Senpai's Slave
Disclaimer : Jalan ceritanya milik Fujimaki Tadatoshi
Fanfic ini milik saya
Shot 3 : Aomine x OC
NB : OCnya ada dua (Kitoko Yui dan Hitaka Mamoru)
Warning : OOC, typo(s), romance abalabalan, humor gaje
Happy reading.
Menurut sebagian cewek, akrab sama senpainya itu menyenangkan bukan? Tapi itu tidak untuk seorang Kitoko Yui, murid kelas 1 SMA Touou. Ia tahu, mengenal seorang senpai laki-laki tidak akan membuatnya merasa dibanggakan. Dan hal itu bisa dijelaskan oleh 3 alasan berikut. Senpainya yang seorang pebasket dengan peran ace Touou, Aomine Daiki. Memperlakukannya sebagai budak.
Alasan 1.
"Yui, aku lapar. Belikan aku melon cake."
"Uangnya?"langsung saja Yui mengulurkan tangannya.
"Ya, beli saja dengan uangmu."
Kan nyebelin, sudah disuruh membeli makanan dan ia mau tidak mau keluar uang lagi. Lima menit kemudian.
"Ini."Yui ingin sekali melempar bengis Melon Cake itu, tapi ia tidak bisa. Ia menahan diri.
"Ah, untukmu saja deh itu. Aku mau roti yakisoba."
Kan nyebelin amat, plus bikin makan hati.
Alasan 2.
"Yui, bersihkan lokerku sana. Pelatih akan menghukumku lari lapangan 10x jika tidak membereskannya."
"Tapi aku se-"
Aomine lenyap bagai ditelan bumi, Yui pun tidak bisa berkutik selain menurutinya. Saat ia membuka lokernya, berbagai hal menjijikan berada di depan matanya. Kumpulan kaos oblong usang dan handuk kotor. Well, Yui masih bisa maklumi. Parahnya, tumpukan majalah haram itu menimpuk wajah Yui. Kekesalannya memuncak, menginjak majalah itu tanpa pertimbangan.
"DASAR AHOMINE DAKIAN! JOROK IH!"
Alasan 3.
Tidak mengherankan, jabatan ace milik Aomine membawa reputasi Touou dalam dunia nonakademik. Karena para senpai yang umumnya ngefans dengan Ahomine/ditendang, mereka menyadari Aomine sering bersama Yui. Suatu ketika, Yui ditarik begitu saja oleh para senpai ke taman.
"Yui-chan, perlakukan Aomine-kun benar-benar ya. Yui-chan kan pacar yang baik. Jadi jangan sering jutek dong."
"Tapi aku bu-"
"Kami akan merelakanmu dengan Aomine-kun, jadi kami tidak akan menindasmu. Cuman, perlakukan dia baik-baik."
Kan nipu amat.
Sudah senpainya tertipu, dan ia lagi-lagi harus menelan kekesalannya dalam-dalam. Dua bulan terakhir ia telah diperlakukan sebagai budaknya. Yui tentu saja tidak akan bersukarela menjabat posisi menyebalkan ini, tetapi kesialan membawanya hidup sebagai kouhai yang payah.
2 bulan yang lalu.
SMA Touou baru saja memulai penerimaan siswa baru. Maka, beragam pula ajakan para senpai untuk mengajak para kouhai untuk bergabung. Yui sama sekali tidak tertarik. Yui baru saja ingin masuk ke kelas tetapi guru olahraganya, Tanuki-sensei memanggilnya.
"Yui-san, tolong antarkan ini kepada senpaimu ya, Momoi Satsuki kelas 2-5. Kelasnya di lantai atas pojok kiri. Kalau dia tidak ada, berikan saja kepada siapapun di hall basket, karena pasti ada anggota basket di sana."pesan Tanuki-sensei menyertakan beberapa kliping yang dijilid rapi. Sepertinya review pertandingan basket minggu lalu.
Akhirnya Yui mencari senpainya di lantai atas. Sayangnya, hasilnya nihil. Mau tidak mau, ia harus ke hall basket. Pintu itu tertutup rapat, tetapi Yui rasa ia hanya perlu meletakannya di sana.
Krek. Pemandangan buruk.
