V. An Unusual Visitor
*-Β ΜΜβ¦ββΉΒ΄ ;Β .*
Seorang gadis berambut pirang panjang berdiri di depan sebuah salah satu apartemen, kedua mata biru miliknya menatap secarik kertas di genggamanβ tampak memastikan apakah pintu di depannya ini merupakan alamat yang ditujunya. Perempuan itu mengenakan sebuah gaun cokelat panjang dibalut jaket berwarna senada dengan tingkatan lebih gelap, kakinya dibalut stocking hitam dan sepasang sepatu berwarna kakao. Seuntai syal sawo matang melilit leher, melindunginya dari hawa dingin.
Bibir plumnya mengulas senyum begitu mendapati bahwa tempat yang sekarang dipijak adalah alamat yang dituju. Ia menekan bel rumah sebanyak tiga kali, lalu menunggu. Kakinya sesekali mengetuk lantai, berusaha mengusir kesunyian selama menunggu.
Beberapa menit kemudian, pintu di hadapannya terbuka. Seorang perempuan muda bersurai hitam dengan sweater merah dan celana jeans keluar dari pintu, mata merahnya mengerjap begitu memandang gadis berpakaian cokelat yang berdiri di depannya.
"Selamat siang, apakah benar ini alamat tempat tinggal Pak Loid Forger?" tanya si gadis bernetra biru dengan ramah dan santun.
Sang perempuan bersurai gelap mengangguk. "Benar. Saya Yor Forger, istrinya. Jika boleh tahu, ada keperluan apa datang kemari?"
"Ah, saya lupa memperkenalkan diri."
Gadis pirang tersebut membungkuk dengan tangan kanan berada di atas dada kiri, ia mulai memperkenalkan diri, "Nama saya Alicia Charleston, putri tunggal dari Keluarga Charleston. Saya merupakan (calon) kakak ipar dari Damian Desmond yang merupakan teman sekelas dari putri andaβ Anya Forger. Maksud kedatangan saya ke sini adalah untuk menemuinya, Nyonya Forger."
Yor langsung menutupi mulutnya dengan kedua tangan, sepasang netra ruby miliknya membelalak bangga tatkala mendengar perkenalan Alicia tersebut. Gadis ini sopan sekali!
"Siapa yang ada di depan pintu, Yor?" intrupsi suara maskulin dari belakangnya.
Yor lantas menoleh, mendapati suaminya yang turut berjalan ke arah pintu. Ia tersenyum. "Ah, ini kakak ipar dari temannya Anya. Namanya Nona Alicia Charleston. Katanya, ia ingin bertemu dengan Anya."
"Begitu, ya," balas Loid sambil mengulas senyum dan menoleh ke arah sang tamu. "Silahkan masuk, Nona Charleston. Tidak baik berdiri berlama-lama di depan pintu."
Alicia mengangguk dengan senyum penuh arti. "Tentu. Terima kasih atas sambutan hangatnya, Tuan dan Nyonya Forger."
Dengan begitu, gadis bermarga Charleston itu masuk ke dalam kediaman Keluarga Forger. Alicia berbincang dengan Yor selama mereka berjalan menuju ruang tamu, keduanya tampak begitu akrab seperti telah mengenal lama.
Sedangkan Loid memandang gadis itu dengan tatapan tajam dan waspada. Seorang gadis konglomerat dari keluarga terpandang tiba-tiba datang ke kediamannya merupakan hal yang cukup aneh.
Alicia Charleston, 16 tahun. Pewaris tunggal Keluarga Charleston, tunangan dari Demetrius Desmond yang merupakan putra sulung dari Donovan Desmond. Ia bersekolah di Akademi Eden dan saat ini berada di kelas satu tingkat menengah akhir. Alicia meraih delapan stella dalam waktu dua bulan saat duduk di kelas dua tingkat menegah pertama, membuatnya menjadi salah satu anggota Imperial Scholar.
Seorang gadis dengan status dan citra sosial yang terlalu sempurna, aku harus menyelidikinya untuk mencari informasi, batin Loid sambil memasang wajah ramah tatkala sang istri memandang ke arahnya.
Di sisi lain, Alicia yang tak tahu-menahu tentang identitas sebenarnya keluarga yang dikunjunginya hanya tersenyum dan menikmati interior rumah sederhana di hadapan.
***
Yor menyuguhkan empat cangkir teh dan beberapa camilan ke meja, bibir plumnya mengulas senyum ramah. "Silahkan dinikmati, Nak Alicia-- ah, maksudku, Nona Charleston."
Alicia hanya terkekeh mendengar hal tersebut, tangannya meraih secangkir teh. "Tidak apa-apa, saya tidak keberatan dipanggil demikian. Silahkan panggil saya senyaman anda, Nyonya Forger."
"B-Baiklah," balas Yor sambil tetap mempertahankan senyumannya.
"Maaf apabila hidangannya terlalu sederhana," sahut Loid dengan senyum simpul, tangannya meraih sebuah roti croissant.
Alicia menurunkan cangkir dari bibirnya, kemudian menggelengkan kepala. "Tidak perlu merendahkan diri begitu, Tuan Forger. Hidangan ini sudah patut untuk disajikan kepada tamu."
Loid tak berkata apa pun, hanya tersenyum dan menyeruput teh di genggaman. Namun, isi pikirannya tidaklah sesederhana gestur yang ditunjukkan. Kedua matanya sesekali melirik gadis muda di hadapan yang tengah bercengkrama dengan sang istri, berusaha mengorek informasi dari gestur serta kata-kata yang diucapkan.
