╰─▸ ❝𝑭𝒆𝒂𝒓𝒔 - 𝑻𝒔𝒖𝒌𝒂𝒔𝒂𝒌𝒖
Langit harus dipandang sebagai langit. Mana boleh memeluknya.
.
.
.
Langkah kaki kecil anak SMA yang baru duduk di bangku kelas 10 tahun ini. Berlari santai di koridor rumah sakit. Membawa rangkaian bunga Kesukaan seseorang yang akan dia temui lagi hari ini.
Yap,benar.
Dia sudah tiga kali bolak balik rumah sakit hari ini. Yang dijenguk pun sampai pusing ini anak maunya apa.
"SAAAAAKUUUURAAAAAAA!" Yugi Tsukasa. Lagi lagi dengan keceriaannya memenuhi ruangan kamar rumah sakit seorang gadis muda. Dengan rambut hijau muda dan panjang di bagian depannya.
"Jangan berisik Tsukasa. Dan jangan lupa menyelipkan kata senpai setiap kali memanggil ku." Nanamine Sakura. Seseorang yang bertemu dengan si ceria Tsukasa saat tidak sengaja Tsukasa menemukan dompet dijalan dengan nama gadis ini di dompetnya.
Ya, keceriaan dan rasa penasarannya membawanya pada gadis yang lebih tua dua tahun dari dirinya.
Tsukasa dengan polos nya duduk didepan kasur Sakura. Gadis itu tak menatap Tsukasa sedikitpun.
"Hooo! Senpaai??! Amane bilang kalau ketemu sama kakel disekolah baru dipanggil senpai! Sakura kan tidak sekolah hehe!" Pendapat anak ini tidak salah, tapi ajaran kakaknya yang salah.
Sakura menghela nafas berat. Tidak salah, lagipula bocah ini ucapannya selalu ngawur.
Makin kesana makin kesini.
"Jangan terlalu berisik, nanti diusir satpam." Masih mengarah pada hal lain, Sakura tetap tidak menatap Tsukasa.
Dan dengan cepat Tsukasa menutup mulutnya dengan tangannya. Dan mengangguk cepat.
"OH- SAKURAAA AKU BAWA KUE KERING!!! KEBETULAN AMAME BIKIN>∆<" Tangannya yang kecil itu dengan cepat membuka kotak bungkusan kue kering yang dibikin Amane. Dia juga ikut membantu sebenarnya.
"Kue Tsu gosongg:'< padahal mau kasih tunjuk Sakura kalau tsuu bisa bikin kueee."
"Dibawa?" Gadis yang tatapannya kosong itu, tetap meladeni anak yang lebih muda darinya. Bisa dibilang, seorang Nanamine Sakura terhibur atas keberadaan anak ini.
"Um um! Tsu bawa! Tapi buat makan sendiri.. kata Amane apapun hasilnya harus diterima. Sakura makan buatan Amane aja!"
"Suapin yang gosong."
"Eh:'<"
"Suapin aja, kamu udah susah sudah belajar kan. Jadi sini, suapkan padaku." Senyum yang sedikit merekah di bibirnya, membuat Tsukasa benar benar ikut tersenyum.
Tangannya dengan cepat menggigit bagian pahit dari kuenya dan memakan bagian pahit itu, sisanya.. dia suapkan yang tidak pahit dan bisa dimakan kepada Sakura.
Sakura dengan perlahan meraba wajah anak kecil yang menemaninya sekarang.
"Kuharap suatu saat, aku akan bisa melihat wajah yang terus bertahan disini dan menjadi temanku bercerita." Tangannya mengusap lembut pipi sakura dan menatapnya lembut meskipun dia hanya merasakan kegelapan di matanya.
Tanpa sadar, pipi sakura mengalir lembut cairan bening yang biasa dia tahan.
Tsukasa dengan cepat mengerti. Sedikit berdiri dia menyentuh pipi sakura dan mengusap air matanya perlahan lahan.
"Sakura bakal bisa lihat kok! Janji."