Laki-laki dakian/ditendanglagi dengan wafer rol coklat yang dicomot di mulutnya sambil membuka majalah dewasa. Satu kata buat first impression Yui terhadap Aomine. Mesum.
"KYA! MESUM! ME-"
Aomine langsung saja membekap mulut Yui dan menutup pintu hall. Yui bukannya hanya berdiam saja di kondisi terjepit seperti itu, ia melakukan hal lain.
"ADAW!"ringis laki-laki itu, saat Yui akhirnya menggigit tangan Aomine. Aomine menjauh sambil mengibas-ngibas tangannya.
"Akan segera kulaporkan kepada pelatih kalau kau mesum!"Yui dengan bangga menunjuk Aomine dan meletakkan buku dari Tanuki-sensei di atas rak sepatu.
Saat Yui mau merencanakan aksinya, Aomine membelakanginya dengan menahan Yui membuka pintu.
"Oh. Mau jadi pahlawan kesiangan?"
Aomine menyeringai lebar saat menatap Yui penuh arti. "Laporkan saja semaumu. Dan konsekuensinya, aku bisa saja mengeluarkan anak baru, si Hitaka Mamoru itu tanpa seleksi. Dia kouhai baru yang menjanjikan tapi karena sikapmu yang sok pahlawan ya.. mungkin ia harus dikorbankan, padahal saat perkenalan basket ia menyebut namamu sebagai teman kecil yang baik, oh menyedihkan."
Yui tertegun sesaat ketika teringat Mamoru dengan bangga memimpikan nasib ke depannya sebagai pebasket Touou.
"Yui-chan, nanti kalau sudah SMA aku ingin jadi pebasket yang hebat bersama .... jadi dukung kami ya!"
Yui lupa sisanya, tetapi intinya ia tidak boleh menghancurkan mimpi Mamoru. Ini baru langkah awalnya.
"Ja-jangan keluarkan dia. Dan aku tidak jadi melaporkannya. Beres kan? Minggir,"
Tapi Aomine tidak berniat meloloskannya hanya dengan kata-kata. "Tidak bisa cuman dengan kata-kata. Jadi budakku."
"Hah? Ngapain jadi budakmu segala? Aku bakal tutup mulut."
Dan Aomine mulai menekan beberapa tombol. "Moshi-mo-"
"Baiklah! Sampai Mamoru menjadi anggota tim utama Touou!"
- Flashback Ends -
Yui bersikeras memikirkan cara agar ia bisa hidup tenang sebagai seorang kouhai. Dan bisa menjauh dari tugas babu Aomine.
"Yui-chan? Kau belum masuk klub apapun ya?"sekretaris kelas, Urara Mitsuki adalah teman sebangkunya. Ia sedang mendata kegiatan klub para siswa.
"Aku tidak berminat masuk klub."
"Bagaimana kalau kau masuk klub basket, jadi managernya? Seharusnya kau terpikir, ada pacarmu, Aomine-senpai."
.
Yui menoleh lekat-lekat ke arah Urara. "HELL NO EVEN IF YOU WANT ME TO."
Yui merasakan tindihan berat di kepalanya. Sial, laki-laki hitam itu tidak tahu jika kepalanya berat.
"Boleh. Ide yang bagus, Urara-chan catat saja."
"Aku gak ada sekalipun bilang mau kok!"
"Tapi homeroom teacher kita, Yamato-sensei sudah protes karena hanya kau yang belum masuk klub."
"Oke, aku pilih masuk klub drama saja."Yui asal memilih, selama itu bukan basket.
Urara mengernyitkan dahi. "Gomen ne, kukira Aomine-senpai sejalan denganmu. Jadi aku telah mencatat posisi manager klub basket di buku data klub siswa."
Yui membatu sesaat. Sepertinya ia akan semakin mengalami gejolak emosi yang beragam. Dan sumbernya berasal dari Aomine.
♤♤♤
"Yui-chan, lama tidak berjumpa,"Mamoru menghampiri Yui saat break latihan. Yui melambaikan tangan.
"Kau tidak perlu berlari seperti itu,"kata Yui.
"Tapi aku sudah lama tidak bertemu denganmu setelah ujian akhir. Sekarang kau menjadi manager sementara?"
