โฐโโธ โ ๐บ๐๐๐๐๐๐๐ - ๐จ๐๐๐๐๐๐
"๐๐๐ ๐ ๐๐๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐ ๐๐ ๐๐ ๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐๐ ๐ ๐๐๐ ๐ข๐๐๐๐๐๐๐." - ๐ผ๐๐๐ ๐๐ ๐๐๐
.
.
.
Matanya yang sembab menjadi saksi bisu kesunyiannya. Menatap kosong pada deretan foto foto dan bunga yang tersebar acak bersama pecahan kaca yang luar biasa banyaknya.
Pintu yang terkunci dan rumah yang sunyi, seperti bukan rumah seorang Astronot muda dengan istri yang cantik.
Kilas balik kehidupan nya sebelum satu bulan terakhir menjadi satu satunya hal yang bisa dijadikan sebuah kata penyampai rindu.
"Selain suka hamster.. kamu juga suka bohong ya.. sayang.."
Kata terakhir membuat si penyebut menggigit bibirnya. Tubuh nya gemetar dengan tubuh yang lemah. Menitikkan air mata sekali lagi.
Dengan cepat sang Astronot muda itu menyeka kelopak matanya. Bangkit berdiri menuju sebuah kandang kecil dengan makhluk kesayangan seseorang di dalam sana. Mendekat dan mengambil sekotak kuaci yang terletak di samping kandang
Tangannya dengan perlahan mengangkat lembut sang hamster kecil yang kelaparan.
"Amane kun! Bukan gituuu caranyaaa. Salah tau!"
Gadis dengan kaki lobak berjalan dengan kesal kearah seorang pemuda yang baru pulang dan mampir sebentar ke kandang hamster yang menjadi hadiah pernikahan mereka.
"Y-ya mana kutauuu." Amane dengan tatapan polosnya dan cengiran khas miliknya.
Gadis berambut panjang itu duduk disamping Amane. Nene yugi namanya. Menikah beberapa bulan yang lalu. Mengambil kembali hamster kecil itu ke pangkuannya.
"Gini loh." Menunjukkan beberapa cara dengan santai. Amane menatap diam. Istrinya ini nampak mempesona dibalik cahaya lampu malam hari.
"Yashiro.."
"Amane kun, gak mau manggil aku 'sayang'? "
"Ehh-"
Iris kuning keemasan nya membulat dengan itu. Sejujurnya dia tidak terbiasa jika harus memanggil nya dengan kata itu. Amane terbiasa atas nama Yashiro. Meskipun sekarang status keduanya suami istri.
"A-ah itu.. gimana ya.. gak terbiasa.."
"Yah jahat banget. Kalo gitu malam ini masak sendiri!" Yashiro menekuk wajahnya kesal karena Amane benar benar tidak peka. Dia ingin menghabiskan waktu secara romantis setidaknya sekali seumur hidupnya. Berjalan kesal menuju kearah dapur kembali dan mulai memasak untuk dirinya sendiri.
"Gak peka banget.." bergumam pelan dan tanpa disadarinya sebuah pelukan erat melingkari tubuhnya.
Amane yang mengerti apa yang sebenarnya diinginkan Yashiro, mencoba menenangkan pikiran nya dalam harum tubuh istrinya.
"Maaf.. mungkin bakal aku pikirin saat penerbangan terakhir ku ke bulan. Gak lama.. cuma satu bulan.. y-ya akan aku pikirkan disana.."
Pipi yang tembam itu memerah malu. Sejujurnya dia juga menahan malu mengatakannya tadi. Meletakkan tangannya perlahan diatas tangan Amane yang memeluknya. Gadis itu tersenyum sambil terus memasak.
"Iya."
Senyum pahit terlihat dari bibir pucat nya. Memberi makan hamster kecil yang menjadi saksi rasa sayang mereka yang tak terucap.
"Maaf.. seharusnya aku gak nunda cuma buat kalimat sederhana yang jadi impian kamu.."
"Sekarang semuanya selesai tanpa aku sadari. Semuanya bisa pergi kapan aja.. termasuk kamu, Yashiro.."
Wajah nya yang berantakan, rumah yang sudah tak bisa disebut rumah. Menjadi satu satunya tempat bagi Amane mengingat semuanya. Tubuhnya yang tak diberi asupan makanan selama hampir 4 hari, ia paksakan berdiri. Mengambil sapu untuk sekedar membersihkan kamarnya dan yashiro.