Gadis ini benar-benar sesuai dengan rumor yang dikatakan. Ia terlihat baik dan sama sekali tidak memiliki cela, batin Lyod sambil sesekali menurunkan cangkir dari bibir. Namun, aku tidak akan percaya semudah itu.
Saat ini, ketiganya tengah duduk di ruang tamu. Mereka bercengkrama satu sama lain, menceritakkan hobi maupun kegiatan sehari-hari sembari meminum teh dan memakan camilan.
Jam sudah menunjukkan pukul sembilan, namun si gadis kecil yang hendak ditemui belum tampak batang hidungnya.
"Maaf menyela, tapi apakah Nona Forger belum bangun? Saya tidak sabar ingin bertemu dengannya," celetuk Alicia setelah menghabiskan roti croissant keduanya.
"Kalau begitu, akan kubangunkan," ujar Yor sambil bangkit dari tempat duduknya. "Loid, tolong temani Nona Charleston sebentar. Aku akan membawa Anya kemari."
Loid mengangguk. "Baiklah."
Dengan begitu, Yor pun pergi meninggalkan keduanya untuk menjemput Anya yang masih mendengkur di tempat tidur.
Kesempatan, batin Lyod sambil meletakkan cangkirnya yang telah kosong ke meja.
"Nona Charleston. Jika boleh tahu, apa hobi anda?"
"Hobi saya adalah membaca novel dan menulis, sangat berbeda dengan ayah saya yang menyukai olahraga berkuda," jawab Alicia diakhiri tawa ringan sebelum memasukkan sebuah kue macaroon ke dalam mulut.
"Begitu, ya," respon Lyod dengan senyuman. Keduanya mempunyai kegemaran yang berbeda, namun ia tampak menceritakan hal tadi tanpa beban. Tampaknya, hubungan ayah dan anak mereka akur-akur saja, berbeda dengan hubungan antara Donovan dengan putranya.
Loid teringat dengan memori saat ia bertemu dengan Donovan dan putranyaβ Damian di taman Akademi Eden kala pertemuan orang tua beberapa bulan lalu. Mengingat aura yang menguar dari Donovan maupun ekspresi Damian di hari itu, Loid yakin bahwa hubungan antara bapak dan anak itu tidaklah harmonis.
Pria pirang itu hendak menanyakan beberapa hal lagi untuk menguak informasi perihal Keluarga Charleston, jika bisa, Keluarga Desmond sekalianβ mengingat kedua keluarga tersebut terhubung karena pertunangan yang terjadi antara pewarisnya masing-masing. Namun, niat itu segera ia urungkan begitu melihat Yor yang telah kembali dengan seorang gadis kecil berambut merah jambu yang tampak masih mengantuk.
"Kami kembali," ujar Yor riang dengan Anya di gandengannya.
Loid menoleh, menghela napas. "Kalian ini lama sekali."
"Maaf, Loid dan Nona Charleston. Anya agak susah dibangunkan," kata sang perempuan bermata merah sambil membungkukkan badan. Ia kemudian menoleh ke arah Anya, mendorong pelan pundak sang gadis kecil. "Anya, ayo sapa tamu kita."
Anya mengusap matanya beberapa kali, berusaha memfokuskan pandangannya yang masih kabur akibat kantuk. Begitu penglihatannya telah jernih, Anya menatap Alicia dengan mata membelalak. Secuil memori terputar kembali di kepala, mengingatkannya akan ingatan masa lampau.
"Anya suka kacang, 'kan? Kakak tidak terlalu suka kacang, jadi kue kacang ini akan Kakak berikan pada Anya, oke?"
"Kakak akan memakan semua wortel Anya jika Anya mau belajar sebentar."
"Kakak akan membantu Anya belajar. Dengan begitu, kita bisa bermain lebih cepat, bukan? Jangan khawatir, kita tidak akan ketahuan jika bermain dengan tenang."
"Halo, Anya," sapa gadis itu ramah sambil berjongkok di depan Anya, menyelaraskan tinggi dengan sang anak perempuan. "Aku Alicia Charleston, senang berkenalan denganmu."
Di luar dugaan, Anya hanya diam menatap sosok di hadapan. Tak ada balasan keluar dari mulutnya, sang gadis kecil hanya diam membisu. Ini suatu hal yang aneh mengingat Anya adalah seorang anak yang cerewet dan suka bicara.
"Anya, tidak baik hanya diam seperti itu. Ayo, balas salamnya," kata Yor lembut.
Namun, hal yang terjadi selanjutnya sangatlah mengejutkan. Bukannya membalas sapaan dari Alicia, ia justru memeluknya dengan erat. Hal ini tentu membuat Loid dan Yor terkejut. Sepasang suami istri itu meminta Anya untuk melepaskan pelukan tersebut, namun sang gadis pirang hanya memberi senyuman manis dan berkata bahwa ia tak keberatan dengan gestur yang diberikan.
Alicia pun memeluk balik, tangannya mengelus surai merah muda Anya dengan lembut dan penuh kasih. Jujur saja, sang puan pirang juga keheranan dengan spontanitas yang dilakukan oleh gadis kecil di hadapannya. Namun, ia memilih untuk tidak menghiraukan hal tersebutβ termasuk perasaan hangat nan familier yang mulai menyergap hati kecilnya.
*-Β ΜΜβ¦ββΉΒ΄ ;Β .*
BαΊ‘n Δang Δα»c truyα»n trΓͺn: AzTruyen.Top