Yui mengangguk. Momoi, senpainya yang menjabat menjadi manager itu sedang sakit karena kelelahan mengatur strategi dan menyediakan keperluan yang dibutuhkan junior.
"Berjuanglah,"Mamoru menepuk bahu Yui. Yui tertegun sesaat. Dulu Mamoru tidak setinggi ini. Mamoru dulu sama tinggi. Sekarang tinggi Yui jadi sebahu Mamoru.
Duk. Pwitt.
Kepala Mamoru tertimpuk bola basket dan dihujani tiupan peluit oleh pelatih. Yui menatap ke arah bola basket yang mengenai kepala Mamoru. Cih. Ahomine. Laki-laki itu menjulurkan lidah padanya tanpa merasa berdosa. Yui menghela nafas melihat Mamoru yang telah menjauh. Dasar Mamoru, dari dulu masih terlalu baik tanpa meminta permintaan maaf dari orang lain.
Seiring latihan berlangsung, Yui melanjutkan untuk membaca buku.
"Pelatih, Aomine menghilang."seorang senpai pebasket menoleh ke kanan dan ke kiri. Pelatih menyadari hal itu langsung menatap Yui.
"Yui-chan, cari Aomine. Bawa dia ke sini,"perintah pelatih bagai titah raja.
Yui masih belum beranjak dari kursi. Ia tertegun sesaat kemudian bertanya kepada pelatih takut-takut.
"S-sekarang?"
"Iya. Sekarang. Now. Jigeum. Xiàn zài."seolah pelajaran bahasa asing, pelatih menerjemahkan dalam empat bahasa indonesia, inggris, korea, dan mandarin.
Yui langsung kabur saat pelatih menatapnya setajam gergaji.
Sudah disuruh-suruh, sekarang malah disuruh mencarinya?
Yui lantas heran jabatan ace bisa melekat di sisi seorang Ahomine.
♤♤♤
Mau mengelilingi sekolah hanya untuk mencari Aomine tidak berbeda ketika terjebak di hutan rimba. Mungkin sewaktu-waktu untuk menangkap Aomine, dia harus menyiapkan GPS. Kalau perlu ia deteksi ordinat lintang dan bujurnya agar lokasinya benar-benar absolut.
Yui telah mencarinya di kelas Aomine, taman, bahkan toilet laki-laki. Untuk tempat yang terakhir ia tentu tidak masuk, melainkan menunggu di luar sambil menanyakan keberadaan Aomine kepada siswa lainnya yang masuk dan keluar selama 30 menit terakhir.
Dan akhirnya Yui meluncurkan senjata pamungkasnya. Menghubungi Momoi Satsuki. Nada hubungnya masih tersambung hingga berhenti saat akhirnya panggilannya terjawab.
"Uhuk. Uhuk. Moshi-moshi?"
Walaupun Yui merasa bersalah, Yui bersyukur Momoi menjawabnya. Momoi tidak ada bedanya dengan malaikat!
"Moshi-moshi, Momoi-senpai maaf menganggumu. Kan senpai sudah cukup berpengalaman jadi manager. Jadi kira-kira senpai tahu kan Aomine-senpai ke mana kalau tidak latihan?"
Momoi terdiam sesaat kemudian berdeham, "Aku tidak yakin kalau dia mau dibawa ke hall, tapi aku yakin dia ada di atap."
Yui berterima kasih dan segera mengakhiri panggilan. Dari semua tempat, kenapa senpainya itu bisa berada di tempat yang dilarang keras untuk masuk? Tapi akhirnya Yui memaklumi. Aomine adalah senpainya yang hidup dengan slogan 'peraturan ada untuk dilanggar'.
Yui menghela nafas kemudian menapaki anak tangga. Ternyata Momoi benar, laki-laki itu berada di sana. Terbaring di lantai bersama dengan majalah haram yang menutupi wajahnya.
"Latihan,"Yui merebut majalah dari wajah Aomine. Langsung saja Aomine menutupi wajahnya dan bergerak bagai cacing kepanasan. Yui ingin sekali membakar majalah ini di depan wajah Aomine, tetapi melakukannya sebelum Mamoru masuk tim inti sama saja bohong.
"Berisik. Kemarikan bukuku."Aomine mengulurkan tangannya.