Surat surat hasil pemeriksaan yang baru diketahuinya sekarang, membuatnya sedikit menyesali.
"Maaf.. "
Kebohongan yang yashiro lakukan, semata mata hanya untuk kebahagiaan seorang Yugi Amane yang masih lebih mementingkan penelitian nya.
Amane menunduk dan menangis tertahan karena fakta itu. Menunduk dan bersandar pada gagang sapu yang dipegangnya.
"Aku- aku bahkan gatau kalau kamu hamil.. yashiro.. ARGHHH-" Amane memukul kepalanya sekuat tenaga. Menyalahkan dirinya yang masih sibuk pada penelitian dibulan, padahal seharusnya itu menjadi awal awal yang bahagia karena dia dan Yashiro yang baru beberapa bulan menikah.
Tapi tidak.
Penerbangan penelitian nya yang terakhir, menjadi saksi bahwa dunia bukanlah segalanya saat yang menjadi alasan kita berpijak, tiba tiba hilang menggapai yang kuasa.
Yashiro Nene, atau yang sekarang mendapatkan marga Yugi atas pernikahannya. Meninggal tepat tiga hari sebelum Amane menyelesaikan penelitian nya dibulan. Kabar itu disampaikan oleh adiknya, Tsukasa. Yang saat itu rutin mengunjungi Nene yang bisa dibilang lumayan kesepian.
Kekasihnya, Yashiro. Meninggal karena mempertahankan bayi yang berada di dalam kandungannya tanpa sepengetahuan Amane. Tubuhnya lumayan ideal, sehingga tidak sulit baginya menutupi itu.
Gadis itu yakin, seorang Amane pun tetap menginginkan seorang anak.
Sehingga dia mempertahankan satu satunya anak yang bisa dia pertahankan sebelum operasi pengangkatan rahim karena terdapat kista pada dinding rahimnya setelah Amane kembali dalam penelitian.
Kini, lampu remang menjadi temannya.
Pria muda itu tidak bisa berhenti menyesalinya. Betapa banyak nya hal yang ingin disesalinya. Seseorang yang menjadi pegangan hidupnya, pergi meninggalkan nya tanpa sempat bicara padanya.
Tanpa dia mengetahui hal yang masih menjadi alasan yashiro dibalik itu.
Hatinya luka, tapi itu kesalahannya.
Ia yang terlalu banyak menghindari hal menegangkan dalam awal awal pernikahan, dan memilih untuk melanjutkan projek penelitian nya saat dia masih belum menikah.
Membuatnya tidak mengetahui kebenaran bahwa istrinya akan berada di ambang kematian di bulan ia berangkat penelitian terakhir.
Amane tersenyum pahit saat kenangan yang muncul sekilas pada ingatannya.
Bahkan, mungkin.. panggilan 'sayang' yang selama ini Amane tunda, adalah keinginan terakhir yang paling mudah untuk Amane lakukan.
Dan, kenapa Amane sebodoh itu untuk mengerti apa yang harus dilakukan sebagai seorang suami.
"Maaf.. aku minta maaf Yashiro.."
Derai matanya masih tetap mengalir dari kantung mata nya yang tebal, memeluk foto kekasihnya itu.
Menggumamkan kata maaf atas ketidakmengertian yang dia miliki. Atas ketakutan yang dia miliki. Penyesalan yang bertubi tubi atas keegoisan nya sebagai Astronot muda yang mengorbankan nyawa istrinya saat dia sibuk pada penelitian nya.
Malam itu, sekali lagi..
Amane tidur diantara tumpukan bunga yang bertuliskan belasungkawa. Deretaan kertas yang menjadi saksi pengorbanan dan cinta istrinya. Meskipun begitu.. anak itu tidak bisa selamat karena sang ibu yang tidak kuat akan rasa sakitnya.
Saat ini, Amane hanya ingin istrinya kembali, menceritakan sakitnya. Menceritakan semuanya. Dan berharap bahwa dia, tidak mengerjakan penelitian nya pada bulan itu.
"Maaf, and.. i love you.."
Langit tidak pernah memihak pada cinta yang nyata ya..
A/n : HELAW AKUH KEMBALI H3H3
KOMEN DONG KANGEN KOMENAN KALIAN:'(
OKEH, see u besokkk!! <3
Ini dapet gasi feelnya TvT
Bแบกn ฤang ฤแปc truyแปn trรชn: AzTruyen.Top