Dia menyentuh tangan anak yang terasa sedikit kasar karena membantu kakaknya bekerja paruh waktu itu. Tidak, dia bekerja untuk Sakura. Dia ingin membeli kan apapun yang diinginkan oleh Sakura.
"Sakura jangan nangis lagi:'(("
Dengan cepat dia mencoba mengusap air matanya. Bagaimanapun dia mencoba mengeluarkan anak ini dari hidupnya, dia sudah terbiasa tentang anak ini. Anak ini sudah hampir menjadi bagian hidupnya setelah hampir 6 bulan menemaninya.
Hanya karena dompet yang dia penasaran darimana jatuhnya, dia dapat menemukan sakura yang bahkan menderita tuna netra sejak dia baru lahir.
Sakura terbiasa tidak bicara. Dia menganggap dirinya sendiri kutukan bagi keluarganya dan keluarga nya menganggap nya begitu juga. Meskipun uang pengobatan mengalir, orang buta tidak bisa tinggal sendiri kan?
Bahkan pembantu yang mengurusnya di rumah, sudah terbiasa menjadikannya alat mendapatkan uang lebih.
Tapi, Tsukasa berbeda. Dia tidak ingin uang.
Dia menginginkan senyum hangat sakura. Bukan hal lain. Dia menyayangi Sakura dengan caranya sendiri.
"Sakuraaa:(( Amane pernah bilang sama Yashiro waktu itu, katanya.. air mata itu cuma boleh keluar waktu sedih dan bahagia. Terus Amane senyumm sambil bilang kalo dia berharap, selama Yashiro sama Amane, air mata itu cuma menunjukkan kebahagiaan. Bukan kesedihan."
"...."
"Apa itu berlaku untuk sakura juga?? ^~^??"
Gadis yang tertegun ini tersenyum tipis. Meraba pipinya sendiri dan mendekat pada Tsukasa yang setengah berdiri mengusapi pipinya. Meski tidak melihatnya.. dia mengetahui anak itu tersenyum manis.
"Terimakasih, atas hal yang selama ini aku cari."
Hari itu, menjadi hal yang luar biasa menyakitkan bagi seorang Tsukasa. Menandatangani surat-surat yang dia dapatkan dari pihak rumah sakit. Anak kelas 10 mengurus itu bersama kakaknya.
Amane membaca lembar surat satu persatu.
"Tsu.."
Dia terdiam dengan surat terakhir itu, "seriusan?"
Tsukasa tersenyum, "seriusan. Sama kayak Amane nemuin Yashiro. Tsu juga nemuin malaikat tanpa mata.. tanpa melihat dunia.. dan itu keputusan terakhir Tsu.."
Amane mengangguk mengerti. Dan mulai menandatangi surat terakhir itu bersama adiknya yang nekat ini.
"Bagaimana dunia yang kau lihat Sakura? Seindah itukah?"
"Tidak.. karena ini milikmu.. aku merenggut mata itu darimu.."
"Siapa bilang merenggut? Kita masih bisa melihat Sakura. Aku tidak akan mengorbankan kedua mataku.. aku- tidak bisa tidak melihatmu.." tangan kecilnya naik. Mengusap mata kuning yang terdapat di mata kanan seorang Sakura.
Mata itu nampak layu namun hidup.
"Aku hanya memberikan satu.. tidak semuanya. Dengan satu mata ini.. impian mu melihat dunia menjadi hal yang menjadi kenyataan. Dan aku juga tidaklah kehilangan penglihatan ku."
"Ayo dong Sakura.. jangan nangis."
Suara sesegukan dan napas yang memburu membuat Tsukasa mulai khawatir pada Sakura. "Kamu gegabah."
"Maaf.. ini demi impian Sakura.."
Air mata yang mengalir menjadi hal yang menandakan bahwa, mata yang menjadi pemberian Tsukasa. Merupakan sesuatu yang begitu berharga baginya saat ini.
Tsukasa memeluknya. Anak kecil yang kita kira tidak bisa dewasa.. sekarang menemukan tempatnya menjadi dewasa.
A/n : angst gak harus sad end. Yyyy
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top