"Tidak setelah senpai bangun,"Yui menggeser majalah itu jauh-jauh. Aomine pun akhirnya duduk berhadapan dengannya.
"Kenapa kau bersikeras seperti ini sih?"
Yui mendengus, "Pelatih menyuruhku. Aku bisa-bisa tidak pulang karena senpai tidak pergi latihan,"
Aomine menyeringai. "Jadi kau mau aku latihan?"
"Tentu saja! Senpai kan ace!"
Aomine menatapnya penuh arti. "Kalau kau mau aku latihan, cium aku."katanya menunjuk bibir Yui.
Yui membatu kemudian menjauh dari Aomine dua meter. "Ahaha! Kalau latihan ya langsung saja pergi. Kenapa aku harus menciummu segala?"
Aomine mendekati Yui, "Jadi Yui-chan tidak mau aku latihan?"
Kedua pipi Yui memerah padam seperti ceri. "Tentu saja aku mau kare-"
Yui merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Ciuman pertamanya. Ciuman yang hanya akan ia berikan kepada orang yang ia cintai. Dan Aomine merebutnya tanpa memedulikan perasaannya.
Plak. Yui langsung saja menampar pipi Aomine.
"Mau pergi atau ngga, aku nggak mau tahu lagi."
Persetan dengan kemauan Aomine berlatih atau tidak, kekesalan Yui akhirnya meluap setelah berlalu seperti ini.
♤♤♤
Sejak insiden atap itu, Yui tidak pernah lagi datang ke klub. Aomine juga tidak pernah datang ke kelasnya, menyuruhnya ini itu. Yui seharusnya senang. Yui seharusnya berbahagia dan perlu merayakan pesta, karena akhirnya ia bisa menjalani masa SMA yang tenang tanpa adanya gejolak emosi.
"Yui-chan?"
Yui belum menanggapi panggilan itu, tetapi sekali lagi suara itu kembali memanggilnya. Yui pun tersadar dan terkejut ketika wajah Mamoru berada di dekatnya.
"Mamoru-kun?"
Laki-laki itu hanya memasang cengiran lebar. "Sudah tiga hari Yui-chan nggak pergi ke klub,"
"Aku berhenti."
"Tapi Momoi-senpai dan Aomine-senpai membutuhkan Yui. Dan kami juga, anggota basket lainnya."
Kalau soal mengkhawatirkan, Yui percaya Momoi dan anggota lainnya tetapi Aomine? Hah, laki-laki itu lebi khawatir majalahnya rusak ketimbang dia. Yui mengernyitkan dahi, kenapa ia harus membandingkan dirinya dengan majalah porno?
"Yui-chan tahu kan kenapa aku mau masuk Touou?"
"Karena Mamoru-kun suka basket kan?"Yui menjawab tanpa berpikir.
"Ya itu juga alasannya. Tapi alasan lainnya karena dukunganmu dan keinginanku untuk bermain bersama Aomine-senpai."
Kedua mata Yui membulat sempurna. "Aomine-senpai?"
Mamoru tersenyum, "Padahal aku tidak ingin mengatakannya karena aku ingin memiliki Yui seorang, tapi aku tahu itu egois. Dan kalau Yui ingin melindungiku dari Aomine, aku tidak suka. Men have their pride."
Yui ternganga. "Kok Mamoru-kun tahu?"
"Aku menguping pembicaraan kalian. Aku kira Aomine-senpai melakukannya karena bercanda. Eh dianya serius, sampai nggak membantah rumor kalian jadian."
Yui akhirnya mengerti kenapa rumor mereka jadian tidak pernah sepi. Dasar.
Brak. Pintu kelas Yui menjeblak lebar. Aomine berjalan sambil terengah-engah.
"Mamoru-kun. Kau belum cerita semuanya kan?"
Mamoru memasang wajah innocent, "Gomen ne, senpai. Ini karena aku geram sekali denganmu yang tidak mau memulai duluan, padahal aku sudah kalah sejak awal."
Yui tertegun saat tahu Mamoru mengungkapkan perasaannya. Sesaat flashback kemari menghampirinya.
"Yui-chan. Ini namanya shooting. Terus kalau begini defense."
