitas hidup tubuh saat mereka di dalamnya. Kamu akan ke rumah sakit sepertinya setelah ini.

Kamu hampir sampai di lokasi pekerjaanmu, tinggal beberapa blok. Sayangnya, sejak kamu berjalan keluar apartemen rupanya kemalangan belum berhenti disana, ada mobil mencurigakan yang mengikutimu, kamu berusaha untuk tetap berada di keramaian sebisa mungkin.

“[Name]!” Suara bosmu memanggil namamu entah darimana. Ah, mobil tadi.

Mengapa mesti menakutimu terlebih dahulu jika sejak awal dia di dalam sana? Atau mengapa tidak ketika dia melihatmu daripada mengikuti dari apartemen hingga kesini? Kamu akan memprotes nanti. “Anda di dalam mobil itu …”

“Bi-bisakah kamu masuk? Biar kita bicarakan urusan kita di dalam.” Wajahnya keluar dari sisi jendela, mengkilap karena keringat. Kamu tidak bisa melihat siapa pengemudinya atau siapa yang disebelah bosmu, juga bagaimana bisa sebuah mobil bisa begitu gelap? Di sore hari?

“Mengapa saya harus masuk? Kita sekarang hampir sampai ke titik pertemuan.”

“Biarkan kami- maksudku aku mengantarmu.”

Terlalu mencurigakan. Kamu tidak akan termakan tipuan semacam ini, belum lagi lingkungan yang sepi. “Tentu … bukakan pintunya.”

Benar saja, ketika pintunya terbuka, ada orang-orang bermasker dan berkacamata hitam, tidak bisa melihat orang di kursi depan, kamu berdiri disana melihat bosmu semakin gugup. “Apa yang kamu tunggu? Masuklah.”

“Hm, bisakah seseorang keluar dan membawakan tas ku? Kakiku sakit dari semua jalan ini.” Seorang pria bergegas keluar, mencari-cari tas yang kamu bicarakan.

“Kamu … tidak memiliki tas!” Tepat ketika dia berteriak, kamu mendorongnya cukup kuat agar dia tersandung dan mengenai bosmu.

‘Maaf bos! Keselamatanku lebih utama!’ Kamu berbalik dan berlari menjauh. Adrenalin mulai menyuntikkan diri ke seluruh pembuluh darahmu.

Kebebasan tidak berlangsung lama saat rasa sakit luar biasa menabrak punggungmu bersama suara ban mobil melakukan rem mendadak.  Lemas dan sakit. Begitulah kelemahan tubuh manusia, rapuh. Kamu bahkan tidak bisa memeluk dirimu sendiri mencari perlindungan.

Kepanikan datang dari individu lain. “Tuan! Wanita itu akan mati!” Keraguan itu diiringi tawa kecil dari pihak lain.

“Apakah dia mati atau tidak, itu baik-baik karena dia akan berada di pelukan Satan.”

Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top