Yui ingat kalau ada satu laki-laki cerewet yang sering mengajarkan basket walaupun Yui tidak akan memainkannya. Laki-laki berkulit gelap itu dibalut singlet putih bermain dengan bahagia bersama Mamoru. Saat laki-laki itu berkeringat karena banyak bermain. Yui kembali teringat kulit gelapnya yang dianggapnya eksotis.
"Yui-chan. Daisuki."
Bocah itu menatap langit senja bersamanya, mendekati wajahnya. Merasakan sentuhan lembut bibir laki-laki itu.
Wajah Yui memerah saat ia kembali teringat. Kali itu bukan ciuman pertamanya.
"Ikut aku,"Aomine menarik Yui keluar dari kelas karena banyak yang memperhatikan. Akhirnya mereka berada di tempat nongkrong kesukaan Aomine, atap sekolah.
"Aku minta maaf."Aomine memulai pembicaraan. Yui masih belum berani menatap laki-laki itu. Jarak pandangnya hingga sebatas bahu bidangnya.
"Aku tahu aku salah memperlakukanmu seenaknya. Aku kira dengan sering bersamamu, kau akan ingat dengan sendirinya."sambung Aomine lagi.
"Di-diamlah."Yui bergumam kecil masih menundukkan kepalanya.
"Tapi aku tidak akan meminta maaf karena aku telah menciummu."Aomine memegang pipi Yui, menatap kedua bola mata gadis itu yang tidak berani menatapnya balik.
"Aku tahu, oleh karena itu jangan tatap aku seperti itu dan diamlah,"Yui memegang jemari Aomine yang masih setia memegang kedua pipinya yang panas. Yang terlibat di dalam benaknya adalah bagaimana menghilangkan wajahnya yang memerah.
"Kalau begitu kasih tahu alasannya kenapa kau tidak mau menatapku,"
Yui mengerucutkan bibirnya, "Kan senpai sudah tahu. Karena aku suka denganmu."
Aomine menyeringai lebar, menarik gadis itu ke dalam rengkuhannya. "The one who can beat me is me. But the one who can beat my heart is you. Be prepared to be my eternity slave."
Gadis itu membalas rengkuhannya. Aomine memang tidak menatapnya seperti tadi, tetapi Yui masih belum bisa menghilangkan wajah memerahnya.
Yui selalu tahu laki-laki itu memang menyebalkan. Mesum. Kurang ajar. Dan seenaknya saja. Tapi ia tahu, bersama laki-laki itu membuat hidupnya menjadi penuh kejutan.
Yang kini membuatnya jauh lebih bahagia.
OMAKE
Pintu hall terbuka lebar. Seisi penghuni di dalamnya menatap ke satu arah. Aomine dan Yui yang sedang bergandengan tangan. Tidak memerlukan waktu lama, keduanya disoraki dan diejek sebagai pasangan baru.
"Pelatih. Aku berjanji akan serius latihan menuju persiapan turnamen inter high mulai saat ini, tetapi dengan syarat Yui-chan harus menjadi manager."
Mendengar kesempatan langka dari Aomine, Momoi dan pelatih menghampiri Yui.
"Yui-chan gabung jadi manager lagi kan? Iya kan?"Momoi menatapnya berbinar-binar mengharapkan kepastian.
"Tidak boleh menolak. Big No to Say No,"pelatihnya memberi titah absolut yang tidak bisa ditolaknya.
Dan Yui mendesah untuk menyerah. Setelah titel budak Aomine, sekarang jabatannya berganti menjadi eternity slave. Menjadi pacar official Aomine bukan berarti terbebas dari jabatan itu.
Dan Yui harus bisa melupakan hari tenang yang mungkin hanya bisa diimpi-impikannya. Tentunya karena kali ini ia bersama Aomine.
Sumber dari ketidaktenangan hidup seorang Kitoko Yui.
END.
Author's comment:
Thankyou for reading ya♡ anyway ini shot 2ku, cuman datanya hilang jadi shot kuroko didahuluin. Hehe, Aomine kok bisa romantis begini/kamuyangnulistor. Gomen ne atas segala typos dan OOC karakter.
Well, waiting ahead for the next shots.
Bạn đang đọc truyện trên: AzTruyen.Top